Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekretaris,
"Nin, simpan jaket ini di ruangan. Kalau ada yang mengambil, tolong berikan. Aku sudah menghubungi pemiliknya," ucap Amel saat menemui manager kedai kopinya. "Oh ya, selama satu bulan ke depan aku ada pekerjaan di perusahaan. Tolong, berikan laporannya setiap hari lewat email," lanjut Amel.
Hampir enam puluh menit, Amel berbicara dengan Nina mengenai kedai kopi ini. Setelah selesai, Amel keluar dari ruangan. Pagi ini dia harus berangkat ke tempat Sari untuk menyiapkan segala keperluan untuk menjamu klien dari Bali.
"Alamat sesuai dengan pesanan yang ada di aplikasi ya, Pak," ucap Amel setelah masuk ke dalam taksi online yang dia pesan.
Bayang-bayang wajah tampan Andra terus menghantui pikiran. Amel gelisah sepanjang malam setelah bertemu dengan Andra. Dia bingung karena tidak bisa menepis perasaannya kepada pria asal Kalimantan itu. Setelah sekian lama, akhirnya ada sosok pria yang berhasil menumbuhkan benih asmara di hati.
"Tidak. Ini terlalu cepat," gumam Amel saat menepis perasaannya sendiri. "Fokus pada pekerjaanmu. Fokus, fokus fokus," gumam Amel dengan suara yang sangat lirih.
Segala angan tersebut berakhir dengan helaan napas berat beberapa kali. Amel mencoba mengalihkan pikirannya dari Andra. Gadis asal Bandung itu menyibukkan diri bermain ponsel. Mencari sesuatu yang baru tentang pekerjaan yang selama ini digelutinya.
"Rumah gerbang putih ya, Pak. Kurang beberapa meter lagi," ucap Amel setelah taksi online yang ditumpanginya memasuki kawasan tempat tinggal Sari.
Selang beberapa menit, akhirnya Amel sampai di rumah Sari. Dia mengayun langkah memasuki rumah megah tersebut. Seperti biasa, Amel menyapa beberapa teman yang ada di sana. Akan tetapi keramahan Amel tak dihiraukan oleh mereka.
"Pagi, Mi," sapa Amel saat menemui Sari di ruang kerjanya.
"Pagi, Jo. Bagaimana? Sudah siap?" balas Sari seraya menatap Jovana yang tak lain adalah Amel.
"Siap sih, Mi. Tapi aku belum siap-siap di kamar. Bukannya pak Yanu sampai di sini siang ya?" tanya Amel.
"Kalau begitu sekarang bersiaplah. Setelah makan siang Boby akan mengantarmu ke apartment pak Yanu. Ingat, Jo! Berikan pelayanan terbaik," ujar Sari dengan sorot mata penuh arti.
Tuntutan memuaskan klien selalu ditekankan oleh Sari untuk mempertahankan agensinya. Dia tidak mau mengecewakan klien, apalagi sampai ada yang komplain tentang pelayanan di sana. Jovana lah hasil didikan Sari yang masih bertahan dalam menjaga kualitas pelayanan pelanggan.
****
Semilir angin menyapa sosok yang keluar dari mobil hitam. Ya, Jovana telah tiba di depan lobby apartment yang ditempati Yanuar tepat pukul dua siang. Penampilannya siang ini terlihat anggun dan menawan.
"Bob, tolong urus mobil ku yang ada di bengkel ya. Jangan lupa selalu pantau lokasiku," ucap Jovana saat Boby mengeluarkan kopernya.
"Oke. Urusan keamanan itu gampang. Gue pergi dulu," balas Boby sebelum berlalu pergi.
Jovana pun bergegas memasuki gedung raksasa itu. Kedatangannya disambut oleh asisten pribadi pengusaha asal Bali itu. Dia diantar sampai di depan pintu unit yang ditempati oleh Yanuar.
"Selamat siang," sapa Jovana setelah bertemu dengan Yanuar.
