Nadia Pramesti, seorang arsitek muda berbakat, mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup setelah sebuah kecelakaan tragis membawanya kembali ke masa lalu, tepat sebelum hidupnya hancur karena kepercayaan yang salah dan pengkhianatan —akibat kelicikan dan manipulasi Dinda Arumi, sahabat masa kecil yang berubah menjadi musuh terbesarnya, dan Aldo, mantan kekasih yang mengkhianati kepercayaannya.
Di kehidupannya yang baru, Nadia bertekad untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan menghindari perangkap yang sebelumnya menghancurkannya. Namun, Dinda, yang selalu merasa tersaingi oleh Nadia, kembali hadir dengan intrik-intrik yang lebih kejam, berusaha tidak hanya menghancurkan karier Nadia tetapi juga merenggut satu-satunya pria yang pernah benar-benar dicintainya, Raka Wijaya.
Nadia tidak hanya berhadapan dengan musuh eksternal, tetapi juga harus melawan rasa tidak percaya diri, trauma masa lalu, dan tantangan yang terus meningkat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan di Balik Tirai
Bab 25
Lina, yang menyadari bahwa mereka terjebak, mulai memberi perintah kepada anak buahnya untuk mencari jalan keluar. Namun, semua pintu sudah terkunci, dan satu-satunya jalan keluar adalah pintu yang dijaga oleh Raka dan Bayu.
Di dalam gudang, suasana mulai kacau. Lina marah besar, tapi situasi sudah terlanjur di luar kendalinya. Raka dan Bayu mendengarkan setiap percakapan mereka melalui alat penyadap, memastikan mereka mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan untuk menghancurkan Kumpulan Bayangan.
Ketika situasi di dalam gudang semakin memburuk, Nadia menghubungi pihak berwenang, memastikan bahwa mereka bisa datang untuk menangkap Lina dan anak buahnya. Raka dan Bayu tahu bahwa mereka harus tetap waspada, karena ini bisa menjadi langkah terakhir mereka untuk menghancurkan Lina.
Lina yang terperangkap di dalam gudang bersama anak buahnya, sementara Raka, Bayu, dan Nadia bersiap untuk langkah terakhir mereka. Akankah mereka berhasil menjatuhkan Lina untuk selamanya, atau apakah Lina masih memiliki kartu as yang belum terungkap? Keberanian dan kecerdikan mereka akan diuji dalam bab-bab yang akan datang.
###
Malam semakin larut ketika Raka, Bayu, dan Nadia menyusun langkah terakhir mereka untuk menuntaskan konflik yang telah berlangsung lama. Meski Lina dan sebagian besar anak buahnya sudah terperangkap di dalam gudang, mereka sadar bahwa ini bukan akhir dari pertarungan. Lina adalah sosok yang licin, dan mereka tidak bisa meremehkan kemampuannya untuk melawan balik.
Di dalam gudang, Lina berusaha keras mempertahankan kendali, meski keadaan semakin kacau. Anak buahnya mencoba membuka pintu dengan kekuatan, namun tak berhasil. Lina, dengan wajah penuh amarah, memerintahkan mereka untuk mencari cara lain. Dia tahu waktu mereka terbatas, dan jika mereka tidak segera keluar, semuanya bisa berakhir buruk.
Sementara itu, di luar gudang, Raka dan Bayu mengamati setiap gerakan dari layar monitor. Nadia terus berkomunikasi dengan pihak berwenang, memastikan bahwa mereka segera datang untuk menangkap Lina. Mereka tahu bahwa kehadiran polisi akan menjadi pukulan terakhir bagi Kumpulan Bayangan.
“Raka, aku melihat ada pergerakan di sisi barat gudang,” kata Bayu, matanya tertuju pada layar monitor. “Mereka mencoba membuka pintu darurat.”
Raka mengangguk, sudah memprediksi langkah itu. “Kita harus siap. Jika mereka berhasil keluar, kita harus bisa menangkap mereka.”
Nadia, yang memantau situasi dari jarak jauh, memberikan instruksi dengan tenang. “Jangan terlalu dekat dengan mereka. Biarkan polisi yang menangani penangkapan. Fokus kita adalah memastikan tidak ada yang lolos.”
Raka dan Bayu memperketat pengawasan di sekitar pintu darurat. Mereka tahu bahwa Lina tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Waktu terus berjalan, dan ketegangan semakin meningkat. Setiap detik terasa begitu lambat, seolah waktu enggan berpihak pada mereka.
Di dalam gudang, Lina mulai menyadari bahwa situasinya semakin tidak menguntungkan. Dia tahu bahwa jika dia tertangkap, semuanya akan berakhir. Namun, sebagai seorang yang selalu berada di puncak permainan, Lina tidak berniat menyerah begitu saja. Dia mengeluarkan telepon satelit dari tasnya, mencoba menghubungi kontak yang bisa membantunya keluar dari situasi ini.
Namun, saat Lina mulai melakukan panggilan, suara pintu besar terbuka mengagetkannya. Beberapa polisi bersenjata lengkap masuk, mengarahkan senjata mereka ke Lina dan anak buahnya. Suasana di dalam gudang seketika berubah menjadi penuh ketegangan.
“Lina, kamu sudah terkepung. Letakkan senjatamu dan serahkan diri,” salah satu polisi memerintahkan dengan tegas.
