NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

keterkejutan sang asisten

Di pagi yang cerah, Maya duduk di sofa empuk di ruang tamu. Berita di televisi mengalir tanpa henti, tetapi pikirannya melayang pada klinik tempat ia bekerja. Ia meraih ponselnya, mengecek pesan yang baru saja masuk.

"Hey, Maya! Hari ini klinik buka? Banyak pasien yang antri," teks Ara singkat menyala di layar.

Maya mengernyit.

"Emang? Kan hari libur, Ara. Kenapa bisa ada pasien?" jawabnya sambil membuat wajah bingung.

Terdengar detak pintu. Ibunya melangkah keluar dari dapur, menyodorkan secangkir kopi panas.

"Kau tidak pergi ke klinik?" tanya ibunya, melirik layar ponsel Maya.

"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres," Maya membalas, suara pesannya terdengar penuh keraguan.

Ibunya memposisikan diri di sebelahnya. "Kau cemas karena apa? Mereka membutuhkanmu?"

"Entahlah. Ara bilang, ada jadwal praktek. Padahal biasanya, kami libur di hari seperti ini."

Maya mengalihkan perhatian pada layar ponsel. Balasan Ara berkali-kali tercatat di benaknya.

"Ya sudah, lebih baik kau tanya langsung. Jangan sampai terjadi apa-apa," ibunya menyarankan ia berdiri.

Maya mengangguk, terasa ada kekhawatiran merayap di hatinya. Ia melirik ke arah dompet.

"Itu satu-satunya cara untuk memastikan," gumamnya.

Dengan cepat, ia mengumpulkan barang-barangnya dan meluncur keluar rumah, melawan keraguan yang mendera.

Sambil berkendara menuju klinik, pikirannya terfokus pada kemungkinan apa yang bisa terjadi.

Sesampainya di depan klinik, Maya merasakan sedikit ketegangan. Layar neon klinik menyala, tetapi suasana tidak sama seperti biasanya.

Beberapa kendaraan parkir di luar. Ia melangkah masuk.

Ketika memasuki ruang tunggu, Maya terpesona oleh antrian pasien yang mengular. Kehangatan dari lampu neon menyelimuti ruangan, tapi suara teriakan anak-anak dan bisikan orang dewasa membuat jantungnya berdebar.

"Selamat datang, Maya!" sambut Ara dengan senyum lebar. Pakaian kerjanya terlihat rapi, meskipun sedikit mengacak-acak saat melayani pasien.

"Mengapa klinik buka hari ini?" Maya bertanya, napasnya sedikit tersengal.

"Saya pun bingung. Baru kali ini klinik buka hari libur dan pasien terus berdatangan," Ara menjawab sambil jam tangannya mengecek waktu.

Maya mencuri pandang ke meja pendaftaran yang kebanjiran formulir.

"Berapa banyak pasien hamil?"

"Sepertinya lebih dari lima orang, dan semua datang untuk konsultasi," Ara menjelaskan, mengedipkan mata.

Maya merasakannya. Ada sesuatu yang aneh.

"Kalau begitu, bagaimana dengan Doni?"

"Dia tidak ada hari ini. Libur," jawab Ara, tetap sibuk, tetapi wajahnya tampak cemas.

Maya berusaha memperhitungkan setiap informasi itu.

"Doni bilang dia ingin menyelidiki soal berkas itu kan?"

"Iya. Dia pasti merasa ada yang tidak beres di sini. Ini lebih besar dari hanya sekadar berkas," Ara menyimpulkan sambil merapikan tumpukkan kertas.

Maya menggerakkan kepalanya, menikmati aliran pikiran itu tanpa henti.

Ketika mereka berbicara, seorang wanita hamil melangkah masuk, usahanya tampak berat. Dewi, salah satu pasien, menggenggam perutnya dengan tangan gemetar.

"Apakah ada dokter di sini?" tanyanya, kecemasan menyusut dari wajahnya.

Ara segera menanggapi, "Iya, kami akan membantu Anda. Silakan tunggu sebentar."

Melihat itu, Maya melihat dinding yang penuh poster cara menjaga kesehatan. Dimana lelaki misterius bernaung di balik semua ini?

"Ara, bagaimana kalau kita bertanya lebih banyak kepada pasien?"

Ara menatapnya sejenak kemudian angguk.

"Baiklah, kita bisa coba tanyakan kepada mereka apakah mereka merasa sesuatu yang aneh atau tidak. Pasti ada yang bisa kita temukan."

Tapi saat mereka mulai mendekati pasien, sorotan bingung dari seorang pria di ujung ruangan menarik perhatian mereka. Ia melihat ke arah Ara dan Maya, kemudian berbalik, menghadapi seorang pasien yang datang.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" pria itu bertanya, suaranya berat dan penuh otoritas.

