Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Prahara subuh
Semalaman Ifa hanya bisa termenung. Tak ada tangisan di matanya lagi. Mungkin terlalu lelah Ifa menangis.
Matanya bengkak, bibirnya merah. Ifa memeluk erat selimut karena tubuhnya merasa menggigil.
Ifa tak tahu harus bagaimana menghadapi pernikahan nya. Baru dua hari saja tubuhnya tersiksa. Bagaimana dengan hari-hari berikutnya. Akankah Ifa kuat atau memilih menyudahinya saja. Tapi, bagaimana dengan kedua orang tuanya.
Baru saja mereka bahagia apa Ifa tega menghancurkan kebahagiaan itu.
Ifa merasa dilema namun juga tak sanggup.
Adzan subuh berkumandang. Membuat Ifa terkesiap. Ifa melirik ke arah Akmal yang terbangun juga.
Laki-laki berwajah teduh itu bangun dengan tampak tak merasa bersalah melengos begitu saja entah pergi kemana. Mungkin ke masjid untuk sholat.
Ifa sholat subuh sendiri di kamar. Ifa mencoba menguatkan diri agar kuat menjalani pernikahan yang baru jalan dua hari ini.
Ifa melipat kembali mukena dan sajadahnya.
Bruk!
Ifa menjatuhkan mukena karena terkejut saat pintu kamar tiba-tiba di buka. Nampak Akmal masuk membuat Ifa refleks mundur.
Entah kenapa Ifa merasa takut akan keberadaan Akmal apalagi tatapannya begitu dalam.
"Mas ingin lagi."
"Apa?"
Mata Ifa membulat sempurna tanpa aba-aba Akmal menyerang Ifa. Ifa berusaha mendorong tapi tenaga Akmal entah kenapa sangat kuat. Akmal seperti orang kehausan menyerang Ifa membabi buta sampai Ifa kehabisan nafas.
"Hentikan tolong, itu masih sakit."
Mohon Ifa lilih dengan mata berkaca-kaca. Ifa tak sanggup jika harus melayani nafsu besar Akmal lagi. Semalam saja masih terasa sakit dan bengkak kini Akmal meminta lagi. Bisa-bisa Ifa pingsan. Sungguh, Nafsu Akmal sangat besar. Ifa tak menyangka, Akmal akan memperlakukan dirinya sama seperti semalam.
"Jangan bohong, mau jadi istri durhaka kamu, hah."
"Tugas istri itu melayani suami."
Srek!
"Mas!!"
Ifa mencoba memberontak namun Akmal mencengkram tangan Ifa kuat.
"Kamu harus melayani suami. Jangan menolak, mau di laknat kamu."
"Jangan jadi istri durhaka."
"Tapi sakit mas, jangan seperti ini, tolong."
"Jangan banyak alasan."
Bruk!
Akmal mendorong Ifa ke atas ranjang membuat Ifa kesakitan. Sungguh Ifa tak kuasa harus menahan rasa sakit lagi.
Sekali lagi Akmal memasuki Ifa dengan paksa membuat Ifa kembali ke sakitan. Sungguh rasa sakit yang semalam belum juga reda kini rasa sakit itu kembali lagi.
Akmal begitu semangat menuntaskan hasratnya tanpa peduli Ifa yang kesakitan. Bagi Akmal yang penting dia puas.
Toh tugas Istri hanya melayani suami. Begitulah pandangan Akmal hingga tak menghiraukan teriakan Ifa.
Teriakan Ifa tak terdengar keluar karena Akmal menutup mulut Ifa dengan tangannya. Sungguh, Ifa rasanya tak sanggup jika harus di perlakukan begitu.
"Sudah mas, ini sakit ...,"
"Saya belum puas. Kamu harus membuat saya puas agar dapat pahala."
"Tapi ini sakit mas."
"Diam. Kamu nikmati saja."
Rasanya Ifa ingin muntah. Sungguh Akmal tak merasa kasihan sama sekali. Padahal Ifa sudah memohon untuk berhenti tapi Akmal lagi-lagi tuli.
Ifa bak mayat hidup. Hanya bisa diam tanpa bisa melawan apapun. Tenaga Ifa terkuras habis dari semalam. Kini waktu subuh harus kembali lagi.
Entah sampai kapan Akmal akan berhenti bahkan mentari di ufuk timur sudah memancarkan sinarnya.
Bahkan tak ada yang menggangu mereka seolah keluarga Akmal tak peduli.
Sudah merasa puas, Akmal menyudahinya.
Rasa lapar membuat Akmal turun dari ranjang membiarkan Ifa berbaring tak berdaya.
Tak lama Akmal kembali dengan makanan di tangannya.
"Bangunlah, makan dulu. Kamu harus punya tenaga untuk melayani saya nanti."
