Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergok Rafa
Isa termenung sesaat memikirkan kata-kata ibunya. "Dengar, Isa, kamu harus secepatnya jujur pada Jinan dan bawa dia ke rumahmu. Untuk apa kamu punya rumah mewah dan uang banyak, kalau kamu tidak membawa istri dan anakmu hidup bersama? atau ... kamu punya niat nyeleneh seperti di novel-novel itu, ya? ya semacam nikah kontrak atau apa gitu?"
Isa terkesiap mendengar tuduhan ibunya. "Eh, enggak kok, Ma, Isa gak ada niat mainin pernikahan. Isa akan secepatnya cari cara buat jujur pada Jinan. Mama ga usah khawatir!" elak Isa tak terima atas tuduhan Bu Nur.
Setelah dia kembali ke kontrakan, dia melihat Jinan sudah tertidur. Dia pun mendekat ke arah ranjang dan membenarkan posisi Jinan. "Ya ampun, lucu banget ni anak. Bibirnya imut banget," gumam Isa sambil memainkan bibir mungil Jinan, tapi sebentar kemudian, matanya mendelik melihat cairan bening keluar dari bibir istrinya itu.
"Duh, pake ngiler lagi. Hmm dasar bocil! tadinya aku mau ... ah, lebih baik gak usah nyuri, nanti aja kalau dia gak tidur," Isa terus bergumam sendiri, kali ini dia langsung membaringkan tubuhnya di samping Jinan dan membawa Jinan ke dalam pelukannya.
Paginya, Jinan terbangun saat azan berkumandang. "Ya ampun, Om, bangun udah azan!" Jinan berteriak di telinga Isa saat mendapati tangan suaminya berada di pinggangnya.
"Hehe, iya. Kamu duluan ya, Mas masih ngantuk." tolak Isa tak mau bangun.
"Idih, gak boleh malas, ayo banguun!" Jinan kembali berteriak sembari menarik-narik tangan Isa. Karena tak mau mendengar teriakannya lagi, Isa pun terpaksa bangun.
"Om, pagi ini sarapannya bikin aja ya, kan ada nasi bekas tadi malam. Kita goreng! Nanti Inan yang masak, Om yang nyapu di luar," ucap Jinan santai. Isa hanya mengangguk setuju, tapi sedetik kemudian, matanya melotot karena ingat dia disuruh nyapu.
"Ya ampun, kok, Mas yang nyapu sih. Mendingan Mas yang masak, kamu yang nyapu aja. Gak enak kalau dilihat emak-emak tetangga kita," tolak Isa.
Jinan mendengus kesal, tapi dia tetap menyetujui. Tak lama kemudian, ada sebuah mobil terparkir di depan Kontrakan mereka. "Assalamualaikum, Inan, apa kabar?" sapa laki-laki yang turun dari mobil Avanza.
"Alaikum salam, eh, Om Asisten, kok, bisa ke sini?" sambut Jinan pada laki-laki yang ternyata adalah Rafa. Rafa sedikit heran karena melihat mobil bosnya terparkir dekat halaman Kontrakan Jinan.
"Iya, ni, kebetulan lewat. Tadinya mau sekalian jemput kamu biar kita bareng ke kantor, tapi sepertinya kamu udah ada yang jemput deh," ucap Rafa sambil melirik ke arah Mobil Isa.
"Oh, gak juga. Ya udah masuk dulu. Sekalian sarapan bareng. Ayo!" ajak Jinan pada Rafa. Meski merasa tak enak hati, tapi Rafa tetap masuk.
"Duduk Om, sebentar ya, Inan bantu Om Isa siapin sarapan dulu,"
Rafa mengangguk dan bermaksud duduk, tapi sesaat kemudian matanya membeliak melihat sosok laki-laki yang sedang membawa mangkok berisi nasi goreng. "Nan, ini nasinya udah matang, ayo bawa piringnya!" seru Isa sambil meletakkan mangkok berisi nasgor ke atas meja.
"Loh, Kok, Pak Isa masak buat Jinan? apa aku masih mimpi ini?" guman Rafa dengan suara agak keras hingga membuat Isa menoleh ke arah ruang tamu.
"Rafa, kamu? siapa yang izinin kamu masuk?" Isa langsung mendekat sambil mengomel.
