Li Yuan merupakan seorang pemuda keturunan Klan Li, ia berasal dari Klan Cabang Desa Bambu Kuning di Gunung Guntur.
Bakatnya terpendam, tak ada yang menyadarinya hingga ia berkenalan dengan salah seorang Tetua Sekte beladiri.
Perseteruan Klan Li dan Klan Liu menyeret dirinya sebagai target pembunuhan. Pada peristiwa percobaan pembunuhan atas dirinya ia berhasil selamat dari kematian. Bahkan dalam peristiwa tersebut ia berhasil membangkitkan kemampuan mentalnya saat ia berada di ambang kematian.
Li Yuan mendapatkan warisan tidak ternilai berupa Kitab rahasia Kaisar Kematian, kemampuan mentalis yang ia miliki mengubahnya menjadi pemuda yang multi talenta.
Dengan bakat yang gigih Li Yuan berhasil menapaki jalan bela diri secara bertahap sampai dengan ia menjadi Penguasa Alam Langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Baik Menjaga Kenyataan Yang Ada
Saat ini Li Yuan tengah berada di halaman belakang. Tatapannya memandang Gunung Guntur yang baru saja ia jelajahi.
Mengingat pertemuan singkatnya dengan Kakek Bao Zi, tangannya mengepal sebuah Token Emas Sekte Laohu.
“Jia Hien, suatu saat kita akan bertemu. Aku tidak menggubris sikapmu hari ini, aku bukanlah pendendam. Hanya saja kamu tidak layak untukku” Ucap Li Yuan pelan.
Memang benar, Li Yuan tidak akan dendam jika menyangkut hal sepele seperti ini. Apalagi jika tentang Cinta, Li Yuan bukanlah seorang budak cinta yang menghambakan dirinya pada perasaan yang tidak menentu.
“Daripada mengejar sesuatu yang tidak pasti, lebih baik menjaga kenyataan yang ada” Prinsipnya sudah mengakar kuat semenjak Li Yuan memasuki dunia kultivasi.
Sesuatu yang pasti adalah keluarganya, ia akan belajar dan menjadi kuat untuk melindungi keluarganya, yaitu orang-orang yang sudah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya selama ini.
“Kak!”
Teriak Li Yupei dari arah dalam rumah.
“Kakak tersinggung ya dengan ucapan Nona Jia Hien, maaf tadi aku sempat mendengarnya”
Tanya Li Peiyu dengan nada khawatir. Li Peiyu mengira Li Yuan merasa bersedih atas ucapan sombong Nona Jia Hien sewaktu di ruang tamu.
“Sedikit saja” Jawab Li Yuan singkat.
“Sebagai seorang murid jenius Sekte Laohu wajar saja jika ia menganggap dirinya tinggi. Namun jika harus merendahkan orang lain itu adalah sebuah penghinaan!” Ucap Li Peiyu nampak tidak terima mendengar ucapan Jia Hien.
Seumur hidupnya ini pertama kali kakaknya diremehkan, membuat Li Peiyu tersulut emosi.
“Sudah, tidak usah dihiraukan”
Kita harus menghormati Nona Jia Hien sebagai tamu, jangan sampai sikap kita mempengaruhi hubungan baik Ayah kita dan Paman Jia.
Mereka sudah lama bersahabat, banyak melewati kisah dan cerita kehidupan. Anggap saja kita mengalah, kita tidak rugi kok. Malah aku bersyukur dengan kehadiran Paman Jia dan putrinya keluarga kita selamat dari marabahaya.
“Apa maksudnya?”
Tanya Li Peiyu bingung sambil mengerutkan kedua alisnya.
“Hmm”
Tampak Li Yuan ragu-ragu. Hampir saja ia keceplosan berbicara tentang serangan pembunuh bayaran dari Organisasi Gagak Darah.
“Oh, maksudnya dengan adanya Paman Jia, keluarga kita akan lebih disegani karena Ayah berteman dengan seorang Tetua Sekte Laohu” Jawab Li Yuan sekenanya mencari alasan.
