Terpaksa Menikahi Kakak Ipar

Carlson menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dilihat lagi Ellina yang tetap pada pendirian. Enggan untuk diajak berkompromi karena suasana hatinya yang sudah tidak kondusif lagi.

"Baiklah, kamu ingin bagaimana sekarang?" tanya Carlson dengan nada suara pelan dan lembut. Sorot matanya menggambarkan seakan dia membiarkan semua keputusan berada di tangan Ellina.

Tiba-tiba perasaan bersalah menghinggapi hati wanita itu. Sebenarnya Ellina merasa malu karena sudah bersikap seperti ini. Seakan tidak mencerminkan dirinya yang seperti biasa.

Namun, membuat Carlson lelah dengan dia merupakan salah satu tujuannya. Supaya pria itu tidak lagi terlalu berharap padanya dan kembali memilih Amanda.

"Aku ingin, kamu tidak lagi ikut campur mengenai masalahku," ucap Ellina dengan tegas. Kepalanya agak sedikit ia naikkan.

"Oke, tapi apakah kamu benar-benar akan membiarkan dirimu menjadi bahan tontonan para pengunjung ini? Apakah kamu tidak memiliki rasa malu ketika permasalah rumah tanggamu diketahui orang lain? Hemm?" pertanyaan Carlson membuat Ellina tidak lagi bisa berkutik. Wanita itu langsung diam dan tak hanya bisa menundukkan kepala. Sedangkan Carlson yang duduk di depannya tersenyum kemenangan.

Setelah itu tidak ada lagi yang memulai pembicaraan. Ellina sibuk dengan Kevin. Carlson juga tidak lagi mengungkit hal yang terjadi selama di restauran.

Keduanya kembali ke kesibukan masing-masing. Setelah mengantar Ellina dan Kevin, Carlson langsung kembali menuju kantor.

Kejadian tadi saat berada di restoran membuat Carlson memikirkan Ellina. Dalam hati merasa heran kenapa wanita itu yang tadinya selalu bersikap tenang menjadi gegabah dan tidak berpikir panjang. Carlson mencurigai bahwa ada satu alasan lain yang mendorong sikap yang diberikan Ellina. Tapi sayangnya dia tidak tahu alasan lain itu apa.

Semenjak hari itu hubungan Ellina dan Carlson menjadi renggang. Hal itu juga disadari oleh Amanda dan Elisabeth. Dan yang paling senang tentu saja sang istri tua. Bahkan Amanda beberapa kali memanas-manasi Carlson yang terlihat sedih atau kecewa ketika Ellina bersikap dingin dengannya.

"Tuh, kan! Aku sudah bilang bahwa Ellina tidak akan pernah bisa mencintaimu, Carlson. Tapi kamu masih saja terlalu berharap dengannya. Akibatnya kamu jadi terluka sekarang," ucap Amanda yang memanas-manasi sang suami. Keduanya tengah berbicara di ruang kerja Carson seusai makan makan malam.

Terlihat rahang Carlson yang mengeras. Amanda semakin memperdalam senyumannya ketika melihat tangan Carlson yang terkepal erat. Sepertinya rencana untuk membuat sang suami benci pada istri mudanya perlahan mulai membuahkan hasil. Seakan semesta juga setengah mendukung rencana yang sudah disusun rapi.

Amanda beranjak dari duduk kemudian menghampiri Carlson dan berdiri di belakangnya. Tangannya terangkat untuk memijit bahu sang suami dengan pijatan lembut yang selalu dilakukannya ketika dia tengah menginginkan suaminya itu.

"Sudahlah, Sayang. Jangan marah-marah lagi. Lagipula aku merasa apa yang dilakukan Ellina adalah hal yang wajar. Suami pertama memang sangat sulit untuk dilupakan. Aku saja terlalu mencintaimu, suami sekaligus cinta pertamaku. Apalagi Ellina? Sudah pasti dia sangat mencintai David yang merupakan suami pertamanya," ujar Amanda semakin gencar membuat Carlson panas.

Amanda menundukkan kepala. Mengecup telinga Carlson dengan lembut. Tangannya perlahan turun menyentuh dada bidang suaminya itu.

"Kita semua tahu bahwa Ellina sangat menolak untuk memiliki anak darimu. Tapi ancaman Mama yang akan memisahkan dia dengan Kevin membuat Ellina terpaksa mau tidur denganmu," ucapan Amanda semakin membuat dada Carlson naik turun. Napasnya memburu akibat menahan emosi yang sudah memburu. Dan Amanda semakin tersenyum kemenangan melihatnya.

