Dahulu sangat angkuh, dahulu sangat bermulut pedas, dahulu senangnya menghina, karena merasa dirinya cantik dan kaya hingga bisa dengan mudah mendapatkan segalanya.
Namun sebuah tragedi menimpanya, disaat dirinya mengalami kecelakaan tunggal hingga membuat dirinya tak bisa berjalan lagi.
Dirinya yang frustasi membuat nya menjadi gadis pendiam, hingga tiga tahun berlalu dirinya di pertemukan lagi oleh seseorang karena dijodohkan oleh orang tuanya.
Orang yang selalu di hinanya dan orang yang selalu di caci oleh dirinya, kini berstatus calon suaminya.
Melihat kebisuan Anika Putri membuat seorang mafia dingin seperti Bara bertanya.
"Dimana mulut mu yang dulu sepedas balsem extra hot hem? " tanya Bara Pratama yang saat ini menjadi seorang mafia berhati dingin.
Ikuti kisah Bara dengan Nika yuk bagaimana rumah tangga mereka setelah mereka menikah, berbagai perdebatan dan pertengkaran menghiasi rumah tangga mereka. akankah rumah tangga mereka berjalan langgeng?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung Ke Mansion
Tapi Nika akhirnya mengerjakan apa yang diminta oleh Bara dia mulai membuat pola di sebuah bahan yang sudah tersedia di kamar nya, bahan berwarna biru langit, saat dirinya memulai membuat pola di atas meja kerjanya sesekali dia tersenyum, bukan karena apa dia tersenyum seperti itu, dia tersenyum saat dirinya mengingat kelakuan konyol Bara di masa lalu.
Kelakuan yang selalu membuat dirinya kesal, tapi di balik itu semua sebenarnya dirinya selalu tersenyum bila mengingat kenangan masa lalu. apa lagi saat dirinya mengingat bagaimana Bara memeluk dirinya saat berboncengan dengannya karena saat itu Nika membawa motor milik Bara yang kala itu masih berprofesi sebagai tukang nasi goreng, Nika mengendarai motor matic tersebut dengan kecepatan penuh hingga seperti seorang pembalap yang sedang bertanding di arena sirkuit.
Bara yang kala itu takut terjatuh terpaksa memeluk perut gadis itu erat, bahkan rambutnya yang tergerai indah saat itu menyapu wajah Bara hingga wangi harum dari shampoo yang digunakan Nika terhirup oleh indera penciuman Bara, bahkan parfum gadis itu pun sampai melekat di baju Bara.
"Hihi dulu kau begitu polos Bara tak ku sangka itu hanya kebohongan mu saja, karena kau tak se polos itu rupanya, malah aku yang seperti nya orang yang polos karena tak tahu kalau sebenarnya kau itu berdarah dingin" gumam Nika sambil menggunting bahan yang sudah dia beri gambar pola.
Tangan Nika tiba-tiba terhenti melakukan aktivitas dia pun bergumam kembali.
"Aku rindu kamu yang dulu Bara" gumam Nika kembali.
"Bara yang selalu ceplas-ceplos Bara yang selalu melindungi ku dan peduli kepada ku meski kamu selalu terlihat cuek tapi kamu selalu ada untuk ku bila aku membutuhkan mu"
"Mungkin benar apa kata Zea, kalau kau memang peduli pada ku tapi kau selalu menutupi rasa peduli mu itu dengan sikap masa bodo mu itu, tapi justru sikap mu yang seperti itu lah yang aku rindukan dari mu Bara"gumam Nika.
Dia pun meneruskan pekerjaan nya lagi, tapi tiba-tiba dirinya ingat sesuatu hingga tangannya terhenti lagi untuk melakukan pekerjaan.
"Kata tuan besar Tama anaknya itu sulit sekali berhubungan dengan perempuan? jadi selama ini dirinya, tak pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun? aku juga pernah waktu itu mendengar dari mulut nua sendiri dirinya tak mau berhubungan dengan perempuan karena merepotkan, apa dia itu tidak normal, ya... Jangan-jangan dia tidak normal sebab dulu saja waktu aku masih remaja dan selalu berpakaian minum dia tak pernah tertarik dengan ku dan malah mencela ku, astaga aku baru sadar dia itu tidak normal, ya ampun aku akan menikah dengan pria tidak normal? "Nika berspekulasi sendiri tentang Bara yang katanya tidak tertarik dengan wanita.
" Huft nasib ku benar-benar sial"keluhnya.
Nika pun melakukan pekerjaannya kembali dia memotong kain yang telah dia gambar pola dengan pensil pola. Dia pun berkonsentrasi kembali dan tidak memikirkan Bara yang jauh kemana-mana.p
Hingga tiga hari pun berlalu.