“Begitu ya” Li Peiyu mengangguk pelan.
“Lalu bagaimana dengan rencana perjodohan kalian?” Tanya adiknya yang masih penasaran.
“Aku akan bilang kepada Ayah, bahwa kami tidak memiliki kecocokan. Usia kami juga masih kecil belum dewasa untuk membahas masa depan” Jawab Li Yuan santai.
“Apa kamu tidak menyesal kehilangan kesempatan untuk bersama Nona Jia?” Tanya lagi Li Peiyu.
Li Yuan ini sangat memahami adiknya yang memang banyak bertanya. Namun ia bisa mengerti bahwa adiknya tidak memiliki teman sepermainan yang bisa diajak bertukar cerita, jadi sebagai kakak ia harus bisa menerima situasi seperti ini.
“Menyesal? Sepertinya tidak. Kamu juga sudah mendengar jika aku memberikan kesempatan untuk menjalaninya dulu. Tetapi Nona Jia Hien meolaknya dengan keras” Ujar Li Yuan dengan tenang.
“Oh iya Kak, apakah kamu tidak tertarik untuk bergabung dengan Sekte Laohu untuk membuktikan kepada Nona Jia Hien kalau kamu tidak seperti yang dia pikirkan?” Ucap Li Peiyu dengan semangat.
“Suatu saat aku bersama Li Tong akan ke Sekte Laohu, tapi bukan Nona Jia Hien sebagai tujuanku. Bahkan untuk pemantik semangat dengan alasan apapun ia tidak memenuhi syarat”
Lalu apa yang menjadi cita-citamu? Li Peiyu menyela.
“Menjadi kuat demi melindungi keluarga kita” Jawab Li Yuan singkat.
“Terimakasih ya Kak, aku akan mendukungmu. Aku selalu yakin bakatmu dalam beladiri akan segera terbuka. Jalanmu akan luas terbentang, dan sepanjang itu pula doaku menyertai Kakak” Ucap Li Peiyu sambil memeluk kakaknya.
Dalam hati Li Peiyu dapat merasakan penghinaan yang baru saja dilontarkan oleh Nona Jia Hien, Kakaknya yang berada pada Pemurnian Qi Pertama memang sangat jauh jika dibandingkan dengan Kekuatan Nona Jia Hien.
Sebagai seorang putri seorang Tetua dari Sekte besar tentu ia tidak kekurangan sumberdaya.
Namun jika Li Peiyu mengetahui kekuatan Li Yuan saat ini, mungkin ia akan muntah darah. Seorang pembudidaya Pondasi Qi Awal dapat membunuh belasan pendekar yang berada pada ranah Inti Qi.
Bahkan jika Jia Hien mengetahuinya maka ia tidak akan mengeluarkan kata-kata penghinaan. Justru ia akan memuja Li Yuan.
Namun sayangnya Li Yuan bukanlah orang yang suka menyombongkan diri untuk memamerkan kekuatan.
Pada saat yang bersamaan, di Aula Utama Keluarga Li tengah membahas tentang pendaftaran murid Sekte Laohu.
Seorang Diaken tengah mendata pemuda berbakat Klan Li untuk menjadi murid Sekte Laohu. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Patriark Li Cuan, ia ingin menyogok seorang Diaken demi memasukkan putranya.
Li Cuan memiliki putra yang berusia 16 Tahun, seumuran dengan Li Yuan. Sebagai seorang Patriark ia ingin memiliki penerus yang akan menggantikannya kelak.
Li Ming adalah Putra dari Patriark Li Cuan dengan istri keduanya. Sementara dari istri pertamanya Li Cuan tidak memiliki anak. Sehingga kehadiran Li Ming dapat diterima oleh Klan Li.
Diaken yang bertanggungjawab segera menolak pemberian Patriark Li Cuan. Ia tidak berani menerima uang sogokan dan tidak mau mengambil resiko di kemudian hari.
Ada kekecewaan di wajah Patriark Li, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.