Lu Nana adalah Gadis tomboy yang terkenal di kampusnya.
karena orangnya ceria dan suka mengikuti bermacam kegiatan olah raga dan seni.
Jadi dia memiliki banyak teman.
Tapi ketika temannya mengerjai Jam bekernya dengan mempercepat waktu, jadi dia kira sudah terlambat ke kampus.
Dengan tergesa - gesa dia menyebrang tanpa memperhatikan, akhirnya terjadilah kecelakaan.
Tapi akibat dari itu jiwanya berpindah ke zaman kuno, ketubuh Selir yang di asingkan, kelaparan dan sendirian. selir yang pendiam dan mudah di tindas, karena kecantikannya yang membuat banyak wanita lain Iri. menggunakan trik untuk menjatuhkannya. Dia hanya diam.
Tpi sekarang jangan harap, dia sudah mati saya penggantinya tuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33 Ling Nana sadar
Semua itu terbersit di dalam pikiran mereka yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Dengar!" Jendral besar Yan he angat suara.
"Kita yang ada di ruangan ini, harus bersumpah, jangan pernah keluar dari mulut kalian apapun yang terjadi malam ini. Anggap kalian tidak pernah melihat dan mengalaminya, paham?!"
"Baik ayah"
"Siap Jendral"
Jawab mereka serempak di dalam ruangan itu, kemudian Yan sing memakaikan pakaian Ling Nana dengan yang baru, sementara orang - orang yang ada di kamar tadi telah berpindah dan duduk di ruang tamu bagian luar.
"Karena ini sudah malam, kalian istirahat lah. Oya, suruh beberapa pelayan menyiapkan makanan, tabib Lu sedari tadi sepertinya belum makan." ucapnya kepada kepala pelayan yang ada di situ.
"Baik tuan" jawabnya
"Silahkan tabib." ucap kepala pelayan.
Tabib Lu dan putrinya pergi ke ruangan makan dan mengisi perut mereka, sementara Jendral Yan He dan ketiga putranya masuk ke dalam ruang kerja Jendral.
"Bagaimana ini ayah?" tanya putra tertua.
"Saya juga belum mengerti, sebaiknya kita lihat dulu bagaimana keadaanya saat dia bangun." Jendral Ling juga merasa dilema dengan keadaan ini.
Dia kuatir keponakannya itu berubah menjadi orang yang mengerikan nantinya.
"Ayah, seandainya dari kami bertiga tidak bisakah salah satu dari kami yang bisa menikah dengan Ling Nana?" tanya Ling Yu Shi. Dia sedikit kuatir akan masa depan sepupunya itu.
"Hah? Kenapa pikiran itu terbersit di kepalamu?"
"Karena aku tidak ingin adik cantikku Ling Nana menderita lagi." ucapnya sendu.
"Bisa saja kalau dia mau, tapi itu semua tergantung padanya. Kalau dia mau memilih salah satu dari kalian, bagus juga. Jadi dia tidak kemana- mana, kan?"
"Keponakan menjadi menantu, tidak buruk, tidak buruk." ucap sang jendral dengan tersenyum.
"Tapi sepertinya dia tidak akan memilihmu Tu shi." ucap ayahnya.
"Ayah, kenapa engkau mematahkan semangatku, aku sangat menyayanginya sedari kecil."
"Apakah kau kira kedua kakakmu tidak?"
"Ekhem" putra tertua berdehem dan berdiri.
"Sepertinya tidak ada yang perlu di bahas lagi, saya istirahat dulu."
"Ya, ya, kalian boleh istirahat."
Saat ketiganya sudah keluar dari ruangan, mereka sedikit tersenyum di wajahnya, ada sedikit kegembiraan. Ayah mereka sudah setuju, sekarang hanya mengutarakan, hei saudara, mari bersaing dengan bersih. Ucapan mereka dalam hati masing - masing.
Ling Nana sedari kecil sampai dia dewasa selalu di hadapan mereka, tentu saja mereka mengenal dia dengan sangat baik. Jadi buat apa wanita lain di luaran sana untuk saling mengenal lagi dari awal.
Di dalam kamar Ling Nana, berlahan Nana membuka matanya, bola mata yang dulu hijau tua kini berubah merah di tengah kegelapan.
"Yan sing.."
"Saya nona!" teriaknya sambil berlari kedalam kamar, mata Ling Nana kembali normal denga warna hijau tua.
"Nona sudah sadar, nona sudah sadar. Apakah perlu saya panggilkan tabib?" Tanya yang sing dengan gugup.
"Tidak perlu, saya sedikit lapar. Tolong ambilkan saya makanan." ucapnya dengan sedikit lemas, ya dia kelaparan.
"Baik, baik nona." ucapnya dan beranjak, tapi sebelum Yan sing keluar dari kamar, Ling Nana berkata :
"Beri aku ayam atau daging yang banyak ya, soalnya aku sangat lapar."
"Baik nona, baik!" Yan sing setengah berlari menuju dapur dan menyuruh koki memasak beberapa daging panggang dan ayam panggang.
Kemudian membuat steam ikan beberapa ekor. ketika di dapur terlihat sangat ramai, kepala pelayan mendekat.
"Ada apa ini kenapa sangat ramai sekali?"
"Tuan zheng, nona Ling sudah sadar dan dia meminta makanan untuk di makan, dia berkata, dia sangat lapar." jelas Yan sing.
"Oh.." dia hanya berkata O saja, dan berlalu. Dia pergi keruang belajar Jendral dan melapor apa yang terjadi.
Dengan cepat Jendral Yan He pergi ke kamar Ling Nana. Tentu saja dia ingin mengetahui kabar terbaru dari keponakannya itu.
"Ling Nana, kamu tidak apa- apa nak?" Dengan nafas yang belum teratur, karena dia datang secepat mungkin.
"Saya tidak apa - apa paman, hanya merasa lapar." ucapnya yang masih duduk bersandar di ranjangnya.