Malam ini Matheo di perintahkan tuan Tama untuk menjemput keluarga Nika, dan Nika pun sekaligus memberikan taxido kepad Matheo yang di kemas Nika kedalam box besar.
Dan dengan hati-hati Matheo meletakan box berisi taxido tuan mudanya di bagasi mobil.
Nika dan keluarga nya pun di bawa oleh Matheo menggunakan mobil mewah keluarga Tama ke mansion yang di tinggali oleh tuan Tama dan Bara.
Dan saat di dalam perjalanan Nika hanua terdiam saja, malam ini dia menggunakan dres berwarna merah cabai dia pun hanya menggerai rambutnya yang hitam dan panjang sepinggul itu dan hanya mengenakan riasan tipis saja.
Malam ini adalah penetapan hari pernikahan mereka yang rencananya sebentar lagi akan di laksanakan, tak ada raut wajah bahagia di wajah gais berusia 28tahun itu, karena dirinya menganggap ini hanyalah pernikahan bisnis di tambah calon suaminya yang menurutnya sekarang itu sangat lah berubah, mungkin bila Bara yang saat ini masih Bara yang dulu mungkin perasaannya akan berbeda, meski dirinya pernah di buat kecewa oleh pria tampan dan dingin itu.
Hingga tak terasa mobil pun sampai di depan gerbang mansion keluarga Tama, mobil memasuki gerbang dan melewati taman yang sangat besar dan indah, dimalam hari taman tersebut di beri penerangan oleh lampu-lampu taman yang berbentuk prisma segi lima dan di tengah taman ada air mancur yang keluar dari mulut sebuah patung berbentuk ikan mas yang besar.
Nika tersenyum saat melihat patung tersebut, dia merasa lucu karena dia fikir tempat tinggal seorang mafia itu indentik dengan kesan yang misterius dan kejam, tapi ini sungguh di luar dugaan, mansion ini begitu indah fikir Nika, semua ornamen yang ada di sana sangat indah dan terlihat mewah.
Mobil pun berhenti di depan pintu utama mansion dan Matheo pun membukakan pintu mobil bagian belakang.papah dan mamah Nika membantu Nika turun dari mobil dan membantu nya duduk dikursi rodanya yang telah di sediakan oleh Matheo.
Luna yang penasaran dengan calon istri Bara hanya menatap meremehkan kepada Nika yang duduk di kursi roda.
"Astaga paman ku itu apa sudah hilang akal? menjodohkan kak Bara dengan perempuan lumpuh seperti itu di tambah body nya yang sangat kurus aku rasa angin berhembus kencang sedikit saja dirinya sudah terbang melayang" gumam Luna yang meremehkan Nika.
Sementara tuan Tama yang menyambut kedatangan keluarga Nika pun tersenyum hangat kepada keluarga tersebut terutama kepada Nika calon menantunya. dan itu semakin membuat Luna menjadi semakin iri melihat itu.
Sedangkan Bara masih berada di kamar nya dan belum turun untuk makan malam bersama, Matheo pun membawa box besar berisi taxido milik bosnya.
Luna yang melihat Matheo membawa box berwarna cream itu penasaran dengan apa yang ada di dalam box tersebut, hingga dirinya pun menghampiri Matheo.
"Hei... Math apa yang kau bawa itu? " tanya Luna penasaran.
"Ooo ini taxido milik tuan muda nanti taxido ini lah yang akan di pakai di hari pernikahan nya, ini rancangan nona Nika sendiri" jelas Matheo.
ooo dia bisa mendesain pakaian rupanya.
Batin Luna.
Setelah Matheo menjelaskan itu kepada Luna Matheo pun langsung pergi menuju kamar bosnya.
Tok... tok...
"Masuk" terdengar suara dari dalam kamar.
cek lek.
Matheo masuk setelah beberapa pengawal membukakan pintu kamar Bara.
"Tuan muda ini" Matheo menaruh box itu di kasur Bara.
"Hem ya sudah taruh saja disana, aku sudah siap" jelas Bara yang langsung ingin turun dari kamar nya.
"Apa anda tidak ingin melihat rancangan nona Nika tuan? " tanya Matheo.
Bara berhenti berjalan menuju pintu kamar nya tapi beberapa detik kemudian dia berjalan kembali kearah pintu kamar tersebut.
"Nanti saja aku tak ingin mendengar papah mengomeli ku di depan si tusuk sate itu" ucap Bara sambil berjalan keluar kamar nya.
Namun saat Bara berjalan menuju lift dirinya merasa ada yang mengawasi gerak geriknya, jiwa mafianya memang tajam.
"Siapa disana?! " teriaknya kesebuah sudut tembok yang ada di ujung lorong lantai ini.
Bersambung.