Musuh Tapi Menikah.

Di sepanjang perjalanan kembali ke rumah, Laura terus penasaran dengan hubungan antara saudari tirinya tersebut bersama Devano. Jika apa yang dikatakan pria bernama Pandu tadi benar adanya, lalu kenapa mereka menikah?? bukankah sangat mencurigakan???

Bukan Laura namanya jika merasa senang melihat ketenangan hidup Inayah.

"Apa saat ini Inayah tengah menyembunyikan sesuatu???." batin Laura yang kini terlihat memicingkan kedua matanya, pertanda curiga. Penyakit hati Laura terhadap Inayah kembali kambuh setelah mendengar pengakuan Pandu di restoran tadi.

"Mobil siapa ini???." baru saja memasuki gerbang rumahnya Laura melihat keberadaan mobil asing terparkir di halaman rumah. penasaran dengan pemilik mobil tersebut ia pun segera masuk ke dalam rumah. "Mama ke mana, bi???."

Wajah asisten rumah tangga tersebut berubah panik melihat keberadaan Laura. "E...anu ...itu, non..." Asisten rumah tangga tergagap dalam menjawab, dan itu semakin menambah kecurigaan di hati Laura. tanpa menunggu jawaban selanjutnya dari asisten rumah tangganya itu Laura bergegas menuju ke kamar ibunya.

"Apa yang Mama lakukan....???" saking syoknya menyaksikan adegan dewasa yang dilakukan ibunya bersama seorang pria muda di kamar tersebut Laura sampai menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Pria yang kini tengah bergelut bersama ibunya tersebut sontak saja beranjak turun dari tempat tidur, tanpa sehelai benang pun yang menutupi seluruh tu_buhnya. Dengan cepat pria itu meraih celananya yang teronggok tak berharga di lantai.

"Mama bisa jelasin semuanya, Ra." sama seperti lawan mainnya, ibu kandung Laura tersebut gegas turun dari tempat tidur, hanya dengan sebuah selimut yang digunakan untuk menutupi tu_buhnya yang polos.

Laura tersenyum miring. "Laura tidak peduli dengan apa yang mama lakukan, tapi setidaknya jangan melakukannya di rumah ini!!!. Bagaimana jika sampai papa melihatnya??? Apa mama mau kita di usir dari rumah ini terus jadi gelandangan di luar sana!!!!." Ya, yang ada dipikiran Laura bukanlah karena merasa kasihan terhadap ayah sambungnya akibat perbuatan kotor ibunya, tetapi hanya karena tak ingin sampai diusir dari rumah jika sampai perbuatan kotor ibunya tersebut diketahui oleh ayahnya Inayah.

Ibunya justru tersenyum lalu dengan santainya berkata. "Kamu tenang saja sayang, karena itu tidak akan pernah terjadi. pria tua itu sedang melakukan perjalanan bisnis kelu_." wanita itu tak menuntaskan kalimatnya.

"Papah...." Laura dan ibunya kompak berseru di saat menyadari keberadaan ayahnya Inayah yang kini tengah berdiri di ambang pintu. Entah sejak kapan pria itu berdiri di sana??? Apakah tadi pria itu sempat menyaksikan apa yang terjadi antara dirinya dan pria simpanannya itu???. Berbagai praduga bersarang di kepala ibunya Laura saat ini.

Ayahnya Inayah yang sudah tersulut emosi lantas bergerak mendekati sang istri. "Plak." tamparan keras suaminya berhasil membuat ibunya Laura merasakan kebas di wajahnya. Sementara pria yang tadi bersamanya telah melarikan diri entah kemana saat mendapat kesempatan.

"Papa tega nampar mama???." wanita licik itu mulai memainkan sandiwaranya dengan air mata buayanya. Sang suami yang sudah terlanjur kecewa dan juga marah tak lagi peduli dengan air matanya itu. sebenarnya sebelumnya ia sudah pernah mendengar tentang perselingkuhan istrinya dari beberapa orang terdekatnya. namun ayahnya Inayah tak pernah percaya dengan semua itu, tapi kali ini ia melihat sendiri dengan mata kepalanya, sang istri tengah berselingkuh dengan pria lain. dan yang lebih menyakitkan lagi, istrinya itu tega melakukan hal kotor tersebut di tempat tidur mereka.

"Kau tahu betul sebesar apa cintaku padamu tapi kenapa kau tega mengkhianati cintaku Diana, kenapa???? Aku bahkan lebih mementingkan dirimu daripada putriku sendiri." pria yang dikenal dengan sikapnya yang tangguh dikalangan pebisnis tersebut terlihat rapuh tak berdaya akibat memergoki perbuatan kotor sang istri bersama pria lain.

