"Hehh jaga tuh mulut ndra. Enak aja lu ngomong. Tahu dari mana lu kalo adek gua penghianat hah..?" Tanya si Mat Jaim ngotot.
"Lah ga usah basa basi lu im. Gua tahu komplotan lu juga ada kongkalikong sama Anj*** NICA. Jangan kira gua ga nyelidikin juga komplotan lu ye im. Lu sama adek lu tuh sama aja. Sama-sama babunye menir VOC. Dan asal lu tahu aja Im. banyak pejuang yang meregang nyawa gara-gara adek lo. Lu semua sama komplotan lu harus tanggung jawab. Atau jangan Kaget kalau suatu saat markas lu gua grebek.." Ancem Mahendra ga kalah sengit.
Padahal jelas adeknya Mat Jaim sering nyantronin markas kumpeni buat laporin pergerakan pejuang yang lagi ngerebut kemerdekaan di Batavia.
Cerita ini berlatar jaman penjajahan belanda di batavia. yang sekarang jakarta. Cerita ini juga hanya fiktif belaka. Bila ada kesamaan Nama dan tempat aye mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Jigur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema Sang Jagoan bag 10
Agak lama si Darmi di dalam. Tapi akhirnya teriakan histerisnya berhenti. Hening sejenak sebelum suara pintu terbuka dari dalam.
Ceklek..
Darmi keluar dengan raut wajah yang pucat dan tanpa ekspresi. Tatapannya kosong bagai mayat hidup. Terdapat lingkaran hitam di matanya. Ia pun berjalan mendekati Mat Cader.
"Bagus..sekarang tu makhluk dah bersemayam di tubuh lu Darmi. Lu kudu berterima kasih sama gua. Karena sekarang ilmu lu lebih sakti dari sebelomnya..."
"Terima kasih juragan.." Bales Darmi dengan suara yang datar.
"Nah sekarang lu balik lagi ke tempat lu dah.." Suruh si Mat Cader.
Tapi sebelum itu. Mat Cader usap wajah si Darmi. Dan sekejap kemudian, Raut wajahnya kembali normal. Tidak lagi kaya mayat hidup seperti sebelumnya.
"Oh juragan. Aye kenapa ye? Ko ada disini sih?" Si Darmi kebingungan karena tadi ia merasa lagi ngobrol sama para gadis di kamar belakang. Tapi tiba-tiba sekarang ada di depan kamar juragannya.
"Lah mana gua tau, udah lu balik sana ke belakang.!!" Bentak Mat Cader.
"Aye juragan. Maaf aye ke belakang dulu.." Bales Darmi yang langsung nyelonong sambil megang-megang dadanya sendiri. Dia merasa kaya ada yang aneh bergerak dalam dadanya. Tapi dia ga peduli dan terus melangkah.
Sementara di pintu gerbang rumah Mat Cader, Para penjaga di kejutkan dengan datangnya satu mobil jeep yang dikendarai oleh kumpeni. Terdapat tiga penumpang didalamnya. Dan diantaranya yang duduk di samping sopir adalah seorang mener yang memang mereka kenal karena sudah beberapa kali kesini.
Tanpa basa basi. Para anak buah Mat Cader langsung membuka pintu gerbang. Dan satu di antara mereka langsung berlari kecil ke dalam untuk melaporkan kalau ada kumpeni yang datang.
Di dalam sebenarnya Mat Cader sudah mendengar suara mesin jeep yang masuk pekarangan rumahnya. Tapi begitu melihat anak buahnya berlari ke arahnya, Mat Cader pun menyambutnya.
"Siape..?" Tanya Mat Cader
"Mener Van De Jong juragan.." Jawab anak buahnya rada terburu-buru.
"Hmm..ya udah. Lu panggil si Darmi di belakang. Suruh bikin kopi dan bawa cemilan. buru..!!" perintah Mat Cader.
"Baik Juragan. Aye ke belakang dulu." Bales anak buahnya yang langsung pergi ke belakang rumah mencari Darmi
Sementara Mat Cader langsung menyambut para kumpeni yang baru turun dari jeep di pekarangan rumahnya. Dengan senyam-senyum Mener Van De Jong melihat sekeliling rumah Mat Cader yang kini tambah mewah dan tambah megah.
"Ouhh mener Van De Jong. Goedemorgen en welkomen (selamat pagi dan selamat datang).." Sambut Mat Cader sambil melangkah mendekati sang mener lalu mengulurkan jabat tangan. Tapi jabat tangan Mat Cader tidak ditanggapi sama Mener Van De Jong.
"Goed..goed (bagus) Sekarang kowe punya rumah sudah mewah ya? Hebat...hebat.." Puji Mener tanpa menyambut jabat tangan Mat Cader. Mat cader pun langsung tarik lagi tangannya. Walau merasa terhina dia tak bisa apa-apa di hadapan kumpeni.
