Rahasia Suami Lumpuhku

Rahasia Suami Lumpuhku

Dipaksa untuk menikah

"Aku tidak mau!" terdengar penolakan tegas dari mulut seorang wanita, yang kecantikannya tersembunyi di balik penampilannya yang sederhana.

Dia adalah Aozora Jelitha, gadis cantik yang memiliki rambut lurus, hitam legam dan panjang. Memiliki bentuk tubuh yang bisa dikatakan sangat diidam-idamkan oleh kebanyakan kaum wanita. Ia juga memiliki kulit yang putih, hidung mancung dan mata besar yang indah.

Wanita cantik itu sekarang dipaksa untuk menikah dengan Arsenio Reymond, seorang pria yang merupakan pewaris dari sebuah perusahaan besar. Namun, pria itu kini sedang koma diakibatkan kecelakaan yang dia alami dan kalaupun nantinya bangun dari koma, disinyalir pria itu akan mengalami kelumpuhan.

"Kamu tidak bisa menolak. Bagaimanapun kamu harus membayar utang-utang papamu yang nilainya tidaklah sedikit. Kalau kamu tetap menolak, perusahaan akan bangkrut." tegas Dona. Seorang wanita paruh baya ,yang di usianya sudah hampir mencapai setengah abad, tapi tetap tidak bisa menutupi kecantikannya. Wanita itu tidak lain ibu tiri Aozora.

"Hei, kenapa harus aku,Tante? kenapa bukan Tsania saja? Dia juga kan anaknya Papa."

Ya, sudah 10 tahun papanya Aozora menikah dengan ibu tirinya itu, tapi sekalipun Aozora tidak pernah memanggil wanita itu dengan panggilan mama karena baginya wanita yang pantas dia panggil mama hanyalah almarhumah wanita yang sudah melahirkannya dan yang bakal akan jadi mertuanya nanti.

"Kalian beda. Tsania itu memang anak papamu, tapi dia lahir dari rahimku. Sedangkan kamu ... kamu itu lahir dari wanita yang sudah dimakan cacing itu," sahut Dona, dengan nada dan raut wajah sinis.

"Jaga ucapanmu, Tante! Jangan pernah bawa-bawa mamaku dalam hal apapun! karena mulutmu yang kotor itu sama sekali tidak pantas!" seperti biasa, wajah Aozora akan berubah merah karena marah. Wanita berparas cantik itu tidak pernah suka kalau wanita paruh baya yang merupakan istri papanya itu, membawa-bawa almarhum mamanya.

"Kamu yang harus jaga ucapanmu, Zora!" seorang pria paruh baya yang dari tadi diam saja buka suara membentak Auzora. Dialah Aditya, pria yang merupakan papa dari wanita yang sering dipanggil Zora itu

"Kenapa? Papa mau membela wanita ini? Bukannya yang aku katakan tadi benar? Dia sama sekali tidak pantas__"

"Aozora!" suara Aditya meninggi, memotong ucapan putri sulungnya.

"Yang sopan kalau bicara pada orang tua. Bagaimanapun dia itu istri papa, dan berarti mamamu juga. Kamu seperti tidak pernah diajari sopan santun saja!" lanjut Aditya lagi, masih dengan intonasi suara yang sama.

Azora berdecih. Kedua sudut bibirnya melengkung, membentuk senyum sinis.

"Pertama ... wanita ini bukanlah mamaku. Dia itu hanya seorang perebut yang sekarang sudah menjadi istri papa. Dari awal aku juga sudah dengan tegas mengatakan kalau sampai kapanpun aku tidak akan memanggil dia mama. Kedua ... tentu saja aku diajari oleh mamaku sopan santun. Hanya saja, aku tahu siapa yang layak mendapatkan sikap sopanku. Dan menurut papa, apa wanita ini pantas? wanita ini sama sekali tidak layak, Pa." tutur Aozora dengan mata yang melirik sinis ke arah Dona.

"Dan kamu ... kamu yang katanya papaku, apa emang pernah mengajarkan sesuatu padaku? tidak kan? Jadi stop bicara tentang kesopanan di depanku!" Sambungnya lagi.