Celetuk Akmal tanpa merasa bersalah sama sekali.
Ifa hanya diam saja tak menjawab. Ifa merasa mual melihat Akmal makan dengan lahap. Padahal mereka baru saja selesai bercinta dan Akmal belum membersihkan diri. Jangankan membersihkan diri mencuci tangan saja tidak.
Ifa benar-benar mual melihatnya. Membuat Ifa merubah posisi tidurnya memunggungi Akmal. Ifa mengigit selimut dirinya benar-benar merasa hina.
Ifa bukan hewan yang harus di perlakukan seperti itu. Tak bisakah Akmal menghargai Ifa sedikit saja. Bahkan membantu Ifa bangun saja tidak.
Ifa pura-pura tidur saat mendengar langkah kaki mendekat.
"CK, malah tidur."
Ketus Akmal sungguh tak berperasaan. Akmal melengos begitu saja keluar dari kamar hanya menggunakan bokser seolah tak malu sama sekali.
Anehnya di rumah Akmal tak ada siapa-siapa. Seolah penghuni rumah sengaja pergi membiarkan waktu untuk Akmal.
Ifa membuka kedua matanya saat mendengar pintu tertutup.
"Astaghfirullah! Ini sangat sakit."
Lilih Ifa rasanya ingin menangis tapi Ifa berusaha kuat. Perut Ifa sangat lapar, tapi Ifa tak mau makan sebelum membersihkan diri.
Menahan rasa sakit tubuh dan hati Ifa menyeret dirinya ke kamar mandi. Ifa mengguyur diri, membersihkan tubuhnya. Ifa lagi, merasa jijik akan tubuhnya sendiri.
Kenapa Ifa jadi selemah ini. Bagaimana bisa Ifa punya tenaga jika sejak awal tubuhnya memang sudah sangat lemah. Di tambah perlakukan Akmal membuat tubuh Ifa semakin lemas.
Ifa merasa lega ketika Akmal belum kembali. Entah kemana Ifa juga tak peduli. Ifa berharap Akmal belum kembali.
Ifa menatap nanar makanan yang sudah dingin itu. Dengan terpaksa Ifa menelannya. Jujur, makanan itu tak enak di makan tapi Ifa berusaha memakannya karena perutnya sudah keroncongan.
Ifa harus punya tenaga untuk melawannya. Apalagi Ifa tak mau kedua orang tuanya tahu apa yang terjadi pada dirinya . Ummah Sinta pasti akan sedih begitupun Abi Farel.
Mengingat itu, sungguh Ifa mendambakan sosok suami seperti Abi nya. Bukan seperti Akmal.
Ifa pikir, Akmal akan memperlakukannya dengan baik. Nyatanya salah besar.
Ternyata ilmu yang Akmal punya hanya sebatas genggaman saja. Katanya keluaran pondok, tapi tidak mencerminkan seseorang yang faham agama. Ini namanya penyiksaan.
Ifa masih merasa mimpi jika hidupnya akan seperti ini. Menikah hanya jadi pemuas nafsu saja.
Ifa seorang yang bodoh saja dalam hal agama tahu bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik.
Semuanya di atur, tapi Akmal seolah punya pemahaman sendiri tentang masalah agama.
Jika memang paham tak mungkin Akmal memperlakukan Ifa seperti wanita malam. Jika memang paham tak mungkin Akmal memperlakukan Ifa seperti hewan. Jika Akmal paham tak mungkin Akmal bertingkah seperti orang kesetanan.
Seolah apa yang di pikirkan Akmal hanya sebuah kepuasan. Tanpa peduli bagaimana perasaan Ifa. Sungguh Ifa tak menyangka akan manusia se-biadab suaminya.
"Ya Allah kenapa mas Akmal begitu mengerikan. Ifa takut."
Batin Ifa terluka dengan setiap perlakukan Akmal.
Ifa pikir meraka akan melakukan masa pendekatan agar merasa nyaman satu sama lain. Bukannya merasa nyaman Ifa malah merasa tertekan.
Kenapa ada orang nafsunya se-mengerikan itu sampai Ifa rasanya tak sanggup.
Ingin menyalahkan kedua orang tuanya yang memaksa tapi Ifa tak sanggup.
Jika terus begini bisa-bisa Ifa mati tak berdaya di tangan suaminya sendiri.
Bayangan membangun rumah tangga harmonis nyatanya hanya sebuah angan semu.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan agama bagus. Tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Bersambung ..
Hua ... Hua ...
Sakit hati ini 😭😭😭😭
Kenapa kejam sekali Akmal😡😡
Jangan lupa tinggalkan jejak 🙏
Kasih bunga nya dong hehehe ..
Datang untuk nya...