Pria paru baya yang tengah dilanda kekecewaan tersebut nampak menyeka wajahnya yang basah karena air mata. "Aku akan segera menceraikan mu, dengan begitu kau bisa bebas melakukannya dengan pria manapun yang kau suka, Diana."

*

"Drtt.....drt.....drt...."

Suara dering ponsel Inayah membuat Devano mau tak mau melepas pagutan bi_birnya. Walau berat sekali rasanya harus menyudahi kegiatan yang kini menjadi kebiasaan baru untuknya tersebut, Devano tetap melakukannya, ia tidak ingin menjadi pria egois dengan mengabaikan panggilan telepon di ponsel istrinya.

"Angkat dulu !!! Siapa tahu penting."

Inayah mengangguk, lalu kemudian meraih ponselnya di atas nakas.

"Pak Darwis????." Inayah tak langsung menjawab panggilan tersebut. pasalnya pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi ayahnya tersebut hanya akan menghubungi dirinya jika ada hal penting tentang ayahnya.

Devano mengangguk, seolah mengisyaratkan istrinya itu untuk segera menjawab panggilan.

"Halo, Pak."

"Nona Inayah, sebaiknya sekarang anda segera kerumah sakit Gala Mitra!!!."

"Rumah sakit??? ulang Inayah dengan raut wajahnya yang mulai terlihat cemas. "Papa baik-baik saja kan, pak???." sambung Inayah menepis perasaan cemas yang mulai merasuki perasaannya.

Belum sempat menjawab pertanyaan Inayah, seorang dokter nampak keluar dari ruangan sehingga pria itu segera menyudahi panggilannya secara sepihak.

"Ada apa, apa terjadi sesuatu, Nay????." tanya Devano.

"Pak Darwis memintaku untuk segera kerumah sakit sekarang, mas." jawab Inayah seraya turun dari tempat tidur.

Devano ikut turun dari tempat tidur untuk bersiap.

Tak lama kemudian. "Ayo, mas anterin!!!." Devano menggandeng tangan istrinya meninggalkan kamar hotel.

Di perjalanan menuju rumah sakit, Inayah tak dapat menyembunyikan raut cemas di wajahnya. Wanita itu menoleh ke arah Devano di saat suaminya itu menggenggam tangannya dengan salah satu tangannya yang lepas. meski tak berucap satu katapun, namun Inayah dapat merasakan jika saat ini suaminya itu sedang berusaha menenangkan dirinya. Terlebih tatapan Devano terlihat begitu teduh.

Tak lama kemudian, mobil Devano pun memasuki basemen gedung rumah sakit dan kebetulan rumah sakit Gala Mitra merupakan tempat pria itu bertugas.

Melihat istrinya yang sudah tidak sabar, dengan langkah lebarnya Devano menuntunnya menuju ruang resepsionis. dengan terbata Inayah menyebut nama ayahnya sebagai salah satu pasien di rumah sakit tersebut, meski dalam hatinya masih besar harapan nama ayahnya tak terdaftar sebagai salah satu pasien di sana. Namun sayangnya harapan Inayah pupus sudah ketika petugas resepsionis rumah sakit menyatakan jika benar nama ayahnya terdaftar sebagai salah satu pasien di sana, dan yang lebih membuat Inayah terpukul adalah saat mengetahui jika ternyata saat ini ayahnya tengah mendapat perawatan intensif di ruang ICU.

Tanpa membuang waktu, Devano segera mengajak Inayah menuju ke ruang ICU.

Dari kejauhan, Inayah sudah dapat melihat keberadaan pak Darwis yang setia berdiri di depan ruang ICU. Inayah berlari menghampiri asisten pribadi ayahnya tersebut. "Apa yang terjadi Pak??? Kenapa papa harus mendapatkan perawatan intensif seperti ini????."

"Tenang kan dirimu, sayang!!!." ujar Devano di saat istrinya itu mulai memberondong pak Darwis dengan berbagai macam pertanyaan di sela tangisnya.

"Bapak terjatuh dari tangga, Nona. Maafkan saya karena tidak berada di sana di saat bapak mengalami semua itu, Nona Inayah." awalnya ketika hendak kembali ke rumah untuk mengambil berkas penting yang ketinggalan, pak Darwis yang akan mengantarkan tuannya itu. Namun di saat yang bersamaan ada sedikit masalah dengan tiket keberangkatan mereka ke Singapura siang ini makanya ayahnya Inayah meminta asisten pribadinya itu untuk segera mengurusnya. untuk berkasnya yang ketinggalan, pria itu berinisiatif untuk mengambilnya sendiri di rumah.