Aditya terdiam seribu bahasa. Pria itu benar-benar terkesiap kaget, melihat putri yang selama ini diam dan patuh bisa melontarkan kata-kata pedas seperti itu.

"Sayang, kenapa kamu jadi diam? Harusnya kamu bertindak memarahi anak tidak tahu diri ini. Dia itu sudah menghinaku, Mas!" Dona memekik, seperti biasa meminta suaminya itu untuk memarahi Aozora.

"Tahu nih, Pa, yang tegas dong sama Kak Zora! Masa diam saja mama dihina," kali ini Tsania yang merupakan adik dari Aozora, buka suara.

"Cih, drama terus, drama terus! Gak cape ya, akting terus?" sindir Aozora, dengan raut wajah sinis yang sama sekali tidak tanggal dari wajahnya.

"Diam!" bentak Dona.

"Kamu emang anak yang tidak tahu diri. Dengar ... aku tidak peduli kamu mau panggil mama ataupun tidak, karena aku sama sekali tidak berharap. Aku juga tidak sudi kamu panggil mama. Sekarang yang jelas kamu tidak boleh membantah lagi. Mau tidak mau, kamu harus tetap mau menikah dengan Arsenio!" tegas Dona, tak terbantahkan.

"Aku tetap tidak mau!" Aozora tidak kalah tegas.

"Kamu harus tetap mau, Nak. Kalau tidak perusahaan mama kamu akan hancur. Apa kamu mau itu terjadi?" Aditya kembali buka suara. Dia berharap dengan membawa-bawa nama almarhum istrinya, putrinya mau berubah pikiran dan bersedia memenuhi permintaan mereka.

"Kenapa harus aku? Kalian yang berhutang banyak kan? Kalau demi kemajuan perusahaan mama, aku bisa maklum. Lah ini, semuanya hanya untuk foya-foya istri dan anak harammu ini!" Aozora mengangkat jari telunjuknya menunjuk ke arah Tsania.

"Aozora, stop mengatakan Tsania anak haram!" bentak Aditya dengan suara menggelegar.

"Kalau bukan anak haram mau disebut apa? Anak hasil Zinah, bukannya itu sama saja ya!"

Plak

Tangan Aditya terayun dan mendarat keras di pipi mulus Aozora. Tentu saja yang terjadi barusan membuat Dona dan Tsania tersenyum puas.

"Papa! Papa memukulku?" mata Aozora membesar. Wanita berparas cantik itu, terkesiap kaget, karena baru kali ini, pria yang dia panggil papa itu melayangkan pukulan padanya.

"Maaf, papa refleks!" seketika Aditya tersadar akan apa yang baru saja dia lakukan.

"Untuk apa Papa minta maaf? Dia memang pantas mendapatkan tamparan itu," cetus Tsania sembari menatap sinis ke arah Aozora.

"Apanya yang pantas? aku sama sekali tidak bicara sembarangan kan? Apa yang aku katakan tadi semuanya benar. Kamu itu lahir atas perzinahan yang dilakukan papaku dan mamamu di belakang mamaku!" ucap Aozora dengan napas memburu.

"Aozora, berhenti papa bilang berhenti! Jangan buat papa melakukan hal yang lebih dari tamparan. Kamu, selama ini papa diamkan semakin melunjak ya! Sekarang intinya kamu harus tetap mau menikah dengan Arsenio!" bentak Aditya, dengan tatapan yang sangat tajam bak sebilah belati yang siap menghujam jantung.

"Aku tetap tidak mau! kalau ini demi mempertahankan perusahaan mama, kenapa harus aku yang berkorban? Tsania ada, dan dia juga anak Papa!" lagi-lagi Aozora menolak, tegas.

"Hei, itu perusahaan mamamu, kenapa jadi anakku yang berkorban?" Dona kembali buka suara.

