Sequel The Mantans dan Merried by Order
Valleta Atria Praja anak pertama pasangan Vita dan Mamat berusia dua puluh lima tahun, cantik, pintar dan juga mapan. Diusianya yang sekarang Letta dituntut oleh mommynya untuk segera menikah karena sang mommy yang sudah berusia senja itu takut tak bisa menyaksikan dirinya menikah, apalagi dia sudah dilangkahi oleh adik lelaki satu-satunya yang sudah duluan menikah. Disaat kondisi seperti ini sayangnya Letta baru putus cinta dengan sang pacar karena sang pacar minder dengan status sosialnya. Disaat dia sedang frustasi karena ditinggal oleh pacar dan dituntut menikah itu, justru ia dipertemukan dengan Devano anak Gelsey dan Satria, cowok yang berusia jauh lebih muda darinya, mereka di tangkap basah saat tengah malam Letta berduaan dengan Devano di rumah cowok karena baju Letta yang basah kuyup karena hujan yang tiba-tiba mengguyur deras di daerah itu. Dan mereka akhirnya dipaksa menikah oleh warga disana.
Ikuti IG ku 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Peperangan dimulai
PT. Cakrawala Prima geger, bu bos dan wakil CEO yang jarang menginjakkan kaki di kantor ini, datang dengan membawa seorang wanita berwajah cantik tapi terlihat tegas dan intimidatif.
Bisik-bisik pun menggema di seluruh departemen kantor ini, bahwa perusahaan akan diakuisisi oleh pihak lain karena Satria bangkrut.
"Bu Gelsey." Winda berdiri dan menyambut istri bossnya itu.
"Hai Mbak Winda, apa kabar?" Mereka saling rangkul dan bercipika-cipiki.
"Baik bu, bu Gelsey gimana kabarnya?"
"Baik mbak, um mbak....tolong panggilkan pak Vincent kemari," ucap Gelsey sopan.
"Baik bu." Winda mengangguk, membukakan pintu ruangan kerja Satria yang tak pernah ada yang menyentuh sejak beberapa bulan terakhir.
Mata Gelsey memanas, melihat aura ruangan ini yang begitu dingin karena ditinggal lama oleh pemiliknya.
Gelsey mengitari meja kerja Satria dan duduk di kursi kebesaran sang suami, ada foto dirinya dan ada foto Devano yang diletakkan di dekat komputer.
"Maaa..... " Letta mendekat, mengelus pundak itu pelan, meski status hubungan mereka adalah menantu dan mertua tapi Letta merasa sangat dekat dengan Gelsey.
Tak lama pintu ruangan Satria diketuk, ada Winda dan Vincent di depan pintu itu.
Devano meminta kedua orang itu masuk dan duduk di sofa, mereka akan meeting dadakan saat ini, Vincent menyalami Gelsey, Letta dan Devano.
"Pak Vincent, mbak Winda, saya sebagai istri pak Satria sekaligus pemilik setengah saham di perusahaan ini, karena ketidakhadiran pak Satria, untuk sementara waktu saya akan mengambil alih tampuk pimpinan sampai suami saya kembali, saya akan dibantu oleh Devano sebagai wakil CEO yang telah ditetapkan oleh pak Satria dan juga bu Valleta Atri Praja yang akan membantu kami menjalankan roda perusahaan, jadi saya minta hari ini juga diadakan meeting dengan jajaran terkait sekaligus saya meminta laporan tiap-tiap departemen selama tiga bulan terakhir," kata Gelsey memulai meeting mereka setelah menarik nafas dalam beberapa kali.
"Baik bu, kami akan siapkan manager masing-masing departemen beserta laporannya." Vincent mengangguk lalu mohon diri.
Kini cuma ada Winda dan mereka bertiga, dengan segala ke hati-hati an Winda bertanya.
"Bapak belum ada kabar ya bu?" tanya Winda.
"Iya mbak, aku udah minta tolong ke orang untuk nyari suamiku, mudah-mudahan cepet ketemu, mungkin mbak Winda denger kabar dari pak Jusup?" tanya Gelsey.
"Pak Jusup juga nggak ada kabarnya bu, saya tuh bingung lho, kota XXX juga bukan kota yang terisolir lho, cuman..... " Winda tak meneruskan kalimatnya, justru ia membekap mulut dengan dua tangan.
"Cuman apa mbak?" tanya Gelsey ketar-ketir.
"Disana banyak anak buah pak Atmaja bu, apa bapak....."
Devano dan Letta yang sejak awal memilih diam dan menyimak pembicaraan mereka, kini saling tatap dan berbicara melalui mata, mereka tak ingin mamanya kepikiran kondisi papa mereka.
"Dev yakin papa nggak kenapa-napa ma, mungkin nanti papa pulang kasih info ke kita dia buka tambak disana." Devano melemparkan candaan agar mamanya tidak kepikiran.
Pintu kembali diketuk, semua manager telah siap di ruang meeting, Devano, Letta dan Gelsey melangkah kesana.
Dengan lembut Devano menggenggam tangan Gelsey, tahu bahwa keadaan hati mamanya sedang tidak baik-baik saja, tapi Devano harus menguatkan sang mama, siapa lagi kalau bukan dirinya.
