Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.
Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.
Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arc Penyelamatan : Part 5 Valtorin
Setelah para sosok misterius menghilang dan meninggalkan mereka dalam kebingungan, Erlana terlihat gelisah dan cemas. Arez mendekatinya, merasakan tekanan emosional yang dialaminya. Dengan lembut, Arez mengusap kepala Erlana dan berkata, "Tak perlu cemas. Aku tahu kau bingung dan mereka tampaknya tahu soal ayahmu, tapi kita harus fokus. Aku selalu di sisimu."
Erlana tersenyum bahagia mendengar kata-kata Arez. Rasa cemasnya sedikit mereda berkat dukungan dan kehadiran Arez yang selalu menenangkannya.
Melihat momen tersebut, Hanzen mencoba mencairkan suasana dengan sedikit menggoda. "Kalian mesra sekali, aku jadi iri," katanya sambil tersenyum nakal.
Wajah Erlana memerah dan dia menjadi gugup. "Berisik, Hanzen," jawabnya dengan nada malu.
Arez, dengan wajah polos dan ekspresi tenang, hanya diam. Dia tidak tahu bagaimana merespons komentar Hanzen, dan memilih untuk tetap fokus pada situasi mereka. Suasana menjadi sedikit lebih ringan dengan interaksi mereka, memberikan sedikit kelegaan di tengah situasi yang penuh tekanan.
Setelah momen kecil di antara mereka, Arez mengumpulkan kembali fokusnya dan bertanya kepada timnya, "Apakah kalian tahu gunung paling tinggi di wilayah Laconia? Kita perlu menemukannya untuk mencari Cybele."
Hanzen, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang wilayah Laconia, segera memberikan penjelasan. "Ya, aku tahu. Gunung tertinggi di Laconia adalah Gunung Valtorin. Gunung ini dikenal sebagai puncak yang tertinggi di seluruh wilayah dan terletak di ujung timur Laconia, dekat dengan perbatasan menuju wilayah pegunungan yang lebih dingin."
Dia melanjutkan, "Gunung Valtorin adalah gunung yang sangat tinggi, dengan puncaknya sering kali tertutup salju dan kabut. Di sana, suhu sangat dingin dan medan jalannya terjal dan berbahaya. Sangat jarang orang yang pergi ke wilayah sana ditambah banyaknya monster kuat. Namun, jika kita berhasil mencapai puncaknya, kemungkinan besar kita akan menemukan apa yang kita cari,kupikir juga di sana cocok dengan tempat persembunyian."
Erlana, yang masih merasa sedikit gelisah tetapi lebih tenang setelah mendapatkan informasi, bertanya, "Berapa lama perjalanan ke Gunung Valtorin dari sini?"
Hanzen menjawab, "Jika kita bergerak cepat dan memanfaatkan jalur yang ada, perjalanan ke Gunung Valtorin bisa memakan waktu sekitar satu hingga dua hari. Namun, kita harus berhati-hati, karena medan dan cuacanya bisa sangat menantang."
Arez mengangguk, menyerap informasi yang diberikan Hanzen dengan cermat. "Baik, kita harus mempersiapkan diri dengan baik untuk perjalanan ini. Terima kasih, Hanzen. Namun, kita harus memulihkan tubuh kita dahulu dalam beberapa jam."
Erlana menambahkan, "Ya, kau benar. Karena perjalanan ini akan memakan waktu yang Lama dan ditambah setelah pertempuran kita tadi." Hanzen mengangguk setuju, memahami pentingnya pemulihan sebelum melanjutkan.
Sementara tim mempersiapkan tempat istirahat mereka, Arez memutuskan untuk melakukan penyisiran di desa yang telah hancur. Ia berharap menemukan jejak kehidupan atau orang yang selamat dari kekacauan. Namun, saat Arez menjelajahi puing-puing desa, harapannya sirna.
Desa tersebut benar-benar hancur, tanpa satu pun penduduk yang terlihat. Hanya tersisa sisa-sisa pertempuran—jejak-jejak senjata yang berserakan di tanah, pecahan-pecahan rumah yang runtuh, dan bekas-bekas pertempuran yang mengerikan. Setiap sudut desa menunjukkan betapa mengerikannya serangan itu, namun yang paling mengejutkan adalah ketiadaan mayat atau tanda-tanda kehidupan.
Arez merasa kesedihan dan kemarahan meluap di dalam dirinya. Penduduk desa tampaknya telah lenyap sepenuhnya, seolah-olah mereka diambil dari tempat mereka tanpa jejak. Jejak-jejak yang tertinggal hanya menunjukkan betapa brutal dan terorganisirnya serangan tersebut. Seolah-olah desa ini bukan hanya sekadar target, tetapi sebuah pesan untuk menakut-nakuti dan memperlihatkan kekuatan para penyerang.
Setelah beberapa waktu memeriksa area tersebut, Arez kembali ke tempat di mana Erlana dan Hanzen beristirahat. Dia tampak muram, wajahnya menunjukkan betapa menyedihkannya apa yang telah dia lihat. Erlana dan Hanzen memperhatikan keheningan Arez dan segera memahami bahwa hasil pencariannya tidaklah baik.
"Bagaimana?" tanya Erlana dengan nada khawatir.
Arez menghela napas dalam-dalam dan berkata, "Desa ini benar-benar hancur. Tidak ada yang tersisa. Semua penduduk desa telah menghilang–tidak ada mayat satu pun.... Kita harus berhati-hati dan siap untuk apa pun yang mungkin kita hadapi di perjalanan kita ke Gunung Valtorin."
