Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Sejak kejadian di mana Vivian marah besar karena Ara pergi menghilang bersama Dewa, bahkan sampai menginap semalaman. Kakak angkatnya itu kerap menyiksanya setiap hari. Pekerjaan para pelayan yang ada di mansion utama dialihkan semuanya pada Ara.
Seperti membersihkan seluruh lantai satu dengan menggunakaan tangannya, hingga lutut dan tangan Ara sakit hingga memerah. Tidak hanya itu saja, Ara juga di suruh membersihkan seluruh dinding, dan membersihkan halaman belakang dari pagi hingga sore hari.
Itu semua dikerjakan Ara setiap harinya tanpa ada hari libur sama sekali, sampai tubuhnya sangat kelelahan hingga langung tertidur begitu masuk ke dalam kamar. Untung saja suaminya yang kejam itu tidak pernah datang untuk memintanya melayani di atas ranjang, bisa remuk tubuhnya jika itu sampai terjadi. Meskipun kenyataannya tubuhnya masih terasa lelah meskipun tidur semalaman seperti mayat hidup.
Ya, Ara menyebut Dewa sebagai suami yang kejam. Karena pria itu tahu jelas Vivian menyiksanya, tapi Dewa hanya diam saja seakan tak peduli, sama seperti kejadian dua bulan yang lalu di mana Vivian menamparnya berulangkali. Dan lihatlah sekarang, suaminya yang tampan namun kejam itu hanya diam melihat ia membersihkan kolam renang.
Pria yang berstatus sebagai suaminya itu justru terlihat duduk santai bersama Vivian, menikmati sore hari tanpa memperdulikan Ara yang hampir pingsan kelelahan, karena sebelumnya ia sudah membersihkan seluruh halaman belakang tanpa istirahat sama sekali.
"Apa kau belum puas menyiksa Ara?" tanya Dewa dengan dingin tanpa menatap Vivian yang duduk di sampingnya.
Kedua matanya terus menatap pada Ara yang tengah kesulitan membersihkan daun-daun yang terjatuh di kolam renang.
"Menyiksanya?" Vivian tersenyum sembari menaruh cangkir teh yang baru diminumnya ke atas meja. "Kenapa kau berpikir aku menyiksanya? Aku itu hanya menyuruhnya membersihkan kolam, sama seperti yang sering dilakukan Ara saat tinggal di kediaman keluargaku. Lagi pula jika Ara diam saja tidak melakukan apa-apa hanya makan dan tidur, nanti tubuhnya menjadi gemuk," selorohnya sambil tertawa.
Dewa sendiri diam tidak ikut tertawa, karena menurutnya tidak ada yang lucu.
"Kau pikir aku buta tidak bisa membedakan mana yang menyiksa atau hanya sekedar menyuruh?"
Ya, meskipun penyiksaan terhadap Ara baru diketahui Dewa dua Minggu yang lalu. Karena kesibukannya yang harus pulang pergi ke luar negeri dan luar kota. Ditambah dengan Vivian yang menyiksa Ara disaat ia telah berangkat kerja.
Tapi setelah Dewa tahu apa yang selama ini dilakukan Vivian pada Ara, ia pun hanya diam karena tidak ingin wanita itu semakin curiga dengan hubungannya bersama Ara. Bukan karena Dewa takut pada Vivian, tapi karena belum saatnya Vivian dan orang-orang lain mengetahui kalau Ara berstatus sebagai istri keduanya.
"Ck, kau itu terlalu berlebihan," Vivian berdecak kesal sambil beranjak dari tempat duduknya. "Aku akan membantu Ara membersihkan kolam, agar kau puas dan tidak lagi berpikiran buruk tentangku."
Ia pun berjalan menghampiri Ara dengan seringai licik dibibirnya, dan tentu saja seringai itu tidak dapat dilihat oleh Dewa.
"Berikan padaku!" Vivian menarik alat yang tengah dipegang Ara dengan memaksa.
"Kakak apa yang kau lakukan?" tanya Ara dengan terkejut saat melihat Vivian mengambil alih pekerjannya.
"Tentu saja membantumu, agar aku bisa kembali menyiksamu!" ucap Vivian dengan mengancam.
Ara yang sudah merasa sangat lelah dan tidak sanggup untuk menerima siksaan dari Vivian lagi, langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Kakak tidak perlu membantuku, biar aku saja." Ara merebut alat yang tengah di pegang Vivian.
"Lepaskan Ara!" Vivian menahannya dengan tersenyum penuh arti.
"Tidak kak, biar aku saja yang—"
Ara tak dapat meneruskan ucapannya, karena kehilangan keseimbangan saat Vivian melepaskan alat tersebut begitu saja hingga membuat Ara terjatuh ke kolam renang.
Byur....
Ara yang tak bisa berenang berusaha naik ke permukaan dengan wajah yang panik ketakutan.
"Tolong aku..." teriaknya sambil berusaha agar tubuhnya tidak tenggelam.
ntar Ara mati rasa baru tau