Aozora Jelitha, dikhianati oleh calon suaminya yang ternyata berselingkuh dengan adiknya sendiri. Padahal hari pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
Sudah gagal menikah, ia juga dipaksa oleh ayah dan ibu tirinya, untuk membayar utang-utang papanya dengan menikahi pria yang koma,dan kalaupun bangun dari koma bisa dipastikan akan lumpuh. Kalau dia tidak mau, perusahaan yang merupakan peninggalan almarhum mamanya akan bangkrut. Pria itu adalah Arsenio Reymond Pratama. Ia pewaris perusahaan besar yang mengalami koma dan lumpuh karena sebuah kecelakaan.Karena pria itu koma, paman atau adik dari papanya Arsenio beserta putranya yang ternyata mantan dari Aozora, berusaha untuk mengambil alih perusahaan.Ternyata rencana mereka tidak berjalan mulus, karena tiba-tiba Aozora mengambil alih kepemimpinan untuk menggantikan Arsenio suaminya yang koma. Selama memimpin perusahaan, Aozora selalu mendapatkan bantuan, yang entah dari mana asalnya.
Siapakah sosok yang membantu Aozora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aksi Damian
"Lho kenapa kamu pulang, sayang? Bukannya kalian akan berangkat ke Paris untuk bulan madu? Di mana Dimas?" Meta menatap bingung ke arah Tsania yang kembali sembari menggeret kopernya dengan wajah yang merengut.
"Kami tidak jadi berangkat, Ma. Aozora mengacaukan semuanya!" Tsania menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Hah? Mengacaukan bagaimana maksudmu?" alis Meta bertaut tajam.
"Dia tidak memberikan izin untuk Kak Dimas pergi berbulan madu denganku, Ma. Alasannya karena Kak Dimas tidak mengajukan cuti. Dia bahkan mengancam, kalau Kak Dimas tidak masuk kantor hari ini, dia akan memecat Kak Dimas. Benar-benar menyebalkan!" Tsania menggerutu dengan raut wajah penuh amarah.
Meta sontak bereaksi. Wanita itu sontak berdiri dari tempat duduknya dengan mata yang berkilat-kilat penuh amarah.
"Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan! Emangnya siapa dia berani berbuat seperti itu? Apa karena dia istri Arsen makanya bisa berbuat seenaknya? Mama tidak terima!" Meta, beranjak pergi meninggalkan Tsania.
"Mampus kamu Zora! Kamu pasti diamuk sama Mama Meta!" sudut bibir Tsania melengkung membentuk senyum sinis.
"Ah, sebaiknya aku ke rumah mama dulu ah. Di sini juga mau ngapain kan. Bosan yang ada," Tsania berdiri dari tempat dia duduk dan melangkah pergi. Sebelum dia pergi, ia lebih dulu meminta pembantu rumah tangga mertuanya untuk membawakan kopernya ke kamar.
"Hmm, walaupun Kak Dimas menolak tadi, aku akan tetap minta mama untuk meminta Kak Dimas untuk mengelola perusahaan yang sudah jadi milikku. Dia kan suamiku, jadi sudah sepantasnya dia yang mengelola perusahaanku," batin Tsania sembari melajukan mobilnya menuju kediaman mamanya.
Ya, tadi Tsania memang meminta Dimas untuk tidak takut dipecat, karena suaminya itu akan dia izinkan untuk mengelola perusahaan yang sudah direbut mama nya dari Aozora. Namun pria itu menolak mentah-mentah dengan alasan keuangan perusahaan itu tidak stabil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu Damian kini sudah berada di kediaman mendiang kakaknya yang sekarang ditinggali oleh Amber dan Arsen putranya.
Pria itu datang karena dia tahu kalau rumah itu sekarang hanya ada pembantu dan Arsen yang dia tahu masih koma.
Bagaimana dia tahu kalau hanya ada pembantu di rumah? Itu karena dia sudah meminta orang suruhan untuk mengawasi kediaman keluarga Arsen. Jadi dia tahu kalau tadi Amber pergi ke luar sedangkan Aozora dia tahu sedang berada di kantor.
"Hmm, sepertinya ini kesempatanku untuk mencari di mana Arsen menyimpan semua surat-surat perusahaan dan aset-aset yang lainnya," batin Damian dengan senyum licik di kedua sudut bibirnya.
Di saat kaki pria paruh baya itu hendak menapak di undakan anak tangga, tiba-tiba di dikagetkan dengan sebuah suara yang menyapanya. Ia pun langsung berhenti dan menoleh ke arah datangnya suara
"Tuan Damian! kenapa Tuan ada di sini? Nyonya Amber lagi tidak ada. Tuan Arsen juga __"
"Aku tidak datang untuk menemui Kak Amber. Aku ke sini mau melihat keadaan keponakanku," belum sempat pembantu itu menyelesaikan ucapannya, Damian sudah lebih dulu memotong.
