Naina harus menyembunyikan fakta bahwa dokter Nickolas Carter adalah seorang pria yang impoten. Sementara Nick harus menyembunyikan fakta bahwa Naina adalah seorang wanita malam.
Dalam perjanjian tersembunyi itu mereka terikat sebuah pernikahan.
"Buat aku sembuh, setelahnya aku akan melepaskanmu," kata Nick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA Bab 8 - Akan Aku Usahakan
Naina tiba di apartemen saat waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Dia memutuskan untuk mandi lagi dan menyemprot semua tubuhnya menggunakan body mist. Body mist keharumannya lebih ringan daripada parfum, gampang meresap dan membuat tubuh terasa segar.
Naina memilih salah satu gaun malam yang tadi dia beli, gaun berwarna merah marun dengan belahan dadda rendah adalah yang dia pilih. Hingga daddanya yang berukuran cukup besar jadi setengah terlihat.
Meski malu namun Naina memberanikan diri. Hanya dokter Nickolas lah yang mampu membuatnya gugup seperti ini. Tidak seperti pelanggan-pelanggan yang dulu.
Naina juga mengikat rambutnya dengan rapi, diikat tinggi seperti ekor kuda. Menggunakan sedikit lipstik dan merias wajahnya tipis.
Sungguh, jika seperti ini Naina benar-benar nampak berbeda. Seolah dia memang orang lain bernama Laura.
'Nanti saat pulang tekan bell saja ya, jangan langsung masuk. Biar aku yang membukakan pintu,' tulis Naina dalam pesan singkat yang dia kirim untuk sang suami.
Pesan itu tidak mendapatkan balasan, namun sudah ada tanda bahwa telah dibaca.
Tepat jam 9 malam bell apartemen itu pun berbunyi, Naina sontak tersenyum dan berlari ke arah pintu.
Di luar sana Nickolas menggelengkan kepala kecil, di apartemennya sendiri dia menekan bell seperti ini hanya karena Naina. Padahal dia bisa langsung masuk dengan mudah.
Tapi tak apa, pikiranya Naina sedang menyiapkan kejutan untuknya. Dan tak berselang lama pintu itu pun terbuka. Hingga nampaklah sesosok wanita yang kini jadi penghuni apartemen ini.
"Sayang," sapa Naina dengan manja, menarik dokter Nickolas untuk masuk.
Jika dilihat-lihat mereka sudah seperti sepasang suami istri pada umumnya.
Selain menarik dokter Nickolas untuk masuk, Naina juga mengambil tas kerja suaminya tersebut. Dia melayani layaknya istri sungguhan.
"Dokter pasti lelah, langsung mandi saja ya, aku tadi sudah menyiapkan air hangat. Apa mau mandi berdua?" tanya Naina, tiap dia bicara rasanya antusias sekali.
"Aku sudah mandi di rumah sakit, hanya perlu ganti baju."
"Mandi di rumah sakit?"
"Hem, di ruangan ku ada kamar yang bisa ku gunakan untuk beristirahat."
Naina menganga, merasa kagum.
"Kamu ingin melihatnya?" tanya Nickolas, kini mereka lebih dulu duduk di ruang tengah.
"Memangnya boleh? Katanya kalau di rumah sakit kita harus profesional."
"Kamu bisa datang sebagai wali pasien," jelas Nickolas, namun ucapannya itu membuat Naina jadi teringat ibunya.
"Dok," panggil Naina dengan nada serius.
"Hem, apa?"
"Kita tidak akan bisa melakukannya langsung ke inti, jadi harus pelan-pelan," kata Naina.
"Aku tau," balas Nickolas, membuat Naina langsung sadar bahwa pria di hadapannya ini adalah seorang dokter.
"Oh iya, aku lupa jika dokter adalah dokter," jawab Naina, jadi kikuk dan mendadak merasa bodoh.
Namun sikap Naina yang seperti itu malah terlihat lucu di mata Nickolas, dia seperti bisa melihat kepolosan Naina yang sesungguhnya, bukan hanya dibuat-buat.
"Dokter boleh memandangi tubuh ku sesuka hati, membayangkan daddaku. Tapi jangan menyentuhnya dulu," kata Naina.
"Kamu belajar banyak hal dan bisa memahaminya dengan cepat," balas Nickolas, dia tau Naina mendapat semua pengetahuan itu melalui internet. Dan Nickolas suka wanita yang pintar seperti ini, seperti bisa mengimbanginya dia.
Naina lalu membusungkan dadda, membuatnya jadi terlihat jelas oleh sang suami.
"Dokter, apa boleh aku bertanya tentang ibu?"
"Apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Apa ibu bisa sembuh?"
Nickolas terdiam sesaat, tak langsung menjawab. "Para dokter hanya perentara, sementara semua kehendak tetap ada pada Tuhan."
Naina menurunkan pandangannya, juga menurunkan daddanya yang tadi membusung.
"Kamu sudah melakukan banyak hal, Naina. Tuhan tidak akan membuat usaha mu jadi sia-sia," ucap Nickolas.
"Apa aku boleh menangis?" tanya Naina.
"Menangis dipelukanku juga boleh," tawar Nick.
Dengan air mata yang jatuh, bibir Naina pun tersenyum. Lalu menjatuhkan tubuhnya pula di atas dadda bidang tersebut. Memeluk mencari ketenangan.
"Dok?"
"Hem."
"Meskipun kita menikah karena saling menguntungkan, cobalah untuk benar-benar membuka hati. Mungkin dengan begitu penyakit dokter akan sembuh."
"Akan aku usahakan," jawab Nick.