NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hate Side Story 002

...***...

"Kali ini kau benar-benar keterlaluan Kaal."

"Kau pikir aku peduli?" Kaal menyeringai tipis.

Tom memutuskan membuang muka sesaat setelah memastikan Melody mampu melangkahkan kakinya yang sempat pemuda itu sakiti .

Tom mencoba mengucapkan berbagai kalimat untuk menenangkan gadis itu sambil memindai di bagian mana saja Melody mengalami cedera.

Dengan sigap, Tom menuntun Melody untuk berjalan perlahan dengan melingkarkan tangannya ke pinggang ramping gadis itu.

Seringai di wajah Kaal mendadak hilang.

Ia tidak menyukai apa yang dilihatnya.

Oh, ia benar-benar sama sekali tidak menyukainya.

Kaal membawa tangannya ke bibir saat merasakan dadanya meledak, memaksanya untuk terbatuk dengan lengan bertumpu pada dinding sekolah. Ia terus terbatuk, berusaha memuntahkan sesuatu yang seolah membakar tenggorokannya.

Suara tawa pahit segera memenuhi koridor sepi sekolah itu seiring dengan Kaal yang menatap telapak tangannya yang dihiasi cairan merah pekat. Ia ingin tertawa sekeras-kerasnya, mempertanyakan penyakit sialan apa yang sebenarnya sedang bersarang di tubuhnya. Apalagi ketika Kaal menemukan bahwa cairan merah itu kali itu bukan lagi berwarna merah segar namun kini telah berubah menjadi merah pekat.

...***...

Cairan berwana merah berenang, berpusar di atas genangan air wastafel.

Bunyi keran yang masih mengucur membuat percepatan degup jantung Kaal sedikit tersamarkan. Dengan masih terengah, ia segera membasuh wajah dan bibirnya.

Menggelikan. Kaal berdecih benci.

Rasa sakit yang Kaal derita mulai beragam setiap harinya. Terkadang sakit itu berupa sesak yang mencekik leher. Terkadang berupa sengatan perih seolah ada sulur berduri yang melilit paru-parunya. Terkadang berupa perasaan hampa-kosong, seakan ada sesuatu yang telah direnggut paksa dari hidupnya.

Mata Kaal beralih pada bayangan dirinya di cermin yang hampir tidak ia kenali. Penampilannya mengerikan. Ia kesulitan tidur dan nafsu makannya terus menurun. Pipinya terlihat cekung, rambutnya kusut berantakan, serta lingkar hitam di bawah matanya seringkali memancing tanya dari teman-temannya.

Cinta yang tak terbalas. Gumam Kaal dalam hati.

Ia membuka dua kancing seragam bagian atasnya dengan tergesa, mencoba menarik udara lebih banyak ke dalam sistem pernafasannya. Kaal belum siap menghadapi kenyataan bahwa penyakit ini ternyata berhubungan dengan cinta. Terlebih lagi setelah mengetahui ia bahkan tidak akan sembuh jika cintanya tidak terbalas.

Atau sebagai jalan lain, Kaal harus melakukan operasi yang akan merusak fungsi hatinya.

Kaal membasuh wajahnya sekali lagi, sedikit berbenah diri sebelum memutuskan untuk kembali. Ia mengabaikan pandangan simpatik seluruh murid ketika memasuki ruang kelas.

"Kau boleh beristirahat di ruang kesehatan jika keadaanmu belum membaik." Tutur Ms. Raina yang mengajar hari itu dengan raut khawatir.

Kaal menarik kursinya kasar.

"Oh, tenanglah. Aku sudah tahu mengenai informasi itu. Kau tidak perlu mengulangnya lagi."

Perhatian Ms. Raina segera beralih menyadari sifat tidak santun Kaal telah kembali. Wanita itu meminta para murid untuk fokus ke materi terakhir yang tengah ia ajarkan.

Namun, Kaal justru menerawang jauh ke luar jendela. Ia memperhatikan kerumunan murid dengan pakaian olahraga yang sedang berlarian di lapangan.

Bola mata Kaal berhenti bergerak ketika ia menemukan apa yang ia cari; figur seorang gadis dengan pakaian terlalu besar dan satu murid lain yang menemaninya duduk di pinggir lapangan.

Dari semua rasa sakit, Kaal harus akui yang baru saja terjadi adalah yang paling menyiksa.

Dada Kaal seolah dicabik dari dalam. Ditikam dengan benda runcing yang menyayat berkali-kali, hingga ia merasa organ pernafasannya enggan berfungsi untuk sejenak. Dan Kaal tidak mengerti apakah ini merupakan suatu kebetulan atau bukan. Tetapi rasa sakit itu menyerangnya tepat ketika ia melihat pemandangan yang sama dengan saat ini.

Tepat ketika ia melihat Melody Senja tengah bercakap riang dengan sahabatnya, Tom.

...***...

Mawar kuning merupakan ekspresi kegembiraan. Namun suatu ketika di Era Victoria, orang-orang mengungkapkan warna kuning sebagai simbol kepemilikan... Rasa ingin memiliki dan tak ingin orang yang kita miliki berada jauh dengan kita.

"Apakah kau tahu kalau aku cemburu?"

...***...

Tidak ada panggilan apapun yang Kaal terima sampai sekarang.