"Emm, itu Tuan ... Tuan Arsen juga __"
"Kamu kenapa sih? kamu melarangku untuk melihat keponakanku sendiri? Lancang kamu ya! Sana kamu pergi!" Damian meninggikan suaranya, benar-benar kesal dengan wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di keluarga Arsen, bahkan mulai dari keponakannya itu masih kecil.
Tidak ingin mendengar ucapan pembantu dan juga tidak ingin membuang-buang waktu, Damian langsung melangkah menuju kamar Arsen.
"Huft, padahal mau bilang kalau Tuan Arsen sudah bangun dari koma dan sekarang sedang terapi di belakang bersama dokter Daren," Pembantu itu berdecak, menggeleng-gelengkan kepalanya menatap ke arah perginya Damian.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Damian, membuka pintu dengan sangat perlahan. Senyum licik tidak pernah tanggal dari bibirnya saat masuk ke dalam kamar keponakannya itu.
Begitu sudah berada di dalam, mata pria itu sontak membesar sempurna karena melihat ranjang yang kosong.
"Di-dimana, Arsen? Kenapa ranjangnya kosong? Apa dia semakin kritis dan dibawa lagi ke rumah sakit? Tapi kenapa orang suruhanku tidak mengabari sama sekali," bisik Damian pada dirinya sendiri.
"Arghh bodo amatlah. Aku bahkan berharap dia cepat menyusul mendiang kakak," Damian lagi-lagi tersenyum sinis.
Mata pria paruh baya itupun mulai mengedar untuk memastikan di mana keponakannya itu menyimpan segala surat-surat berharga.
"Aku cari di lemari saja," Damian melangkah ke arah lemari. Pria itupun mulai mencari di dalam lemari pakaian itu dengan sangat teliti. Namun, dia sama sekali tidak menemukan adanya surat-surat berharga itu.
"Sial, sama sekali tidak ada di sini? dia taruh di mana ya? Aku harus cari lagi. Kalau aku lama di sini pembantu tadi pasti akan curiga, kenapa aku bisa lama, padahal jelas-jelas Arsenio tidak ada!" Damian kembali berbicara pada dirinya sendiri.
Ia pun melangkah ke arah nakas, mulai menarik lacinya. Ia masuk ke dalam ruangan yang dia tahu walking closet, lalu mencari juga di sana, tapi dia tetap tidak menemukannya.
"Sialan! Dia taruh di mana sih?" Damian mengumpat sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Damian kembali keluar dari walking closet dan kembali mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan.
Tiba-tiba matanya melihat sebuah benda berbentuk persegi dan dia tahu jelas kalau itu adalah brangkas.
"Dia pasti menyimpan semuanya di sana," Damian dengan seringai liciknya mengayunkan kaki melangkah menuju brankas itu.
"PIN nya apa ya?" Damian memijat kepalanya yang sama sekali tidak pusing.
"Emm, aku coba tanggal lahirnya," Damian memutar angka sesuai tanggal lahir Arsen. Namun ternyata gagal. Kemudian, ia mencoba tanggal lahir Amber, tetap saja gagal. Karena masih gagal, ia pun mencoba tanggal lahir mendiang kakaknya, tetap saja gagal.
"Sh*it! Bisa-bisanya gagal semua! PIN nya apa sih?" Damian kembali berusaha berpikir keras. Tiba-tiba pria paruh baya itu menyeringai sinis.
"Hmm, dia kan cinta mati sama Hanum, pasti dia menggunakan PIN yang ada hubungannya dengan wanita itu," Damian dengan cepat merogoh sakunya, mengeluarkan ponselnya dari dalam.
Ia pun menekan sebuah nomor dan melakukan panggilan dengan pemilik nomor itu.
"Halo, Om!" terdengar suara seorang wanita dari ujung sana. Suara wanita itu terdengar begitu lembut. Itu adalah suara yang selama ini menenangkan Arsen. Siapa lagi pemilik suara itu kalau bukan Hanum sendiri.
"Sekarang, kamu kirimkan tanggal lahir kamu lengkap dengan tahunnya. Kamu juga jangan lupa kirimkan tanggal jadian, atau tanggal-tanggal penting kamu dengan Arsen. Sekarang juga, tidak pakai lama!" titah Damian, tegas tak terbantahkan.
"U-untuk apa, Om?"
"Jangan banyak bertanya. Kirimkan sekarang juga!" Tanpa menunggu jawaban dari perempuan di ujung sana, Damian langsung memutuskan panggilan begitu saja.
Tidak menunggu lama, handphone pria itu berbunyi dan tentu saja itu pesan yang dikirimkan oleh Hanum. Lagi-lagi pria itu menyeringai sinis dan kembali berjongkok.
Tbc
dan menjemput kebahagian masing-masing
bukan aku.
semudah itu di gertak
kalau cinta itu udah pasti di Zora.
laki-laki itu bisa menyentuh perempuan tanpa rasa yang penting puas.
yah kamu juga nya jalang Tsania.
jadi gimana enggak tergoda coba namanya laki-laki
memaki dan berteriaklah sepusamu dan gue akan bekerja dengan diam sampai membuat mulut kalian diam