Mat Cader juga paham kalau Mener Van De Jong datang kerumahnya, berarti ini urusan pajak yang harus di bayar ke kumpeni.
"Ahh..sekedar memperbaiki yang sudah rusak saja mener. Silakan masuk mener..." Sahut Mat Cader yang lalu mempersilakan empat kumpeni untuk masuk.
Para kumpeni pun langsung duduk di bangku teras yang tersedia. Tak lama Darmi pun datang membawa empat gelas kopi dan beberapa cemilan.
"Silakan di minum mener..." Ujar Darmi sambil tersenyum.
"Ouhh. Darmi..makin cantik saja kamu.." Puji Mener Van De Jong yang memang dari dulu suka sama Darmi.
"Ah..mener bisa saja. Saya sudah tua mener. Uban pun makin banyak.." Sahut Darmi sambil tersipu malu.
"Buat saya tidak Darmi. justru kamu makin cantik. Nah, sehabis saya berbicara disini, saya akan ke ruanganmu. Kamu mandi ya Darmi..!!" Pinta Sang mener. Darmi pun tersenyum dan mengangguk lalu meninggalkan halaman rumah.
"Ah mener. Seleramu memang beda. Padahal banyak gadis cantik disini, kenapa Darmi yang sudah setengah tua mener? Tanya Mat Cader.
"Itu kan menurutmu Cader. Tapi buat saya, Darmi adalah bidadari. Hehehe.." Sahut Sang mener sambil terkekeh lalu menyeruput kopi hitam yang disediakan. Yang lain pun mengikuti.
"Ah...kowe tahu cader? saya berpapasan dengan anak buahmu yang membawa gerobak. Dan saya sudah lihat apa yang ada di dalamnya. Kamu memang kejam Cader. Tapi saya suka..hahaha" Ujar Sang mener yang disahuti juga dengan tertawaan bawahannya.
"Saya tahu kamu menyimpan banyak gadis cantik disini, Bagaimana bila tiga bawahanku ini mencicipi mereka..?" Tambah Sang mener.
Mat Cader pun paham dengan hal itu. Karena sebelumnya juga pasti mereka akan mencicipi gadis-gadis rampasannya.
"Oh silakan ke belakang mener. Pilih saja yang mener mau.."
Dengan penuh seringai senyum. Ketiga bawahan Van De Jong saling pandang. Lalu mereka bangkit dan langsug menuju ke bangunan yang ada di belakang rumah. Sementara Mat Cader dan Sang Mener melanjutkan pembicaraan.
"Mener..sepertinya saya akan ke kamar dulu untuk mengambil pajak yang akan saya serahkan," Lalu Mat Cader pun bangkit dan hendak beranjak. Tapi ditahan oleh Mener Van De Jong.
"Tidak perlu Cader. Duduk..!!"
Mat cader pun kembali duduk. Dalam hatinya keheranan karena tak biasanya Sang Mener seperti ini. "Tidak perlu,??" gumam Mat Cader dalam hati.
"Kali ini Saya tidak akan menarik pajak Cader. Tapi saya akan menggantikannya dengan suatu hal.."
Mat Cader pun gembira mendengarnya. Karena memang pajak yang akan dibayarkan terhitung besar. Tapi dia juga mewanti-wanti apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh Sang Mener.
"Mat Cader. Seminggu yang lalu telah terjadi penyerangan oleh para pemberontak terhadap markas yang saya miliki. Di antaranya adalah tiga tikus yang selalu membuat rusuh di batavia. Terutama merampok dan merusak aset-aset kumpeni.. kau pasti mengenal mereka bukan?
Walau agak berpikir lama, tentu Mat Cader tahu siapa yang di maksud tiga tikus itu. Walau belum pernah berjumpa, sepak terjang ketiga tikus itu memang sudah jadi buah bibir dikalangan kumpeni dan juragan tanah. karena bukan aset kumpeni saja yang di rampok. Tapi terkadang mereka juga menyasar para juragan yang berhati culas.
"Maksud mener mungkin. Trio Martado. Jamidin, dan Sukandar?" Sahut Mat Cader.
"Betul. Mereka lah yang telah melakukannya. Saya dan beberapa pejabat di VOC sudah berang dengan mereka. Secepatnya mereka harus ditangkap.." Jelas Sang Mener
"Jadi maksud Mener pajak yang harus saya berikan akan diganti dengan tenaga saya untuk menangkap mereka?"
"Tidak....tidak Cader. Trio tikus itu sudah ada yang mengurusnya. Tapi ada satu lagi pelaku perampokan yang baru. Orang ini justru lebih berbahaya. karena orang ini telah berhasil membunuh Mugeni Dan Murdalih.."
Seketika itu juga Mat Cader terperanjat. Karena ia tahu bagaimana saktinya kedua orang tersebut. Kalau ada orang yang bisa membunuhnya, berarti betul kata Sang Mener. Orang itu mestilah berbahaya.
🌹🌹🌹