Ia telah menunggu sejak tiga hari lalu, namun tidak ada satupun pemberitahuan yang memintanya datang ke kantor guru maupun kepala sekolah.

Kaal yakin pengaruh Melody bermain dibalik semua ini.

Gadis itu sedang mencoba melindunginya. Karena mustahil Tom yang terkenal keras kepala rela melepaskan perbuatan Kaal begitu saja.

Melody Senja pasti telah membujuk lelaki itu untuk tidak melaporkannya.

Lega? Tidak.

Kaal marah. Kaal luar biasa marah hingga ia merasa bisa membunuh siapa saja yang ada di hadapannya.

Dengan langkah panjang yang cepat, Kaal berderap ke arah gerbang sekolah. Ia harus menemukan Melody Senja. Ia berniat memberi pelajaran gadis itu tanpa belas kasihan karena telah bersikap sok pahlawan.

Jika Melody mengira Kaal butuh perlindungannya, ia akan menunjukkan bahwa hal itu percuma.

Kaal segera berbelok ketika melihat bayangan gadis itu memasuki sebuah jalan kecil. Ia sengaja tidak berteriak atau membuat suara sedikitpun agar gadis itu tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan diri.

Kaal berdecak sebal saat jejak gadis itu lenyap dari jangkauannya. Ia mencoba terus berlari mengitari jalan kecil itu sambil mengedarkan pandangan. Kaal bersumpah tidak akan pulang sebelum menemukan Melody.

Langkah Kaal terhenti ketika ia mendengar seorang gadis yang mengaduh keras. Ia berbalik arah, mengikuti darimana sumber suara itu berasal.

Entah mengapa, firasat Kaal mengatakan bahwa itu merupakan suara Melody.

Benaknya bertanya-tanya apa Melody juga mendapat perlakuan kasar di luar sekolah?

Kening Kaal berkerut saat menemukan ransel Melody tergeletak di tengah jalan. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat Melody dan satu orang gadis lain yang sedang beradu pandang. Dari aura yang mereka pancarkan, Kaal bisa menebak bahwa mereka bukan teman atau semacamnya. Mereka jelas sedang berkelahi.

Namun sepintas, pemandangan di depan Kaal terlihat janggal.

Luka yang berada di tubuh gadis itu jauh lebih banyak dibanding Melody.

Sebelum Kaal mencerna lebih banyak mengenai fakta yang baru saja ia terima, ia melihat Melody melayangkan pukulan ke wajah gadis di depannya.

Kaal tercengang.

Keterkejutannya tidak berhenti sampai di situ saja. Karena detik berikutnya, saat lawan Melody membalas serangan, Melody dengan sigap menangkisnya. Dan itu bukan gerakan keberuntungan semata.

Kaal tahu betul seseorang harus memiliki pengalaman yang cukup lama untuk bisa mendapatkan kemampuan seperti itu.

Ia menyaksikan perkelahian yang terjadi antara dua orang gadis itu dalam hening. Kaki Kaal seolah terpaku, tidak beranjak barang satu centi-pun dari tempatnya.

Keduanya saling melayangkan pukulan, sesekali menghindar kemudian kembali menyerang tanpa membuang banyak waktu.

Gadis di depan Melody akhirnya memutuskan menyerah dan berlari menjauh setelah Melody mengirimkan tinju ke tulang rusuknya.

Kaal tidak sempat berkutik ketika Melody menoleh.

"K-Kaal...." Mata Melody langsung membelalak lebar, ia menyebut nama lelaki itu dengan terbata.... mulutnya membuka dan mengatup cepat seakan apa yang baru saja Kaal lihat adalah sesuatu yang ingin gadis itu sembunyikan darinya.

Udara di sekitar mereka terasa panas walaupun cuaca hari itu sedang meniupkan angin yang membuat dahan pohon berderak ingin lepas dari tangkainya. Keduanya masih bersitatap dengan wajah sama-sama terkejut.

"Melody, kau-" suara Kaal terdengar lebih dahulu, meski terlalu parau dan lemah.

"Kau bisa melawan?"

Melody menarik nafas pendek. gadis itu berjalan ragu menghampiri Kaal dengan wajah tertunduk.

"Y-Ya. Aku bisa." Jawab Melody sambil meraih ranselnya yang berada di kaki Kaal.

Ini adalah pertama kalinya Kaal mendengar Melody bicara.

Pikirannya mendadak kacau karena terlalu banyak kejadian luar biasa yang ia terima dalam sehari.

"Aku minta maaf..."

"Ini bukan saatnya untuk minta maaf dan untuk apa kau minta maaf padaku Melody... dan kenapa kau tidak pernah melawanku?"

Melody menatapnya dalam. Sorot sendu yang terpancar dari kornea mata gadis itu seketika membuat dunia Kaal berputar.

"Karena aku tidak mau." Sahut Melody kemudian.

Kaal mengernyit, mencoba menerka sandiwara macam apa yang sedang Melody perankan saat ini.

"Kenapa?"

"Aku tidak mau Kaal"

"Kenapa?"

"Aku tidak mau."

...TBC...

1
Mimin Mimin
update lagi
Withlove9897_1: hari ini update kok🙂‍↔️🙂‍↔️🫠🫠🫠
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!