Sebuah kisah seorang ibu rumah tangga bernama Diana,iya berjuang keras untuk keluar dari jerat kemiskinan.suaminya,
Budi,tak mampu berbuat banyak karena upah yang ia peroleh dari bekerja tidak cukup untuk menutup hutang ya.
Hingga akhirnya takdir mempertemukan Diana dengan Kevin, Seorang lelaki misterius yang menawarkan sebuah kerja sama tak biasa,dimana Diana harus menjadi pemuas hasratnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
POV BUDI
aku teringat mendengar ucapan wanita hamil yang berdiri di depanku, penampilan yang sangat berantakan, bahkan kedua matanya bengkak seperti sudah lama menangis.
"Mbak duduk ya, tenangin dulu. sebentar saya ambilkan minuman"
aku memboyong tubuh ringkinya agar duduk di atas kursi kayu yang berada di teras. hijrah dan intan terlihat memperhatikan wanita itu dari balik jendela.
"ayah kasihan tantenya dari tadi nangis terus"ucap hijrah. aku menggangguk, namun meminta mereka berdua agar bermain kembali.
"kalau ada tamu jangan suka ngintip jendela ya gak baik, adik sama kakak, mending main aja. ayah mau ngobrol sama tante, tapi ingat jangan nguping oke!"
kedua putriku mengganguk patuh, sedangkan aku langsung beranjak karena dapur untuk mengambilkan wanita itu minum. melihat penampilannya, sangat membuat hatiku terenyuh. namun begitupun ucapan ia katakan soal Dina dan suaminya. namun aku tak langsung terpancing emosi. apalagi mengingat perbincangan Yulia dan seorang laki-laki di rumahnya.
"diminum dulu mbak!'
aku menyadarkan kan segelas air minum, wanita itu langsung meraihnya kemudian menegaknya hingga tandas.
"tenangkan dulu baru bercerita"
"lihatlah percakapan di ponselku. dia istrimu...."tangis wanita itu kembali pecah. aku pun menggulir layar ponsel, membaca secara seksama percakapan yang berada di aplikasi WA. jika melihat nomornya, ternyata memang itu nomor Dina, ternyata benar selama ini dia memiliki sesuatu yang sembunyikan.
"aku sudah memintanya pergi, tapi istrimu menolak"
"apa?"
"siang tadi dia ke rumahku ,dia pikir suamiku ada di rumah, aku kesal dan memintanya untuk menjauhi suamiku tapi dia----dia bilang kalau mereka saling mencintai aku nggak mau....."
"sabar mbak, sabar ini semua bisa habis bicarakan baik-baik"
"kamu bisa-bisanya bersikap setenang itu, setelah mengetahui perselingkuhan istri kamu hah?"teriaknya, melihat sikapnya yang tersulut emosi akhirnya akan menggeser kursi agar lebih dekat dengannya.
"saya bisa marah, bahkan lebih dari itu tapi lihat ini di mana? meskipun ini rumah saya, ada anak-anak saya yang nggak tahu apa-apa. terima kasih atas informasinya tapi sebelum saya mendengar penjelasan dari istri saya, saya belum bisa bertindak"
"apa bukti percakapan itu kurang hah?"
"sangat cukup, untuk menjelaskan bahwa istri saya memang memiliki hubungan dengan suami Mbak. saya paham dengan kondisi ini, tapi emosi bukan jalan untuk menyelesaikan persoalan. apa Mbak sudah mendapat penjelasan dari suami Mbak sendiri?"
wanita ini menggelengkan kepala. ya terlihat membuang nafas berkali-kali lewat mulutnya, seperti Tengah berusaha meredam gejolak emosi yang ia rasakan.
"sebaiknya Mbak tanya dulu baik-baik. tapi ingat, Mbak harus berusaha berbicara dengan kepala dingin"
"ya sudah, lebih baik mbak pulang saja. tenangkan diri dulu, ingat keadaan seorang ibu hamil, pasti akan mempengaruhi bayi yang dikandungnya. ini masalah pribadi saya dengan istri, sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas infonya"
"entahlah.... aku harus bagaimana? sekarang kehamilanku sudah mendekati waktu HPL. aku tak mau kehilangan suamiku begitu saja, apalagi pelakor itu masih berstatus istri orang. aku masih berbaik hati dan hanya bertindak sampai sini, jika istrimu masih bebal dan masih tak tahu diri. aku akan melaporkannya ke polisi. untuk itu, aku minta kerjasamanya. perselingkuhan antara pasangan yang sudah berkeluarga bisa dipidanakan"
"iya saya akan bertindak seporsinya saya, saya urusi istri saya dan Mbak juga mengurusi suaminya"
guncangan itu pun akhirnya berakhir dan wanita itu memilih beranjak pergi. kepalaku seakan makin pecah, mendapati kenyataan pahit ini. firasat ku benar, jika aku masih bisa setia dengan keadaannya Langsa belum tentu dengan Dina.