Erlana dan Hanzen mengangguk, merasakan beratnya situasi. Mereka tahu bahwa perjalanan ke gunung tidak hanya tentang menemukan Cybele tetapi juga menghadapi ancaman yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Dengan tekad baru, mereka bersiap untuk beristirahat dan memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan yang berbahaya ini.
Setelah beristirahat selama tiga jam, Arez, Erlana, dan Hanzen siap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka mempersiapkan kuda mereka dengan cepat, memeriksa perlengkapan dan persediaan untuk memastikan semuanya dalam kondisi baik. Hanzen, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang wilayah Laconia, akan memimpin perjalanan mereka ke Gunung Valtorin.
Sebelum mereka berangkat, Hanzen mengumpulkan mereka untuk menjelaskan rencana perjalanan. "Kita akan mempercepat tempo perjalanan dan meningkatkan kecepatan kuda kita. Target kita adalah sampai ke Gunung Valtorin dalam satu hari, yaitu besok pagi. Rute yang akan kita ambil adalah yang tercepat, tetapi juga cukup berbahaya."
Hanzen memulai penjelasan tentang rute yang akan mereka lewati. "Pertama, kita akan melewati Lembah Hijau. Tempat ini dikenal dengan monster-monster beracun yang bisa sangat berbahaya jika tidak berhati-hati. Kita harus tetap waspada dan siap menghadapi potensi serangan."
Dia melanjutkan, "Setelah itu, kita akan memasuki Wilayah Skhembin, yang merupakan wilayah bebatuan dan sangat sulit dilalui. Medan di sini sangat terjal dan penuh dengan batu besar yang dapat menghambat laju kita. Kita harus bergerak dengan hati-hati agar tidak terjebak atau terluka."
Hanzen menatap Arez dan Erlana, memastikan bahwa mereka siap secara mental dan fisik untuk perjalanan ini. "Meskipun rute ini berbahaya, ini adalah jalur tercepat menuju Gunung Valtorin. Aku akan memimpin dan memastikan kita tetap berada di jalur yang benar. Ayo, kita berangkat."
Arez memutuskan untuk mengirim kabar kepada Deorius sebelum memulai perjalanan mereka ke Gunung Valtorin. Dia menghampiri Hanzen dan Erlana, dan berkata, "Sebelum kita berangkat, aku akan mengirimkan surat kepada Deorius. Kita perlu memberitahunya bahwa kita menuju Gunung Valtorin dan meminta agar mereka menyusul kita jika diperlukan."
Arez menulis surat singkat yang menjelaskan tujuan perjalanan mereka dan meminta dukungan serta bantuan. Setelah surat selesai, dia memanggil seekor merpati pos dengan siulan yang telah dilatih. Dengan hati-hati, Arez mengikat surat ke kaki merpati dan melepaskannya.
Merpati itu terbang dengan cepat menuju arah yang dituju, membawa pesan penting Arez ke Deorius. Setelah memastikan pesan telah dikirim, "Surat sudah dikirim. Deorius akan mendapatkannya malam ini." Kata Arez.
Dengan rencana yang jelas dan persiapan yang matang, ketiga anggota tim memulai perjalanan mereka. Mereka menaiki kuda mereka dan mulai melaju melalui lembah hijau. Selama perjalanan, mereka tetap waspada terhadap potensi bahaya dan mematuhi instruksi Hanzen untuk memastikan mereka bisa melewati rute yang penuh tantangan ini dengan selamat.
Selama perjalanan menuju Lembah Hijau, Arez, Erlana, dan Hanzen mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Keadaan di sekitar mereka tampak aneh; tidak ada satu pun monster yang terlihat atau berkeliaran
Arez memandang sekeliling dengan waspada. "Ini tidak seperti biasanya.tidak ada satu pun yang terlihat. Kita harus tetap berhati-hati."
Erlana mengangguk, merasakan ketegangan yang sama. "Mungkin ini tanda bahwa sesuatu yang lebih besar sedang terjadi."
Hanzen menambahkan, "Jangan lupa, kita juga belum memasuki area lembah hijau. Ada kemungkinan monster-monster tersebut sudah pergi jauh dari jalur kita dan menunggu dilembah hijau."
Dengan peringatan Arez untuk selalu waspada, mereka melanjutkan perjalanan melalui area perkebunan dan ladang yang terbengkalai. Mereka berhati-hati setiap langkah, memeriksa lingkungan mereka dengan teliti, dan tetap waspada terhadap potensi ancaman.
Selama perjalanan, mereka melewati tiga desa yang hancur akibat serangan. Desa-desa tersebut tampak benar-benar hancur, dengan bangunan yang runtuh dan puing-puing berserakan. Hanya jejak-jejak kekacauan dan kehancuran yang tersisa.
Erlana dan Hanzen pun terkejut dan tidak habis pikir. mengapa Orang orang misterius yang ditemuk didesa sebelumnya, Menghancurkan desa dan melenyapkan orang orang begitu saja dengan mudahnya.
Arez merasakan kemarahan yang mendalam saat melihat kehancuran yang ditinggalkan. "Ini pasti ulah Mereka. Mereka jelas memiliki niat jahat untuk memancing kita dan telah menghancurkan desa-desa ini tanpa ampun. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja."
Hanzen dan Erlana memahami kemarahan Arez dan saling bertukar pandang. Mereka semua tahu bahwa perjalanan mereka tidak hanya untuk menyelamatkan Cybele, tetapi juga untuk menghentikan kekacauan yang ditimbulkan oleh musuh mereka.
Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.
Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.
Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.
Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Skrng jadi emas /Facepalm/