"sadar kamu itu cuma Suami yang Aku bayar tujuh ratus ribu, harus nya kamu bersyukur karena Aku menyelamat kan kamu dari kejaran para brandal itu!!, jadi gak perlu kamu ngatur Aku sebelum Kamu mampu jadi suami yang bener!! " bentak Heny marah. Karena Anas, melarang nya keluar.
Heny merasa dunia nya jungkir balik setelah menikah dengan Anas kalau bukan karena paksaan sang Papa mana mungkin Heny mau menikah.
sudah dua bulan sejak menikah Heny tidak pernah keluar rumah karena Arifin huda sang Papa masih di rumah memantau pergerakan nya.
Arifin huda selalu melarang Heny keluar rumah kalau tidak pergi bersama sang suami.
"Kamu kalau mau keluar pergi dengan Suami mu, Papa tidak ijin kan Kamu pergi kalau tidak dengan Suami mu" ucap Arifin huda menekan kata Suami agar putri nya sadar akan status nya sekarang.
bentakan serta ungkitan itu udah biasa menghiasi hidup seorang Anas Magenta Jafar.akan terus terngiang ketika Anas sampai di depan rumah, ketidak berdayaan nya selalu jadi ungkitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Heny melangkah dengan perasaan dongkol, sedang Anna menatap punggung Heny dengan dahi berkerut, tidak mengerti kenapa Heny ngotot menyuruh nya pulang. " ada apa sebenarnya, apa mungkin itu pacar Bang Anas kenapa tidak pernah cerita ahh biarkan saja Dia pegi nanti juga kalau Bang Anas sadar biar Ku tanya" kata Anna dalam hati.
" Keluarga pasien bernama Anas magenta" panggil seorang perawat perempuan dari depan pintu ruangan Anas di periksa.
" Ya Saya Mbak. Saya keluarga nya " jawab Anna begitu bangga, sekilas Anna membaca name tag yang tersemat di dada perawat itu.
" oh ya tolong ya mbak urus dulu administrasi nya biar pasien di pindahkan keruang inap. Baik saya permisi" ucap Hesti kemudian pamit dari hadapan Anna.
" ehh tunggu Mbak Hesti. Kira-kira berapa ya Mbak?" tanya Anna ketika perawat Hesti baru dua langkah bergerak dan Hesti berbalik.
" Kalau itu Mbak bisa tanya di depan " jawab perawat sambil nunjuk pake ibu jari kearah depan.
" Administrasi" gumam Anna mengulang kata-kata perawat yang bernama Hesti, Anna mematung setelah perawatan Hesti pergi. "ya Allah apa yang harus Aku lakukan?" batinnya tidak tau harus berbuat Apa. Bayar Administrasi pake Apa sedang uang di dalam saku gamisnya hanya lima puluh ribu.
" Ya Allah bagaimana ini" Anna gelisah kembali terduduk di bangku panjang yang ada di depan ruangan.
" Aduh pake apa Ku bayar" lirihnya sambil terus memutar otak untuk mencari solusi mencari bantuan agar bisa membayar administrasi. " hah Aku bisa minta tolong Bang Irfan dia kan anak orang berada tentu mau lah bantu Bang Anas apa lagi mereka dulu teman Akrab.
Anna merogoh kantong gamis nya untuk mengambil ponsel, setelah menghidup kan Anna berselancar mencari kontak Irfan.
Mata nya fokus mencari kontak Irfan, " Kok nggak ada ya " kata Anna karena tidak menemukan kontak Irfan. " Ahh coba cari sekali lagi nggak mungkin nggak ada " batin nya kembali scroll mencari kontak Irfan.
" Ya Allah bagaimana ini kok nggak ada " batin nya lagi setelah beberapa kali scroll ke atas dan kebawah. " Olah lupa kan udah Ku hapus" gumam Anna setelah ingat beberapa waktu lalu telah menghapus kontak Irfan.
" Ayo Dong Mbak cepat lunasi administrasi nya, Kok malah bengong" tegur perawat Hesti karena dapat teguran dari depan kalau pasien yang bernama Anas magenta belum melunasi administrasi.
Anna mengangkat kepala lalu tertunduk lesu, " Sudah Mbak sudah saya bayar administrasi nya " ucap Heny yang kembali datang.
Anna mengangkat wajah nya, untuk melihat Heny. Rasa nya Anna ingin menghilang karena malu hingga Ia membenarkan ucapan Heny beberapa jam lalu.
" Baik Mbak saya permisi" pamit perawat Hesti.
" Ya Mbak silahkan " jawab Heny santai sambil menatap Anna.
