Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Annelise memejamkan mata rapat-rapat. Kedua tangannya juga mencengkram kuat bantal sofa yang ada di dekat kepalanya. Tubuhnya mendadak kaku dan merinding saat bibir Bryan mencecar leher jenjangnya dengan kecupan demi kecupan lembut.
Annelise sempat memberontak, tapi tubuhnya malah berkhianat. Entah kenapa tubuhnya menerima perlakuan Bryan hingga tidak ingin membuka mata lantaran merasakan sensasinya.
Melihat Annelise mulai tenang tanpa perlawanan, Bryan tersenyum miring penuh kemenangan. Pria yang berhasil mengungkung Annelise itu terus menyerang bagian leher. Meski bukan pemain, tapi Bryan cukup menguasai teori dalam memberikan rang sangan.
Sikap Annelise yang mulai pasrah, membuat Bryan semakin berani. Tanpa melepaskan cumbuannya di leher Annelise, Bryan membuka 2 kancing kancing teratas piyama yang di pakai Annelise. Jakun Bryan naik turun karna sempat melirik da da Annelise.
Aksi Bryan semakin tidak terkontrol. Apalagi menaranya sudah tegak. Tak mau membuang-buang waktu, Bryan menyatukan bi birnya dengan bi bir Annelise. Meski Annelise menutup mulutnya, namun Bryan masih bisa merasakan sensasi berci uman dengan sekretarisnya itu.
Merasakan bi birnya di lu mat, Annelise sontak membuka matanya lebar-lebar dan langsung mendorong tubuh Bryan hingga pria itu jatuh ke lantai karna gerakan Annelise yang tiba-tiba dan Bryan tidak sempat menahan tubuhnya sendiri.
Annelise terkejut bukan main saat melihat kancing piyamanya terbuka. Annelise segera bangun mengancing piyamanya lagi.
Sementara itu Bryan tampak berdecak kesal sembari bangun dan menahan sakit di pinggangnya akibat terkena ujung meja sebelum tubuhnya terlempar ke lantai.
"Annelise, kamu benar-benar.!" Geram Bryan sewot.
Annelise tersenyum kikuk melihat Bryan memegangi pinggang sambil meringis kesakitan.
"Maaf Pak, aku nggak sengaja. Lagian salah Pak Bryan karna sudah kurang ajar." Protes Annelise. Dia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain saat melihat Bryan akan menatapnya. Annelise merasakan sangat malu akibat kejadian tadi. Dia dan Bryan hampir melewati batas, bahkan ciuman pertamanya sudah di ambil oleh Bryan.
"Jangan munafik, kamu kelihatan menikmati." Sahut Bryan menohok. Kalau Annelise tidak menikmati, mana mungkin diam saja dan tidak sadar saat kancing piyamanya di buka.
Wajah Annelise merona, dia menahan malu setengah mati dan tidak bisa menyangkal ucapan Bryan.
"Aku lapar, apa ada bahan makanan di dapur.?" Seketika Annelise mengalihkan pembicaraan. Annelise berdiri dari duduknya, sudah siap-siap menghilang dari hadapan Bryan saking malunya. Gara-gara sempat menikmati perbuatan Bryan, Annelise sampai mengumpat dirinya sendiri dalam hati. Dia merasa sangat bodoh karna mempermalukan diri sendiri di depan Bryan.
"Duduk.!" Titah Bryan dan menarik Annelise hingga duduk lagi di sampingnya. "Aku sudah pesan makanan, 5 menit lagi datang." Ujarnya.
Annelise tidak punya alasan lagi untuk pergi. Mau tidak mau, dia terpaksa menonton film yang sudah di putar sejak 10 menit lalu.
Keadaan sempat hening, sampai akhirnya suara bel membuat Bryan segera beranjak dan membukakan pintu.
Annelise tampak menghembuskan nafas kasar. Siapa yang tidak frustasi menghadapi situasi seperti ini. Annelise semakin ketar ketir karna Bryan makin berani berbuat mesum.
"Kalau seperti ini caranya, bisa-bisa aku hamil." Gumamnya lirih.
...******...
"Pak Bryan.!" Pekik Annelise dan langsung menepis kasar tangan nakal Bryan yang hampir menyentuh da da Annelise dari belakang.
Berbaring di belakang Annelise sambil memeluknya, membuat Bryan memanfaatkan keadaan untuk kembali berbuat mesum. Suasananya mendukung, kamar dengan suhu udara yang dingin dan pencahayaan redup.
"Sudah kepalang tanggung Annelise. Kalau kamu takut hamil, aku bisa pakai pengaman."
