KORELASI DUA HATI

“Jadi, apa yang mau kamu bicarain tentang Mas Dirga?”

Sebenarnya pikiran Qyara sudah dapat menebak apa maksud Xander menceritakan semua kenyataan itu. Hanya saja hatinya seakan membentengi dirinya untuk percaya dengan logika nya. Ia seolah tak ingin mendengar kenyataan itu lebih jauh lagi.

“Qyara... kamu harus tau kalau Dirga and me adalah saudara, mau bagaimanapun hubungan buruk kami. Dan dia nikahin kamu karena rasa bersalah atas kecelakaan yang udah aku sebab in. So, I hope you understand about sifat asli suami kamu."

Sekali lagi Qyara tertampar dengan fakta-fakta yang ia dapatkan. Fakta yang Xander katakan terdengar sangat lugas dan membuat batin Qyara terluka.

Ucapan Xander terdengar sangat jujur karena itu adalah fakta yang sebenarnya. Jadi fakta inikah yang disembunyikan oleh Dirga hingga melarangnya berdekatan dengan Xander? Fakta inikah yang membuat pria itu sangat marah ketika ia bertemu dengan Xander?

Jika iya, sepertinya pria itu memang melarangnya berdekatan dengan Xander karena takut jika fakta ini akan terungkap. Namun tanpa bisa Dirga duga, ia telah mengetahui jauh lebih cepat dari yang pria itu bayangkan.

Tak ada lagi yang dapat mendefinisikan perasaan Qyara selain hancur lebur. Rasanya bahkan ia lebih kecewa kepada Dirga daripada Xander yang menjadi pelaku kecelakaan nya.

Xander memang merupakan penyebab memori mengerikan itu terjadi dan hampir membuat Qyara lenyap dari dunia. Namun setidaknya pria itu tak memberikan kepalsuan dan mengatakannya secara langsung sekarang.

Sikap Xander lebih bisa diterima oleh Qyara dibandingkan sikap Dirga. Mungkin bagi Xander yang terus disembunyikan oleh ayahnya membuatnya hilang bertahun-tahun tanpa meminta maaf secara langsung. Namun setelah bertemu kembali, pria itu meminta maaf dengan tulus kepada wanita yang sebenarnya sudah berdamai.

Namun Dirga? Apa maksud pria itu menikahinya hanya karena kesalahan Xander? Apakah pria itu menganggap bahwa setelah kecelakaan itu dirinya menjadi tidak berguna dan tak bisa melakukan apapun hingga pria itulah yang harus bertanggung jawab menggantikan Xander dan menikahinya?

Apakah sebaik itu hati Dirga hingga pria itu mengorbankan dirinya sendiri untuk menjaga perempuan yang tak berguna dalam hubungan pernikahan?

Ini bukanlah pujian, melainkan kesarkasan yang Qyara berikan melalui batinnya. Sebuah fakta besar yang terungkap sekali lagi membuatnya sadar dan menegaskan bahwa rasa yang Dirga miliki padanya memang hanya sebuah rasa kasihan dan rasa tanggung jawab dari hati nurani untuk membantu orang yang terkena musibah.

Mungkin setelah putusnya hubungan Dirga dengan Aretha tak dapat membuat pria itu kembali menemukan wanita yang ia cintai. Karena itulah saat bertemu dengan perempuan yang telah dilukai oleh Xander, ia pun menikahi wanita itu dengan cepat.

Baiklah. Kali ini Qyara sudah benar-benar yakin. Ia harus segera melaksanakan keputusan nya sebelum ada lagi kejadian-kejadian yang membuatnya kembali ragu.

Wanita itu pun segera beranjak, "Maaf aku harus pergi. Tapi terimakasih atas kejujuran kamu, Xander. Aku permisi."

"Take care, Ra. Telpon aku kalau perlu sesuatu."

Wanita itu tak menanggapi karena sudah terlanjur berjalan pergi. Meninggalkan pria yang masih diam di tempatnya. Pria itu melihat kepergian Qyara dalam diam.

Setelah wanita itu benar-benar tak menghilang dari balik pintu, ia pun menghembuskan napasnya dan menyeruput minumannya.

"Nasib kamu malang sekali Ra."

...-+++-...

