"Semenjak kehadiran nya, semua jadi berubah. adik iparku dia menaruh hati pada suami ku, semenjak iparku datang ke kehidupan rumah tangga ku, semuanya kini berubah. dari bunga yang mekar kini menjadi bunga layu yang berjatuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni Ashara Silalahi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27. Telepon.
Jakson yang sudah meninggalkan apart yang di tempatinya dengan Glen, kini lebih memutuskan tinggal di sebuah apart lain yang jarak nya tidak terlalu jauh dari apart yang di tempati Glen saat ini.
Hah. "Maaf kan aku sayang!" ucap lirih Glen.
Kini tangan nya sudah meraih ponsel nya yang ada di kasur, untuk segera menghubungi istri tercintanya.
Tring... Tring.....
Suara dering ponsel milik seorang wanita yang baru saja menyelesaikan sarapan paginya.
"Glen?" dengan cepat Azhara langsung menyentuh layar hijau, dan mengangkat panggilan dari suaminya itu.
"Halo sayang!" ucap lirih Azhara.
"Sayang, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Glen. Dengan nada gugupnya.
"Aku baik-baik saja sayang! Bagaimana kabarmu di sana?" tanya Azhara.
"Aku juga baik sayang! Maaf, jika aku baru bisa memberimu kabar!" jelas Glen.
"Tidak apa, yang penting kau selalu setia di sana dengan ku!" jelas Azhara. Dan hal itu berhasil membuat hati Glen berdenyut sakit, karena dirinya yang sudah bermain api di belakang sang istri.
"Aku akan selalu setia di sini hanya untuk mu sayang! Kalau begitu sudah dulu ya, aku mau melanjutkan pekerjaan ku yang tertunda." imbuhnya. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari sang istri tercinta.
Setelah itu panggilan video call pun sudah berakhir secara sepihak oleh Glen. Dan hal itu membuat hati sang istri merasakan perih bagaikan di tusuk jutaan duri.
"Kenapa, kenapa harus aku yang merasakan sakit ini! Apa semua yang kita lalui bersama sudah berakhir. Di mana suami ku Glen yang dulu selalu ada untuk ku, di mana sifat romantismu itu." kini tangisan nya pun susah pecah dalam diam, Azhara tidak ingin pelayan ataupun Ronal mengetahui jika dirinya sedang menangis dalam diam. Karena hal itu akan membuat hati mereka sakit, apa lagi dengan keadaan Ronal saat ini, dia butuh kasih sayang lebih, perhatian, dan sangat membutuhkan sosok ibu, karena itulah Azhara harus menjadi sosok ibu untuk adik iparnya itu. Meski keadaan nya saat ini sedang terluka, terpuruk, hancur, lengkap sudah semua penderitaan yang di alami dirinya saat ini.
"Sudah, jangan menangisi pria brengsek sepertinya Az!" dengan bergumam pelan dirinya memberikan sebuah suport, dan kekuatan pada dirinya sendiri.
"Sebaiknya aku memberikan Ronal obatnya, karena sebentar lagi dia akan melakukan kemoterapi di rumah sakit!" setelah itu dirinya pun segera bangkit dari duduknya, dan berjalan meninggalkan meja makan. Untuk menemui adik iparnya itu, dan segera memberikan obat agar saat melakukan kemoterapi Ronal sedikit bertenaga.
Klek. Suara pintu yang di buka dari luar.
"Ternyata dia sudah tidur!" sembari melangkah, untuk mendekati pria yang saat ini sedang tertidur di atas ranjang nya, Azhara berjalan mendekati Ronal dan ingin membangunkan pria itu dari tidurnya.
"Dek, dek, ayo bangun!" pinta Azhara. Sembari menyentuh pundak pria muda itu dengan telapak tanganya.
Ronal yang merasa ada seseorang yang sedang memegang pundak nya merasa terusik dan langsung membuka matanya, untuk memastikan siapa yang sedang membangunkan nya saat ini. Dilihatnya seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang terikat ke atas, membuat hati Ronal sagat bahagia.
"Kaka! Aku kira ada peri cantik yang sedang membangunkan aku dari tidurku." ucap Ronal. Dengan nada sedikit tertawa.