Plakk.!!
Annelise mukul Bryan lantaran sembarangan bicara. Ini bukan cuma perkara takut hamil, tapi soal harga diri dan kesucian yang Annelise jaga sampai detik ini. Dia tidak akan pernah memberikan kesuciannya pada pria manapun sebelum menikah.
"Aku nggak serendah itu.! Kalau saja Pak Bryan nggak pakai cara licik dengan mengancam menggunakan foto itu, aku nggak akan sudi masuk ke apartemen ini dan menuruti semua hal gila yang nggak masuk akal begini.!" Omel Annelise.
Bryan membuat Annelise tidak berkutik gara-gara foto intim mereka. Padahal tidak yang terjadi di antara mereka, tapi semua orang pasti akan berfikir buruk jika melihat foto hasil rekayasa Bryan.
"Kamu menolak ku.?" Tanya Bryan.
"Tentu saja. Aku masih cukup waras untuk melakukan hal gila dengan orang seperti ini." Jawab Annelise cepat.
Bryan berdecak kesal, dia membalik tubuh Annelise menghadap ke arahnya dengan gerakan cepat.
"Pak Bryan.!" Annelise melotot kaget. Bosnya itu sangat hobby membuatnya jantungan.
Yang di tegur hanya memasang wajah datar. Bryan merapatkan tubuhnya pada Annelise, lalu memeluk erat tubuh Annelise untuk mengunci pergerakannya.
"Lepas Pak Bryan.! Jangan nekat.!" Pekik Annelise sebal.
"Nggak ada yang bisa menolak ku Annelise, termasuk kamu.!" Bryan berucap tegas penuh penekanan.
"Lalu mau Pak Bryan apa.?!" Tantang Annelise.
"Jadi pacar ku.!" Tegasnya.
Annelise terkekeh mengejek. Jadi pacar Bryan.? Annelise tidak punya alasan untuk menerimanya. Justru sebaliknya, dia punya seribu alasan untuk menolak Bryan.
"Aku nggak mau.!"
"Harus mau.!"
"Nggak mau.!"
"Harus.!"
"Nggak.! Aku ,,, eumm,,"
Annelise tidak bisa meneruskan ucapannya karna Bryan membungkam bibirnya dengan ciuman. Bryan memaksa Annelise membuka mulut dengan menggigit kecil bibir Annelise. Li dah Bryan seketika menyeruak masuk dan mengabsen setiap rongga mulut Annelise. Ciuman Bryan semakin panas dan menuntut. Annelise tidak bisa berkutik, apalagi Bryan berhasil mengungkungnya.
...******...
Pagi-pagi sekali Annelise sudah bangun dan pindah ke kamar tamu untuk mandi. Dia berdiri di depan wastafel dan menatap pantulan dirinya dalam cermin. Annelise mend-esah pelan ketika mengingat kejadian semalam yang meninggalkan bekas kemerahan di lehernya. Bryan benar-benar nekat, walaupun sudah di pukul dan di gigit pundaknya, tetap saja tidak melepaskan Annelise.
Namun bukan pemaksaan Bryan yang membuat Annelise kesal. Justru Annelise kesal pada diri sendiri karna akhirnya pasrah juga dan menikmati sentuhan Bryan. Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Sentuhan itu benar-benar membuatnya hilang akal sehat. Mulutnya menolak, tapi hati dan tubuhnya menerima.
Untungnya aksi Bryan tidak berlanjut. Mereka hanya bercu-mbu, belum sampai buka-bukaan.
"Lama-lama aku bisa ketularan gilanya.!" Gerutu Annelise frustasi. Dia mengacak-acak rambutnya sendiri sebelum berdiri di bawah guyuran shower.
Sementara itu, Bryan baru saja bangun tidur dan kedapatan senyum-senyum sendiri karna teringat perbuatannya semalam. Setidaknya dia mulai bisa menaklukkan Annelise di bawah kendalinya.
Bryan mungkin mulai gila. Ya, Bryan menyadari kegilaannya terhadap Annelise. Diam-diam Annelise kembali mencuri perhatiannya setelah sekian tahun tidak bertemu.
Dulu saat masih sekolah, Bryan memiliki sedikit ketertarikan pada Annelise. Tapi karna penampilan Annelise dan sikap Annelise yang ketus, membuat Bryan enggan mendekatinya.
7 tahun berlalu, Annelise muncul lagi dengan versi yang lebih baik. Meski sikap ketusnya tidak hilang, namun pesonanya semakin memikat.
wajar klo sll salah paham...