"Eh, Jinan yang izinin Om masuk, biar sarapan bareng kita Om," sahut Jinan dari dalam dapur.
Karena tak enak hati, Rafa pun bermaksud berpamitan, "Kalau begitu, saya pergi dulu, Pak Bos!" pamit Rafa, namun segera dicegah oleh Jinan.
"Om Rafa sarapan dulu, ayo, gak usah malu-malu! gak apa-apa kan, Om?" seru Jinan sembari meminta izin pada Isa. Akhirnya dengan terpaksa Isa pun mengizinkan Rafa sarapan bersama mereka meski masih berada dalam kebingungan.
****
"Apa kamu gak mau bertanya kenapa aku di rumah Jinan?" tanya Isa pada Rafa ketika mereka sudah di kantor.
"Apa bapak punya hubungan saudara sama Jinan? Hehe kalau begitu boleh dong, nanti biar saya dekat dengan Jinan," jawab Rafa sekenanya. Dia mengira Isa masih saudara dengan Jinan karena Jinan memanggilnya Om.
"Jauhi dia!"
"Aduh, Pak. Jangan begitu dong! Kalau dalam kerjaan, okelah Bapak atur saya, tapi ini kan soal perasaan, masa mau diatur juga," protes Rafa sambil menyengir.
"Jadi maksud kamu mau ngajak aku saingan?"
"Ya, kalau Bapak memang mau bersaing, Oke aja. Selama Janur kuning belum melambai, kan, masih umum, Pak." Rafa tetap kekeh ingin mendekati Jinan.
"Janur kuning memang belum melambai, tapi sayangnya akad nikah sudah kami lakukan, jadi baiknya kamu mundur!"
Rafa tersentak mendengar kata akad nikah, "maksud Pak Isa?"
"Jinan itu istriku, bagaimana kamu mau saingan denganku untuk mendapatkan istriku?"
Glek!!
"Hehe, maaf Pak Isa, saya ga tahu, tapi ... kok, dia tinggal di kontrakan?"
"Itu dia yang harus kamu rahasiakan. Jinan belum tahu kalau aku Bosnya di sini, aku mengaku kerjaku hanya sopir. Kamu harus bantu aku rahasiakan ini sebelum aku punya waktu yang tepat untuk menjelaskan padanya. Apa kamu paham?"
Rafa terpaksa mengangguk. Kini pintu sudah benar-benar tertutup. Meski berat, dia harus ikhlas untuk menjauh. Tidaklah mungkin dia akan menjadi pebinor, apalagi itu istri bosnya sendiri.
****
Sementara itu Jinan, kini sudah bekerja seperti biasa. "Inan, nanti siang tunggu Mas di halte, Mas mau ngajak kamu pergi ke satu tempat," tulis Isa dalam chatnya.
Jinan pun tersenyum sendiri saat membalas chat dari suami tercinta. "Ok!" balasnya.
"Jinan, ponselmu bagus banget. Ini kan mahal, kamu dapat dari mana?" tanya Rima, teman Jinan.
"Jangan-jangan, kamu main sama om-om, tadi aku dengar kamu panggil Om di telefon," sahut yang lain. Jinan pun menoleh dengan kesal.
"Ini hadiah dari Om gue, elo jangan bicara sembarangan! emang elo pikir gue perempuan apaan?" ketus Jinan tak terima dihina.
Setelah waktu makan siang, Jinan menuruti suaminya untuk pergi ke halte. Kali ini Isa memakai mobil biasa, yang biasa dipakai sopirnya. "Ayo ikut!" seru Isa sambil membuka pintu mobil.
Di kejauhan, terlihat teman sesama OG Jinan rupanya membuntuti Jinan sampai Halte, "Dasar gadis murahan, pasti dia memang suka main sama om-om, makanya dia dapat ponsel yang mahal begitu," gumam perempuan itu, setelahnya dia menyebarkan foto Jinan ke semua teman sesama OB.
Setelah beberapa menit lamanya, Isa akhirnya sampai di tempat yang ia tuju. "Ayo turun!"
Jinan pun turun dari mobil, mata gadis itu terlihat takjub ketika sadar dia berada di tempat yang dia impikan.
..... semangat Thor up nya 🥳😘😘🫰😘
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.