Yulia benar-benar memanfaatkan situasi sulit keluargaku, bukan hanya aku saja yang diuji secara bertubi-tubi, akan tetapi istriku juga.
hari sudah mulai beranjak petang, namun Dina tak kunjung pulang. pikiranku sudah semraut, mengingat kembali ucapan wanita hamil tadi. untuk menghalau rasa jenuh, akhirnya aku memilih bermain dengan anak-anak. sampai tak terasa potong sudah beranjak gelap.
"ada yang harus kita obrolkan"aku saat Dina tiba di rumah. ya sedikit hanya karena keberadaanku yang muncul dari arah kamar. jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. aku sudah minta foto belikan ya Baru pulang dari mana.
"tadi... majikanku ngasih kerjaan ekstra jadi aku---"
"aku nggak nanya duduklah..."
Nina terlihat sangat gugup, terlihat jelas dari wajahnya yang berubah pucat. padahal aku belum memulai pembicaraan, namun Dina sudah terlihat salah tingkah.
"aku sudah mengetahui semuanya. aku sadar semua berawal dari kesalahanku. jika saja keadaan ekonomi kita baik-baik saja aku yakin kamu takkan berbuat sejauh itu."
"ma---mas"
"laki-laki sudah beristri, jangan usik kebahagiaannya. jika karena alasan materi aku bisa memberikan apa yang laki-laki itu berikan. asalkan kamu mengakhiri hubungan laknat ini. anggap saja ini adalah hukuman untukku karena ketidakberdayaanku menafkahi keluargaku. namun, bukan berarti aku membenarkan perselingkuhan itu"
Tina hanya dia membisu tanpa menimpali, aku memilih bangkit dari kursi dan bergegas keluar rumah. tak memungkiri perasaanku saat ini sedang tidak baik, melihat di wajah Dina membuatku sangat hancur, apalagi mengingat perbuatannya dengan laki-laki itu.
"mau ke mana mas? ini sudah malam?"Dina mencoba menahan tanganku. namun aku segera menepisnya.
"yang jelas rumah ini tak cocok untuk aku jadikan tempat melakukan emosi, ucapku seraya pergi dari rumah.
...****************...
semalaman sudah aku meratapi nasib pilu dengan menghabiskan waktu di jalanan. tak sedikitpun mata ini terlelap, kubangan kesakitan yang dina torehkan nyatanya membuatku kepayahan. namun aku pun tak sampai hati berpisah darinya, mengingat semua ini penyebabnya adalah Yulia.
Yulia, wanita itu harus kuberi pelajaran. minta sebutan apa yang cocok aku sematkan kepada wanita itu, sampai hati ia membuat kehidupanku berantakan. bahkan, bukan hanya aku saja yang tersakiti melainkan kakak kandungnya sendiri.
saat ini aku sudah mengetahui motif yang dia rencanakan, semua akal bulusnya sampai mencerahkan kakak kandungnya sendiri untuk tejerumus ke dalam ide jahatnya. semua aku tahu dari wanita hamil itu. saat hendak pulang ke rumah, aku sempat bertemu dengannya, keadaannya pun lebih baik dari kemarin. Sarah sudah mencoba berdamai dengan suaminya, tak jauh beda denganku, suami Sarah pun ikut diperalat oleh Yulia. dan semua iya manfaatkan karena keadaan semata, lagi-lagi alasannya adalah uang.
setelah mendengar penjelasan sara, aku mengurungkan niat untuk pulang. emosiku sudah tak bisa dibendung lagi. jika saja Yulia itu laki-laki, sudah pasti akan ku layangkan bogem mentah kepadanya. rasanya itu saja tidak cukup dibanding perlakuannya kepadaku.
ting tong ting tong ting.
aku menekan bel dengan cepat, tak pedulikan bagaimana bisanya orang yang mendengar. saat pintu terbuka, seorang wanita paruh baya yang menyambut kedatanganku.
"di mana Yulia?"
"nyonya..."
"siapa sih bi, berisik banget yang mencet bel?"
mataku langsung tertuju pada wanita yang baru turun dari tangga. siapa lagi kalau bukan seorang yang aku cari. iya, Lia Yulia. iya nampak sedikit terkejut melihat kedatanganku, namun kemudian ulah senyuman ia berikan kepadaku.
"eh.... Budi. ternyata kamu. bi tolong siapin minum ya, ini teman saya"
wanita paruh baya itu mengangguk seraya beranjak pergi. tinggallah aku dan Yulia, ia meminta untuk duduk di sofa ruang tamu. namun, sebelum ia menawarkan aku sudah lebih dulu menghempaskan diri di sofa itu.
"sepertinya keadaanmu sudah baik?"
"iya, mungkin ini efek dari make up, makanya seperti ini. kamu kok bisa tahu alamat rumahku?"
"tentu, apa sih yang nggak aku tahu tentang kamu Yulia"
semburat senyum terlihat menghiasi wajah Yulia, kedua pipinya pun ikut merona. Yulia memang cantik, berkulit putih. tapi sayang di mataku iya tak lebih dari seonggok kotoran.
"kamu bisa aja Bud, padahal dari kemarin loh aku tungguin kamu.
"sebenarnya kemarin aku sudah ke sini. tapi sayang seperti kamu lagi ada tamu, makanya aku memilih pulang"
wajahnya kali nampak terkejut, namun ia bisa mengendalikan situasi itu.