Maya menatap Ara. "Siapa itu?"

"Mungkin staf baru," Ara menjawab sambil memperhatikan pria tersebut. Gelombang rasa curiga menjalar.

Maya menelusuri langkah pria itu yang berjalan menjauh.

Ketikanya menjangkau perempuan hamil yang tampak khawatir, matanya memancarkan bercak ketakutan.

"Mbak, bolehkah saya bertanya?" Maya memulai, mengumpulkan keberanian.

Wanita itu mengangguk pelan, mengatur nafasnya sebelum menjawab. "Ya, silakan."

"Apakah Anda tahu mengapa klinik ini buka di hari libur?" dia mengajukan pertanyaan yang mendesak.

"Sejak saya datang, saya merasa ada yang tidak beres. Semua orang menyuruh saya datang ke sini. Saya tidak tahu kenapa," jawabnya dengan suara bergetar.

Maya menyenggol Ara, kemudian mengarahkan pandangan mereka pada seorang pasien lain yang tiba-tiba berdiri.

"Jangan tanya yang aneh, nanti kami bisa dicurigai."

“Biarkan saja, saya sudah hampir memutuskan untuk pergi,” kata perempuan hamil. Ada raut ketidaksenangan di wajahnya, berusaha menyangkal kehadiran mereka.

"Semua ini ada apa, ya? Kenapa Anda semua diperiksa di hari seperti ini?" Maya mendesak.

"Entahlah, semua orang bilang kan ada dokter hebat di sini," jawab wanita itu, frustasi meluap.

Sebuah pikiran liar melintas di benak Maya. Dia bisa mencium ada yang tidak benar di balik semua ini.

Tiba-tiba, seseorang muncul di sampingnya, membuat Maya terkejut. Si pria dari tadi, baju putih dokter.

"Berita baik apa, saya dengar kalian mengobrol?" tanyanya ragu-ragu.

Ara menegakkan punggung. "Kami hanya berbicara tentang pasien ini."

"Saya mengerti. Klinik ini luar biasa, bukan?"

Maya menatap mantap, mencoba membaca dahi pria itu. “Klinik ini seharusnya tutup hari libur. Mengapa Anda membuka praktik?” Tanya Maya tanpa ragu.

"Ah, sepertinya sudah di luar kuasa kami. Pasien datang, kami berusaha untuk melayani," jawabnya dengan senyuman yang terlalu lebar untuk diyakini.

"Bagaimana bisa begitu banyak pasien berkumpul pada hari biasanya rugi ini?" Ara menambahkan.

Pria itu menyeringai, lalu mengalihkan pandangan. "Saya sudah bilang, mereka semua datang kepada dokter yang tepat."

Maya langsung berpikir, ada rahasia yang disembunyikan, melewati interaksi yang dangkal ini.

"Ini semua terasa seperti jebakan," ia berbisik kepada Ara.

“Oke, kita harus tahu lebih banyak dan secepatnya,” Ara setuju.

Maya menghampiri pasien berikutnya.

"Selamat pagi, ada yang ingin Anda ceritakan?"

Pasien baru tersebut, seorang lelaki paruh baya, menatap heran. "Tidak ada yang salah. Hanya minta diperiksa."

Ia mengernyit, jelas memikirkan lebih dalam. Ini bukan semudah yang dibayangkan.

"Apa Anda tahu bahwa klinik ini tidak buka di hari libur?" tanya Maya, berusaha mendalami.

"Saya hanya dipanggil ke sini. Entah siapa yang memberi tahu mereka," jawabnya sebelum beranjak pergi.

Maya mengerutkan dahi. "Ara," dia menggigit bibir, "kenapa semua pasien ini seolah terjebak dalam satu permainan?"

"Ini bukan kebetulan. Kita perlu melacak lebih dalam, cobalah kembali ke amplop itu."

"Dan jika Doni tahu?" Maya berpikir keras. "Dia berhak tahu tentang ini semua."

Ara tersenyum, bibirnya menyunggingkan senyum. "Kita bisa mulai dari sini. Ayo lakukan ini."

Mereka berencana bersama, mengumpulkan kekuatan. Ada yang lebih dalam dari sekadar satu hari libur yang dibuka dan banyak pasien hamil.

Maya mengangguk, keberanian membara. Ada sebuah misteri di balik semua ini.

Dengan semangat baru, mereka melanjutkan pencarian, menyelidiki setiap sudut klinik, berharap menemukan jawaban di balik tirai rahasia yang menyelimuti mereka.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!