"Siang. Silahkan masuk," sambut Yanuar ramah.
Yanuar, salah satu klien yang disukai oleh Jovana karena selalu bersikap hangat dan perlakuannya sangat lembut. Seperti saat ini, Jovana diantar sampai ke dalam kamar. Dia dipersilahkan istirahat sambil menunggu sang empu zoom meeting dengan koleganya.
Detik demi detik telah berlalu begitu saja. Setelah hampir satu jam menunggu Yanuar menyelesaikan urusan pekerjaan, Jovana segera keluar dari kamar. Dia menghampiri Yanuar yang sedang duduk di meja makan. Kedua tangannya pun melingkar di leher duda anak dua itu.
"Apa Mas Yan lapar?" tanya Jovana dengan suara yang merdu. "Saya bisa membuatkan Mas beberapa masakan negeri," bisik Jovana.
"Tidak, Sayang," ucap Yanuar sambil menyentuh pipi Jovana. "Aku memanggilmu ke sini bukan untuk menjadi koki." Yanuar menatap wajah cantik Jovana sekilas.
"Lalu?" Bisik Jovana lagi.
"Duduklah." Yanuar menepuk kursi yang ada di sampingnya. "Temani aku zoom meeting sekali lagi. Aku tahu jika kamu adalah wanita yang cerdas. Catat setiap poin penting yang aku bicarakan," ujar Yanuar seraya menyodorkan ipad ke tempat Jovana.
"Ini pekerjaan yang sangat mudah, Mas," jawab Jovana setelah menerima ipad tersebut.
Tak lama setelah itu, keduanya mulai memasang wajah serius. Yanuar sibuk dengan pembicaraannya, sementara Jovana sibuk menyimak dan mencatat setiap poin penting dalam meeting tersebut. Wajah cantik yang semula terlihat menggoda, kini telah berubah menjadi serius. Sesekali Yanuar menoleh ke tempat Jovana. Duda asal Bali itu beberapa kali mengembangkan senyum ke arah Jovana.
"Kenapa Mas Yan senyum-senyum begitu? Ada yang salah kah?" tanya Jovana setelah meeting tersebut berakhir.
"Tidak. Aku suka saat melihatmu serius seperti tadi. Kamu terlihat menggoda jika sedang dalam mode serius. Inilah yang membuatku susah melupakanmu, Sayang," jelas Yanuar tanpa mengalihkan pandangan dari wajah tampan Yanuar.
"Apakah ini berarti aku harus ganti pakaian layaknya seorang sekretaris, Mas?" tanya Jovana dengan tatapan genit.
"Kamu sangat paham bagaimana keinginanku," jawab Yanuar sambil meraih telapak tangan Jovana. "Bolehlah kita melakukan pemanasan sore ini sebagai hidangan pembuka. Aku tunggu di sini, Sayang." Tatapan mata Yanuar tak beralih dari wajah cantik Jovana.
Tanpa banyak bicara lagi, Jovana berlalu dari ruang makan. Dia segera masuk kamar untuk mengganti pakaiannya sesuai dengan keinginan Yanuar. Tak lupa Jovana menyemprotkan aroma parfum yang memabukkan.
"Semoga saja dia bukan pria tangguh agar permainannya cepat selesai," gumam Jovana sebelum keluar dari kamar.
...🌹TBC🌹...
Mohon maaf karena dua hari belum update. Othor sibuk karnaval🙏
Takutnya kliennya ternyata bapaknya Andra atau malah Andra sendiri
Bonyok
Pasti mereka bakal suka rela membantu Amel buat kasih pelajaran..
Semoga Andra bisa membuat Amel terus bahagia dan berharga..
Amel untungnya punya prinsip kuat..
Kyk sudah rahasia umum kalau sudah berhubungan dengan bapak atau tiri..walau pun ada yg baik juga
Bikin kesel,,ibunya Amel sadarnya telat juga..
Miris banget nasib Amel
Ibunya Amel sudahsalah di awal..fatal akibatnya..