Pak Vincent membuka meeting dadakan tersebut, semua orang menatap Devano, Letta dan Gelsey dengan wajah panik.
Apalagi Letta dengan wajah cantiknya itu bukannya sedap dipandang justru memancarkan aura mencekam dan mengintimidasi.
"Selamat siang semuanya, saya Devano putra dari bapak Satria sekaligus wakil CEO yang ditunjuk secara langsung oleh beliau beberapa waktu yang lalu, saya perkenalkan ini adalah bu Valleta Atria Praja yang akan membantu saya menjalankan roda perusahaan sebelum papa saya kembali, bu Letta silakan mulai rapatnya." Suara Devano terdengar tegas dan dingin.
"Terima kasih pak Devano, bu Gelsey atas waktu yang diberikan kepada saya, saya akan mulai rapat ini dan saya mohon untuk departemen marketing untuk melaporkan penjualan resto dari tiga bulan yang lalu," ucap Letta dengan nada tegas, berbeda sekali dengan kesehariannya yang manja dan ceria.
Departemen marketing memberi laporan, Letta dengan serius memperhatikan laporan tersebut, beberapa kali mengajukan pertanyaan, lalu mengeryit karena tak setuju dengan pendapat bawahan mertuanya itu, tapi Letta hanya menyimak dan tak ingin menjelekkan kinerja mereka, belum waktunya dan Letta perlu mempelajari laporan tersebut lebih lanjut.
Lalu departemen yang lain memberi laporan, lagi-lagi Letta mengajukan pertanyaan tentang hal yang menurutnya tidak wajar, lalu diam dan membiarkan mereka melanjutkan laporan mereka.
Meeting itu baru selesai jam tujuh malam, lalu dengan tegas Letta meminta salinan semua laporan yang baru dipresentasikan oleh manager-manager tersebut.
Mengingat kondisi Gelsey yang mungkin kelelahan, Devano dan Letta memutuskan untuk pulang ke rumah dan melanjutkan pekerjaan mereka esok hari.
"Kita makan malam sekalian ya ma?" tanya Letta melihat sang mertua menyandarkan badan di kursi belakang.
"Terserah Let, mama ikut aja," jawab Gelsey pelan, hatinya tiba-tiba melow mengingat suaminya dan melihat bagaimana anak dan menantunya mendampinginya melewati masa sulit ini.
"Kamu nggak capek mbak?" tanya Devano mengelus rambut Letta sambil matanya fokus menatap jalanan.
Letta menggeleng, "Aku udah biasa Dev, dulu bareng Vetsa juga sering begini."
"Aku tuh bersyukur banget punya istri kayak kamu lho mbak, rasanya tuh kayak kita tuh emang ditakdirkan jadi suami istri."
"Iya, mama juga bersyukur banget Let, makasih banget ya sayang." Gelsey mengusap pundak Letta dari belakang.
"Letta juga seneng masuk ke keluarga mama, rasanya tuh kayak Letta nggak cuma mendapat mama mertua sebaik mama tapi juga temen juga, rasanya seneng ma."
Gelsey mengusap sudut matanya yang berair, ia tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya dan Devano bila tidak ada Letta, tiba-tiba perasaan hari itu memenuhi hati Gelsey, membuat Gelsey menangis.
"Maaaa." Letta dan Devano panik.
"Mama kenapa?" tanya Devano sambil menepikan mobilnya.
"Nggak papa nak," jawab Gelsey menyeka airmatanya.
"Kita delivery aja deh Dev, kita makan malam di rumah aja." Letta panik melihat Gelsey menangis.
"Iya sayang, iya, terserah kamu aja."
Letta mengotak-atik ponselnya untuk memesan makanan mereka, lalu menghubungi pak satpam untuk menerima makanan yang ia pesan barusan.
Mobil melaju membelah jalan ibukota yang masih terlihat padat, mobil dalam keadaan hening karena tak ada lagi obrolan di antara ketiganya.
Tak lama mobil masuk ke area perumahan dan berbelok masuk ke rumah mereka.
Dibelakang mereka menyusul mobil silver dan ikut masuk ke rumah mereka.
Gelsey turun lebih dulu menyambut orang tuanya yang berkunjung.
"Pa, ma, kenapa dateng nggak bilang dulu?" tanya Gelsey sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Kita masuk Gel, papa mau bicara!" Seperti biasa Bramenda berbicara to the point.
______
Hai Hai pembacaku terima kasih selalu support aku dengan membaca cerita ini, jujur part ini membuat aku melow waktu nulisnya.
Like dan komen dari kalian aku tungguin lho.
Salam sayang dari akuhhhh yang jauh buat kalian semuaahhhh 💕
kn udh tau ukurannya beliin softex juga mau,,,bojo yg pergi bini nitip gak papa kali
eh karena waktu hamil di bungsu GK makan nasi eh anak ku juga GK mau makan nasi sampe skrg ...kalo di kasih nasi jejeritan...ampun dah ..
suami bilang biar lah itung" itu hadiah Krn dia pernah jadi orang kepercayaan Aa'..salah benar GK bakal ketuker ...kita cuma bisa pasrah ..kalo masih rezeki ntar jg di ganti sama Allah. ...seikhlas itu suami ku ...mewek aku denger nya ....love you my husband 🥰