Mata Lina menyipit, menimbang situasi. Dia tahu bahwa melawan sekarang hanya akan memperburuk keadaan. Dengan tatapan penuh kebencian, dia perlahan meletakkan teleponnya, menandakan bahwa dia menyerah. Anak buahnya pun mengikuti, melepaskan senjata dan mengangkat tangan mereka.
Raka dan Bayu yang melihat dari monitor, menghela napas lega. Mereka akhirnya berhasil menjebak Lina, dan sekarang waktunya bagi pihak berwenang untuk menyelesaikan bagian mereka.
“Ini dia,” kata Bayu, merasakan beban besar terangkat dari pundaknya. “Kita akhirnya sampai di sini.”
Namun, Nadia yang masih memantau situasi, memperingatkan mereka untuk tidak terlalu cepat merasa puas. “Kita belum tahu semua yang Lina rencanakan. Tetap waspada. Ini mungkin hanya sebagian dari rencana besarnya.”
Raka mengangguk. “Benar. Lina selalu punya cara untuk menyimpan kartu asnya. Kita harus memastikan bahwa tidak ada lagi ancaman dari Kumpulan Bayangan.”
Pihak berwenang segera menangkap Lina dan anak buahnya, membawa mereka keluar dari gudang dengan pengawalan ketat. Namun, meskipun Lina telah tertangkap, Raka, Bayu, dan Nadia tahu bahwa ancaman dari Kumpulan Bayangan mungkin belum sepenuhnya berakhir.
Ketika Lina dibawa pergi, dia menoleh untuk melihat Raka dan Bayu yang berdiri di kejauhan. Senyum liciknya masih terukir di wajahnya, seolah memberi isyarat bahwa ini belum benar-benar berakhir.
Nadia yang melihat ekspresi Lina, merasakan kegelisahan yang sama. “Raka, kita harus terus mengawasi pergerakan sisa-sisa Kumpulan Bayangan. Lina mungkin sudah tertangkap, tapi kita tidak tahu apa yang telah dia rencanakan sebelum ini.”
Raka mengangguk, menyadari bahwa perjalanan mereka masih jauh dari selesai. Meski mereka berhasil menangkap Lina, masih ada banyak misteri yang belum terungkap.
Perasaan lega bercampur kewaspadaan. Pertarungan dengan Lina mungkin telah mencapai puncaknya, tapi ancaman dari Kumpulan Bayangan masih menggantung di udara. Mereka harus bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk, karena perang ini mungkin belum sepenuhnya berakhir.
###
Ketenangan setelah penangkapan Lina tak berlangsung lama. Meskipun musuh utama mereka telah tertangkap, Raka, Bayu, dan Nadia tidak bisa sepenuhnya merasa tenang. Dalam diam, mereka semua menyadari bahwa ancaman sebenarnya mungkin masih mengintai di balik bayangan.
Setelah kembali ke apartemen, ketiganya duduk bersama untuk mendiskusikan langkah selanjutnya. Raka, yang selalu berpikiran jauh ke depan, tahu bahwa sesuatu yang lebih besar mungkin sedang menunggu mereka.
“Kita sudah menangkap Lina,” ujar Bayu dengan nada ragu, “tapi kenapa aku merasa ada sesuatu yang masih belum kita ketahui?”
Nadia menatap layar laptopnya, mencoba mencari petunjuk yang mungkin terlewat. “Aku juga merasakannya, Bayu. Lina tidak mungkin menjalankan semua ini sendirian. Dia pasti punya kaki tangan atau mitra yang belum kita temukan.”
Raka setuju. “Dan aku yakin mereka tidak akan tinggal diam melihat Lina ditangkap. Kita harus menggali lebih dalam untuk menemukan siapa saja yang terlibat.”
Nadia mengetik dengan cepat di laptopnya, mengakses database rahasia yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Setelah beberapa menit, dia menemukan sesuatu yang mencurigakan. “Lihat ini. Ada beberapa transaksi besar yang terjadi beberapa hari sebelum kita menjebak Lina. Dan transaksi-transaksi ini terkait dengan rekening yang kita tahu bukan milik Lina.”
Bayu mengerutkan kening. “Rekening siapa?”
Nadia memutar layar laptopnya agar Raka dan Bayu bisa melihat. “Rekening ini terhubung ke seorang yang bernama Kasper, seorang yang disebut-sebut sebagai dalang di balik banyak operasi gelap di kota ini, namun dia selalu berhasil menghindar dari radar kita.”
Raka menatap tajam ke arah layar. “Kasper... Kita pernah mendengar nama itu, tapi tidak pernah bisa menemukan jejaknya. Jika dia benar-benar berada di balik semua ini, berarti kita sedang berhadapan dengan seseorang yang jauh lebih berbahaya daripada Lina.”
Bayu menambahkan, “Kita tidak tahu banyak tentang Kasper. Dia seperti hantu, selalu ada tapi tak pernah terlihat. Jika dia adalah orang yang sebenarnya menarik semua tali, kita harus bergerak cepat sebelum dia melancarkan serangan balik.”
Mereka bertiga segera sepakat bahwa langkah selanjutnya adalah menyelidiki lebih lanjut tentang Kasper. Mereka tidak bisa hanya duduk dan menunggu. Kali ini, mereka harus proaktif.
Bersambung...