Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-22
" Saya akan sering mengabari kamu, dan sebaliknya kamu juga harus sering memberitahu saya setiap kegiatan kamu. " ucap Gus Azi.
" Tumben banget! biasanya Gus Azi tidak perduli seperti ini? " balas Cia terheran-heran.
" Sudah saya bilang, saya suami kamu kan. " balas Gus Azi tidak terima.
" Ck, biasanya juga gak pernah perduli. " sambung Cia memutar bola matanya malas.
" Cukup Cia! saya tidak mau bertengkar dipagi hari . " jawab Gus Azi.
" Saya pergi dulu, Assalamualaikum. " ucap Gus Azi pergi begitu saja.
" Wa-waalaikumsalam. " balas Cia melihat mobi yang Gus Azi kendarai sudah pergi dari pekarangan halaman rumah mereka.
Cia menghela nafas berat melihat kepergian Gus Azi.
" Kau terlalu plin-plan dan bodoh Gus. " gumam Cia kembali masuk kedalam rumah.
Ke esok kan harinya, Cia memutuskan untuk pergi kerumah sakit, tentu saja semua nya atas perintah Gus Azi yang katanya Daliya kangen dengan nya.
Cih, Cia tidak berharap sahabat bermuka duanya rindu padanya, palingan ingin menunjukan kemesraan nya dengan Gus Azi dan memojokkan nya. seandainya Cia tahu sifat sebenarnya bagaimana mungkin Cia tidak akan mau menerima semua ini.
" Eh, kau sudah datang. kemari Cia. " ucap Daliya membuka suara melihat kehadiran Cia yang baru saja datang.
" Kau tidak membawa sesuatu untuk ku? " tanya Daliya lagi melihat Cia tidak membawa bingkisan.
" Oh, maaf ku pikir kau tidak akan menerimanya. " balas Cia.
" Tidak masalah kok. " ucap Daliya.
Mereka mulai mengobrol ah mungkin lebih tepatnya Daliya dan Gus Azi yang sering berbincang mereka seolah-olah melupakan kehadiran Cia disana.
Pukul 21.30, Cia berpamitan pulang dirinya sudah muak ditahan seharian di sini matanya sudah memanas melihat kemesraan Daliya dan Gus Azi. Ah ayolah! mereka pasangan suami istri tidak masalah kan? kenapa dirinya ter-ikut cemburu buta.
Apa Cia salah cemburu juga? tapi tidak salah kan? tapi salah juga? ah sialan, pikiran Cia sudah tidak karuan. memang tidak salah kalau Cia menolak dari awal permintaan Gus Azi kalau ujung-ujungnya dirinya akan terabaikan juga.
" Biar Mas Azi yang antar. " ucap Daliya.
" Tidak, aku bisa pulang sendiri. " jawab Cia beranjak dari duduknya.
" Saya akan mengantar kamu. " balas Gus Azi.
" Tidak perl- "
" Perlu! dia suami kamu juga, Mas Azi akan mengantar mu pulang. " titah Daliya tidak ingin dibantah.
" Oke! terserah saja. " pasrah Cia kesal.
" Mas, pergi dulu. setelah mengantar Cia, Mas akan kemari. " ucap Gus Azi berpamitan pada isrinya.
" Tidak usah, kau menginap saja dulu. jarak rumah dari sana kesini lumayan jauh Mas. " ucap Daliya.
" Baiklah, Mas akan menginap. besok pagi Mas akan kesini lagi. " ucap Gus Azi mengecup kening istrinya.
" Tunggu Mas, bawa air ini dan ini punya Cia tertinggal. " ucap Daliya memberikan dua botol air yang satu berisi setengah satunya lagi masih penuh.
" Buat apa? Mas tidak haus sayang. " jawab Gus Azi mengernyitkan keningnya.
" Kau pasti akan haus. " ucap Daliya kukuh.
" Baiklah, Mas pergi dulu. akan ada perawat yang akan menjaga mu disini. " ucap Gus Azi .
" Iya Mas, hati-hati dijalan. " balas Daliya.
BLAM...
" Semoga saja, semuanya berjalan lancar Mas. maafkan aku Cia. " gumam Daliya saat pintu suda tertutup rapat.
Parkiran rumah sakit, benar saja lelaki itu merasa haus ditenggaknya minuman itu yang tinggal setengah lalu menemui Cia yang sudah berada didalam mobil.