Mobil baby blue milik Qyara membelah jalanan kota yang padat. Setelah mengetahui semuanya, ia memutuskan untuk langsung pergi menuju apartemen sahabatnya untuk menemui pengacara itu.

Vania memang sedang cuti dan Qyara pun tak ingin menyusahkan wanita itu. Hanya saja ia sudah tak dapat menunggu Vania hingga pria itu masuk kerja lagi. Ia akan menanyakan alurnya pada Vania dan mengurusnya sendiri.

Qyara pikir lebih cepat lebih baik. Ia ingin segera berpisah dari Dirga dan melupakan semua wejangan yang Adel berikan kepadanya. Ia pikir ia bisa mencari rumah setelah berpisah. Pun ia juga akan mencari pekerjaan setelah mereka berpisah.

Semuanya bisa dilakukan bahkan setelah ketok palu. Qyara sudah tak dapat lagi jika diharuskan menahan tekanan batinnya hanya karena belum cukup persiapan untuk kehidupannya dan Verro.

Wanita itu pun akhirnya sampai di depan apartemen Vania. Ia segera menekan bel itu beberapa kali hingga orang yang ada di dalamnya membukakan pintu.

Namun seorang wanita paruh baya yang keluar membuat Qyara mengernyitkan dahinya, “Ibu siapa? Vania nya dimana bu?”

“Oh Mbak Vania nya lagi kerja mbak. Kebetulan saya pekerja baru di apartemen ini untuk membersihkan unit-unit yang ada.”

“Kerja?” beo Qyara.

Setahunya sahabatnya itu sedang cuti karena morning sickness yang wanita itu alami sejak hamil. Vania sendiri yang menyuruh Qyara untuk menunggu hingga ia pulih dan kembali kerja.

Apakah memang Vania kembali secepat ini? Apakah wanita itu sudah benar-benar pulih dan tak terganggu dengan kehamilannya? Namun mengapa wanita itu tak menghubunginya sama sekali?

Qyara menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tak ingin otaknya berpikiran macam-macam kepada Vania. Seharusnya ia senang jika wanita itu sudah baik-baik saja dan kembali bekerja. Bukankah dengan kembalinya Vania membuatnya mudah mengurus perceraiannya?

Pada akhirnya Qyara pun pamit pada wanita paruh baya itu, “Ya sudah bu, saya permisi,” pamitnya menundukkan kepalanya sejenak.

Selanjutnya Qyara pun segera pergi menuju tempat kerja Vania.

One Law Firm adalah salah satu firma hukum terbaik yang ada di Indonesia karena selalu mengalami kemenangan dalam kasus-kasus yang mereka tangani.  Dan Vania adalah salah satu dari pengacara yang berperan dalam memberikan nama baik firmanya.

Setelah berkendara beberapa menit, Qyara pun akhirnya sampai di firma itu. Ia pun segera masuk dan pergi ke lantai dua untuk menuju ruangan sahabatnya dan menemui wanita itu.

Qyara berjalan dengan cepat tetapi tiba-tiba langkahnya berhenti ketika melihat sosok yang ia cari sedang bercengkrama dengan teman-teman sekantornya di ruang istirahat.

Wanita itu terlihat sangat baik-baik saja bahkan bisa tertawa tanpa beban dengan teman-temannya. Melihat kebahagiaan itu pun membuat bibir Qyara tersungging. Ia merasa bersyukur jika sahabatnya tak lagi berada di fase menyedihkan.

Wanita itu pun segera melangkahkan kakinya menuju Vania. Namun langkahnya kembali terhenti ketika indera pendengarannya menangkap pembicaraan yang orang-orang itu lakukan.

Qyara segera bersembunyi di balik tembok dan mendengarkan pembicaraan itu dengan seksama. Seketika hati nya memanas mendengar percakapan itu.

“Jadi ya nanti kita ke club. Gue bener-bener suntuk banget sama pak ketua yang bikin pusing itu,” ucap Vania sebelum meneguk kopinya.

“Emangnya dia bikin ulah apa lagi sampe bikin lo suntuk?” tanya salah satu pengacara itu.

“Biasalah tuh orang sukanya maksa sampai gue harus jadi bumil dadakan padahal nggak ada apapun di rahim gue.”