Sebenarnya Heny tadi tidak benar-benar pergi, sampai di parkiran Heny menghentikan langkah karena tidak rela Anas di jaga Anna.
Heny sempat masuk kedalam mobil hanya untuk bertanya dengan dirinya sendiri, kenapa harus perduli pada Anas. Tapi semakin bertanya tidak ada satu kesimpulan yang Heny dapat kan dari dalam dirinya semua biasa-biasa saja.
Heny menghidup kan mesin Mobil, tapi bayangan saat Anna dengan penuh kasih sayang membelai pipi Anas membuat hati nya kembali terbakar.
" Sudah saya bilang kan lebih baik kamu pulang, percuma disini " ucap Heny bernada angkuh.
" Tapi Saya mau jaga Bang Anas Mbak. Apa lagi sekarang Bang Anas nggak punya siapa-siapa lagi" jawab Anna dengan suara memelas.
Heny mengernyit kan dahi hingga menciptakan beberapa kerutan, " memang Kamu siapanya Anas?" tanya Heny ingin tau lebih jauh apa hubungan Anas dengan Anna. jangan tanya seperti apa jantung nya saat ini berdegup kencang dan itu karena rasa cemburu yang tampa Heny sadari kalau di hati nya mulai tumbuh rasa untuk Anas.
" Sa.. Saya pacar Bang Anas Mbak " jawab Anna sambil terpejam dan menggigit bibir bawahnya, entah lah akan seperti apa tanggapan Anas kalau mendengar ucapan nya ini. Selama ini membantu Anas merawat ibunya karena Anna ingin Anas membalas perasaan nya, tapi sampai sejauh ini Anas hanya menganggap nya hanya sebatas adik Anna tidak bisa terima itu hingga tampa Anas minta pun dengan tangan terbuka Anna akan rela membantu berharap Anas akan menilai kebaikan nya dan bisa berubah jadi cinta seperti Anna harap kan.
Wajah Heny seketika memerah, ingin rasanya saat ini memaki dan berteriak di depan muka Anna kalau Anas suami nya. Tapi Heny tidak mau semua terbongkar terlalu cepat dan mengakibat kan Anas pergi dari nya.
" Cuma pacar kan bukan istri. Jadi sebaiknya kamu pulang " usir Heny berusaha tenang di tengah hati nya yang bergolak panas.
" Kenapa nggak Mbak saja yang pulang dan lagi kenapa balik tadi kan Mbak nya udah pulang!?" jawab Anna membalas usiran Heny.
" Plak.." pedas seperti kena tampar mendengar ucapan Anna, " dasar udik nggak ingat apa kalau nggak ada Gue bisa apa dia bayar administrasi aja nggak ada duit sok-sok an pula , masih untung Gue balik " batin Heny menatap tajam Anna.
" Mbak pulang aja ya?, kelihatan nya muka Mbak merah kayak nya Mbak juga sakit " kata Anna lagi semakin memancing emosi Heny.
" Kamu..." ucap Heny hilang akal menunjuk muka Anna dengan geram dan hampir keceplosan, " astaga hampir Gue keceplosan. yaudah Ahh dari pada Gue darah tinggi lebih baik Gue pulang nggak mungkin lah Anas akan berbuat macem-macem Ama ni perempuan " monolok Heny dalam hati.
" Mbak Heny.." panggil perawat yang mengeluarkan kepala dari pintu yang sedikit terbuka. " Ya saya " jawab Heny tidak jadi melanjut kan langkah yang baru saja akan pergi.
" Pasien yang bernama Anas magenta mencari Mbak Heny " kata perawat itu lagi.
" Oh baik Mbak " ucap Heny kemudian sengaja menaik turun kan alis mengejek Anna.
Heny masuk karena merasa menang, bukan Anna yang di cari Anas melain diri nya, sambil tersenyum puas Heny melangkah meninggal kan Anna yang dengan segudang tanya di kepla.
Anna kembali duduk dengan dada bergemuruh, Berbagai spekulasi muncul di kepalanya, " apa Bang Anas diam-diam sudah menikah, kenapa almarhum ibuk nggak pernah cerita. Atau mungkin perempuan itu Bosnya kemarin kan waktu sarapan ibuk cerita kalau Bang Anas pergi kerja keluar Kota " Anna masih menekuri lantai larut dalam sendiri.
Sampai didalam Heny tersenyum, Anas memuji senyum Heny walau entah apa arti dibalik senyum manis itu. " gimana?, udah baikan!?" tanya Heny menghampiri Anas dengan langkah pasti, Anas mengangguk sebagai jawaban.
hanya kata itu yg bisa kamu maklumi untuk istri mu weh weh weh...
pasti seru 🤣🤣🤣
saya merasa tersaingi