"Sebenarnya ini hanya kecurigaanku saja. Dan semoga saja tidak terjadi," ucap Amanda dengan tatapan melamun.

Carlson langsung terdiam. Menengadah melihat sang istri dengan tatapan bingung kemudian bertanya, "Apa maksudmu?"

Amanda menggelengkan kepala. Seakan tidak berani untuk mengatakan isi hatinya.

"Katakanlah! Jangan bertele-tele seperti ini," ucap Carlson tak sabar.

"Aku hanya curiga bahwa Ellina sudah berjaga-jaga jika saja dia dipaksa untuk melakukan hal itu dengan mu," ucap Amanda semakin membuat Carlson kebingungan.

"Katakan saja!" serunya yang sudah sangat tidak sabaran menunggu perkataan Amanda.

"Aku mencurigai bahwa Ellina sudah menyiapkan alat kontrasepsi supaya kalian tidak memiliki anak. Jadi, dia akan memiliki alasan untuk mengajukan perceraian terhadapmu," ujar Amanda dengan nada sedih.

"Aku tidak tahu kenapa aku bisa berpikir seperti ini. Tapi, beberapa hari yang lalu saat aku sedang membeli obat penguat kandungan untukku, aku sempat melihat dia di apotek. Saat itu aku ingin menyapanya dan menanyakan obat apa yang sedang dia beli. Karena aku khawatir dia sedang sakit sedangkan tidak ada orang di rumah yang tahu. Tapi, saat aku hendak menyapa ...." Amanda menggantungkan ucapannya. Membuat Carlson semakin penasaran akan kelanjutan ceritanya.

"Katakan saja!" seru Carlson.

"Aku melihat dia sedang membeli alat kontrasepsi itu. Jadi, aku mengurungkan niat untuk menyapanya. Aku juga sudah tanya ke apoteker yang melayani Ellina. Dan ternyata benar. Ellina memang membeli alat kontrasepsi. Maafkan aku, Carlson. Aku tidak bermaksud untuk mengadu padamu. Tolong, jangan beritahu Ellina bahwa kamu tahu dariku. Aku takut hubunganku dengannya menjadi renggang. Aku juga tidak bermaksud membuatmu membenci—"

"Cukup!" Carlson berdiri dan menatap Amanda yang terlihat ketakutan. Air matanya sudah menetes untuk membuat Carlson iba padanya. Kemudian pria itu mengusap pipi Amanda yang sudah basah. Tersenyum lembut seakan menenangkan wanita itu.

"Terima kasih karena kamu sudah menceritakan semuanya padaku. Aku sangat beruntung memilikimu di hidupku," ucap Carlson dengan tulus. Kemudian dia memeluk erat tubuhku sang istri.

Amanda membalas pelukan sang suami. Air matanya semakin mengalir deras. Amanda tidak percaya dia bisa melakukan hal seperti ini. Tetapi apapun akan dia lakukan demi keutuhan rumah tangganya.

***

Carlson melihat sang istri yang tidur dalam pelukannya. Dalam balutan selimut yang menutupi tubuh polos mereka, pria itu mengecup kening sang istri dengan lembut. Setelah memastikan Amanda yang benar-benar sudah tertidur pulas, dia bangun dan mulai berpakaian. Mengambil ponsel dan melihat jarum jam masih menunjukkan pukul 10.00 malam.

Tiba-tiba Carlson teringat dengan ucapan Amanda yang mengatakan bahwa Ellina sudah mempersiapkan sebuah alat untuk mencegah wanita itu mengandung anaknya.

Dalam hati dia merasa kesal dan dikhianati. Padahal pria itu sudah berharap lebih hanya untuk mendapatkan seorang anak. Namun, Ellina malah menolak dan membuat hatinya tersakiti.

Sekarang Carlson tidak akan bermain lembut. Saat ini dia sudah sangat kecewa dan tidak akan mempedulikan lagi perasaan Ellina. Carlson sudah tidak akan menunggu wanita itu untuk menyambutnya.

Carlson berjalan dengan langkah lebar menuju kamar sang istri kedua. Kedua tangannya terkepal erat di samping kanan dan kiri.

Jika Ellina tidak bisa diperlakukan dengan lembut, maka dia bisa memperlakukannya dengan kasar.

***

Bersambung~~