" Ini, air mu tertinggal. " ucap Gus Azi memberikan sebotol air miliknya.
" Makasih. " balas Cia menenggak minuman nya sampai tandas.
Selama perjalanan tidak ada yang mengobrol sama sekali, mungkin sekitar satu jam tubuh Cia mulai terasa gelisah begitu juga dengan Gus Azi hawa panas menyelimuti sekliling ruangan mobil mereka.
Karena tidak tahan menahan rasa tidak mengenakan dalam dirinya, Gus Azi menghentikan mobil di pinggir jalan yang sepi dan sunyi. memang jarang mobil atau motor lewat dijalan ini sebab itulah Gus Azi memilih tempat yang aman.
Gus Azi sudah dapat memprediksikan kejadian ini, kenapa dengan tubuhnya dan juga minuman yang diberikan Daliya begitu pulan dengan Cia yang sudah tidak karuan.
Ditarik nya tubuh Cia kedalam pangkuan Gus Azi, di kecup nya sesaat bibir itu dan melumatnya.
" Maaf, sepertinya ini ulah Daliya. " ucap Gus Azi lirih suara serak nan basah serta jakun nya yang naik turun tidak karuan.
" Ti-tidak masalah, melakukan nya disini kan? " tanya Cia diselimuti keinginan yang mendesak batin dan jiwanya.
" Ya, tidak masalah. disini aman. " balas Gus Azi menatap penuh arti.
PUKUL 07.00
Gus Azi memarkirkan mobilnya didepan halaman rumah, digendong nya Cia yang masih terlelap tidur dalam posisi Bridal style, pakaian wanita itu sudah diganti dengan kemeja kebesaran miliknya sedangkan Gus Azi mau tidak mau bertelanjang dada.
KLEK....
DUGH...
" ASTAGFIRULLAH!!! " pekikan seseorang menghentikan langkah Gus Azi.
Gus Azi menengo kan kepalanya kearah sebaliknya.
" KAU? APA YANG KAU LAKUKAN DISINI HAH? " teriak Gus Azi marah melihat Hamdan dan juga Fahri.
Kedua sahabatnya itu, berdiri tidak jauh dari posisi ia memarkirkan mobilnya.
" K-kalian? ti-tidak mungkinkan? " ucap Hamdan tampak gagu.
Lelaki itu, mendekati Gus Azi dilihat kedalam mobil yang pintunya masih terbuka. pakaian berserakan dimana-mana untung saja pakaian dalam istrinya sudah ia pakaikan kembali ditubuh Cia.
" Heh! ngapain ngintip-ngintip! tidak sopan! " seru Gus Azi menendang pintu itu sampai tertutup.
" Kenapa kau kemari kemari hah? aku sudah melarang mu menemui ku dan istriku?! " ucap Gus Azi tegas.
" Sudahlah, Az. Hamdan sudah intropeksi diri dengan kelakuan nya. " ucap Fahmi menengahi.
" Jangan kau bela-bela terus dia Fah! " sanggah Gus Azi.
" Ck, itu benar. aku sadar diri kok Gus. mungkin setelah Mbak Cia jadi janda akan aku nikahi langsung. " celetuk Hamdan.
" Kau! belum pernah kau merasakan tendangan mau ku kan!!!! " ucap Gus Azi geram.
" Heh! heh! sudah! bawa dulu istri mu, kasihan tidur keganggu nanti. " ucap Fahmi menenangkan keduanya.
" Tunggu disini kalian! jangan masuk kedalam rumahku! atau ku krek!!! " ucap Gus Azi memperagakan seolah-olah leher mereka akan teronggok.
Gus Azi segera masuk kedalam rumah, sedangkan didepan halaman rumahnya Hamdan dan Fahmi masih berdiri disana.
Keduanya menatap mobil Gus Azi sesaat, dan bergidik ngeri membayangkan sahabatnya itu bermain dengan Mbak Ciara.
" Gue gak mau naik mobil Az lagi deh, bisa-bisa nya mereka bercinta didalam mobil semalam dengan ruangan sempit. " pikir Fahmi.
" Jangankan elo! gue aja kagak mau, mendingan naik motor butut aja. " sahut Hamdan bergidik ngeri.
Namun, ada perasaan menyesakan dalam hati Hamdan di lubuk terdalam nya mengingat pujaan hati nya bersama Gus Azi. Hamdan menepis perasaan itu sebisa mungkin.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,