"Dasar kamu, mana ada peri cantik sejelek kaka mu ini." ucap asal wanita itu, sembari membuka bungkusan obat milik Ronal.
"Sekarang waktunya minum obat ya, kalau tidak mau ponakan mu marah lo!. Ucap Azhara. Agar pria itu mau meminum obatnya, dengan beralasan keponakan nya.
"Siap, paman mu yang tampan ini sangat siap untuk meminum obatnya!" jelas Ronal. dengan senyuman lebarnya.
"Oya ka, udah berapa minggu ponakan ku berada di dalam sana?" tanya antusias Ronal.
"Saat ini ponakan mu sudah berusia 3 minggu dek!" jelas Azhara. Sembari memberikan beberapa macam obat-obatan untuk di minum adiknya itu.
"Bagus! Sebaiknya kita bersiap, karena kau harus kemoterapi!". Jelas Azhara. Namun ucapan nya itu membuat wajah pria tampan itu seketika murung.
"Loh, kenapa adik kaka yang tampan ini menjadi murung?" tanya Azhara. Yang mengetahui jika Ronal sangat tidak menyukai melakukan kemoterapi, alasan nya tubuhnya akan merasakan sakit yang cukup luar biasa, dan akan merasakan lemas.
"Jangan takut dek! Kaka dan keponakan mu selalu ada bersama mu." ucap Azhara. Sembari memeluk tubuh kekar pria itu, agar adik iparnya itu tidak mudah putus asa.
"Baiklah, aku mau. Tetapi dengan syarat, ponakan paman yang ada di sini harus memberikan paman mu ini sebuah pelukan ya, saat kau lahir di dunia ini." ucap Ronal. Sembari menunjuk ke arah perut rata kaka iparnya itu.
"Baiklah paman, asal paman ku ini mau melakukan semua perintah ibuku." ucap Azhara. dengan gaya suara anak kecil.
"Paman berjanji!" setelah itu, Ronal sudah bangkit dari tidurnya dengan di bantu kaka iparnya itu, untuk bersiap-siap pergi ke rumah sakit.
☆☆☆☆☆
Suasana di negara sebelah, yang di mana kedua pria saling bertatapan dingin. Setelah menyelesaikan beberapa berkas-berkas proyeknya saat ini.
"Bagaimana dengan ke adaan nyonya Great?" tanya Glen. Sembari menatap datar pria yang ada di hadapan nya saat ini, dengan beberapa berkas-berkas penting perusahaan.
"Operasinya berjalan dengan lancar! Saat ini beliau sedang dalam penanganan intens." jelas dingin Jakson. Meski, dia membenci sahabatnya itu, tetapi dia tidak pernah mengabaikan ucapan Glen. Apa lagi saat ini mereka sedang dalam bekerja, urusan pribadi harus di kebelakangkan.
"Syukurlah! Bagaimana dengan ke tiga anak itu?" tanya nya lagi.
"Mereka bertiga sudah ku daftarkan ke sekolah yang dekat dengan apart mereka! Kau tidak perlu khawatir, karena aku yang akan mengadopsi mereka." jelas Jakson.
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka berdua, Jakson yang sibuk dengan berkas-berkasnya. Sementara Glen sibuk dengan file-file yang ada di laptopnya saat ini.
Alexsa yang sedang berbelanja di sebuah Mall ternama do kota London. Dengan beberapa barang-barang brand ternama yang di miliki negara itu, berjalan anggun layaknya wanita berkelas. Dengan menteng beberapa paperback yang berisi barang-barang belanjaan nya.
"Sial! Kenapa taxi itu pergi begitu saja." kesalnya. Karena Taxi yang mengantar nya ke mall itu sudah pergi meninggalkan nya begitu saja. Padahal, dirinya sudah meminta pak supir untuk menunggunya sampai selesai berbelanja keperluan untuk dirinya.
Lama menunggu di trotoar pinggir jalan, yang di mana taxi sangat jarang melewati kawasan mall itu. Jika ingin mencari taxi dirinya harus berjalan beberapa ratus meret ke depan agar mendapatkan taxi yang berlalu lalang di jalanan kota.