"kenapa harus pulang? kan itu kakak kandungku, mas Kevin. kamu masih ingat kan?"
"ya ingatlah, dua kali dia sudah membuat kecelakaan, masa aku lupa"
"maksudnya celaka apa,?
prok prok prok prok
aku menepuk tangan dan bangkit dari duduk. ku pandangi wajah Julia yang berubah pucat, iya sudah terlihat tak nyaman dengan perbincangan ini, tapi semua itu belum seberapa.
"kecelakaan, PHK dari perusahaan, hutang rentenir, musibah hijrah, dokter palsu, hingga skandal perselingkuhan istriku itu semua ulahmu kan,?"
"aku bisa jelaskan semua ini Budi, aku begini karena putus asa"
"putus asa? hahaha lucu sekali. kalau kau putus asa, kenapa tak segera mengakhiri hidupmu saja, daripada kamu membuat susah hidup orang lain"
"cukup! hentikan...."
"menangislah sepuasnya"
"aku mencintai kamu Bud, dari semenjak kita duduk di bangku SMA. kamu satu-satunya laki-laki yang tak pernah membullyku. sejak saat itu aku sudah terobsesi untuk mendapatkanmu. tapi itu tak mungkin, pernah keadaanku yang miskin dan jelek."
"saat kedua orang tuaku tiada, ditambah masalah meskipun yang tak ada habisnya. duniaku serasanya berhenti saat itu juga, namun ada seorang yang membuatku bangkit dari keterpurukan. dia, malaikat tak bersayap yang Tuhan titipkan untukku. dan orang itu adalah kamu Budi, kamu tahu, hal kecil yang kamu lakukan saat aku menangis dengan hanya mau mendengarkan keluh kesahku saja, itu sesuatu yang amat sangat berharga untukku. kamu pernah bilang, bawa aku adalah wanita hebat dan tangguh. dan itu terbukti saat aku berusaha memperjuangkan cintamu"
"aku pergi menjadi TKW, hanya untuk memantapkan diri untukmu. kamu lupa, apa yang kamu ucapkan di bandara waktu itu ha?"kejarlah mimpimu dan kebahagiaanmu. aku tunggu..."
aku memijat pelipis mengingat kejadian beberapa tahun silam. iya,, memang semua yang mulia katakan itu benar adanya. tapi aku tak pernah tahu bahwa ia menaruh perasaan sedalam itu kepadaku.
"aku buktikan sekarang Budi, aku kejar mimpi kurang kebahagiaanku yaitu kamu!"
"ini salah besar Yulia, keadaanku sudah berubah. aku sudah berkeluarga dan kamu tahu soal itu. harusnya kamu hafal watak dan tabiatku. perbuatan kotormu selama ini hanya membuatku semakin membencimu.
"oh ya,? kau membenciku? bagaimana dengan istrimu? kemungkinan saat ini dia sedang berbagi peluh dengan kakakku?"
"semua sudah selesai. kakakmu sudah mengakui kesalahannya kepada Sarah. semua tidak akan terjadi jika kamu yang memposisikan mereka ke dalam skenario gila mu Yulia"
"hahaha iya, memang semua ulahku. aku yang memaksa Kevin untuk memikat istrimu. tapi, jika istrimu jatuh hati kepada kakakku itu di luar skenarioku"
itu tidak mungkin kena dinas sudah menyudahi semuanya camkan itu, salah satu lagi aku akan memproses semua kejahatan kepada pihak yang berwajib. apalagi saat kamu mencelakai putriku!"
"kamu yakin bahwa istrimu menyudahi semua ini? aku masih membuka peluang 31 saat kamu berubah pikiran, dan memiliki untuk menggantikan posisi istrimu. karena setahuku dinas sudah menatap akan mengakhiri hubungannya denganmu. atau mungkin saat ini mereka berdua dengan asik bercinta. pernah jam-jam sekarang Sarah sedang tak ada di rumah, kau pun sama, jadi mereka ada banyak waktu untuk bercinta"
"itu tidak mungkin..…!
dan ingat, sekalipun di dunia ini hanya ada kamu seorang. aku lebih baik menjadi penuh kasih sama laki-laki, daripada harus bersanding dengan wanita sepertimu. camkan itu!"
anak-anak jdnya ga terlantar
ya emang sih diposisi Fatma itu juga susah... tiba2 jadi istri dan ibu dari dua orang anak... masih kuliah lagi.. nggak nyari pembantu aja.
Budi juga nggak ngertiin istri kecilnya.
bisa2 depresi...
udah iklasin aja., kalau kamu tulus, insya Allah akan diberi ketenangan dan kebahagiaan walau tidak dengan Haris...
Thor bagus ceritanya.. tp perbaiki tulisannya sebelum di post, puyeng baca kalimatnya
kasihan anak2 jadi terlantar. jadi ibu tiri kayak gitu nggak mudah Lo... baru nikah, pingin seneng seneng ada anak... apa apa diribetin sama anak.
Dina juga kesalahan nya fatal banget 🤦.