"Tante lupa, kalau perusahaan itu hampir bangkrut karena ulah kalian? Kalian berdua selalu menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi. Jadi setidaknya, kalian harus bertanggung jawab!" kali ini Aozora benar-benar tidak mau diintimidasi lagi, seperti yang dulu-dulu.

"Peduli apa dengan tanggung jawab? Yang jelas, aku tidak mau anakku menikah dengan pria yang kita tidak tahu kapan bisa bangun itu? Apalagi kalaupun dia bangun katanya akan lumpuh. Enak saja, anakku yang berkorban demi mempertahankan perusahaan mamamu!" tegas Dona.

"Jangan lupa ,Tante, kalian memang sepatutnya bertanggung jawab. Selain karena kalian menghabiskan uang perusahaan, kamu dan papa juga harus mempertanggung jawabkan kematian mamaku. Karena perselingkuhan kalian yang bahkan sampai mempunyai anak, mamaku jadi depresi dan sakit-sakitan. Ini semua salah kalian. Jadi, setidaknya Tante meminta Tsania untuk menikah dengan pria itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban!" tatapan Aozora sangat tajam, menatap Dona, wanita yang sangat dibencinya dari dulu.

"Aku bilang tidak ya tidak! Kalau kamu tidak mau, terserah. Tapi, kamu harus siap menerima akibatnya. Perusahaan peninggalan mamamu itu akan hancur. Sedangkan aku ... aku tidak akan peduli mau perusahaan itu itu hancur atau tidak!" sudut bibir Dona naik sedikit ke atas membentuk senyuman sinis.

"Nak, tolong mau ya! Kamu harus tolong papamu ini, demi perusahaan mamamu." kali ini, Aditya berucap dengan intonasi suara yang rendah.

"Aku tidak mau, Pa!" Azora tetap bertahan pada pendiriannya. "Lagian, Papa tahu sendiri, pernikahanku dan Dimas tinggal menunggu hari. Jadi, tidak bisa dibatalkan begitu saja. Itu sama saja akan mempermalukan keluarga Dimas, Pa!" Ya, selain karena merasa bukan dirinya yang harusnya bertanggung jawab, Aozora juga sudah punya kekasih dan dalam seminggu ini memang akan melangsungkan pernikahan.

"Tenang saja, aku akan menggantikan kamu, menikah dengan Dimas," celetuk Tsania, tersenyum menyeringai.

"Punya hak apa kamu berkata seperti itu? Apa kamu kira, Dimas akan mau menikah denganmu?" kemarahan Aozora mulai terpancing lagi.

"Siapa bilang, dia tidak mau? Aku dan dia itu sudah saling mencintai. Tanpa kamu ketahui, kami sudah menjalin hubungan di belakangmu,"

Mata Aozora membesar sempurna, terkesiap kaget. Namun, itu hanya sebentar, karena detik berikutnya ia berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak percaya.

"Kamu kira aku akan percaya? Itu sama sekali tidak mungkin, karena Dimas tidak mungkin bisa menyukai wanita murahan seperti kamu. Apalagi hubungan kami sudah sangat lama dan bahkan sudah akan menikah," ucap Aozora.

Tsania sontak tertawa, meremehkan.

"Kamu tidak percaya? Aku bisa buktikan, kakakku tersayang. Kalian memang sudah lama menjalin hubungan, tapi Dimas, bilang kalau kamu itu membosankan. Dia lebih nyaman denganku, yang bisa memberikan apa yang dia mau," senyum sinis sama sekali tidak pernah tanggal dari bibir Tsania.

"Jangan mengada-ngada! Aku tidak akan percaya!"

"Baiklah, aku akan buktikan!" Tsania meraih ponselnya, lalu menunjukkan layar ponselnya ke arah Aozora.

"Kamu lihat dengan jelas, ini nomor Dimas kan?" Aozora membaca nama 'Semestaku' yang tertera di layar ponsel dan ia melihat nomor itu memang benar nomor milik Dimas, calon suaminya.

"Aku akan hubungi dia, dan kamu dengar sendiri ya!" Tsania menekan tombol memanggil dan dengan sengaja dia juga menekan tombol speaker.

"Iya, Sayang?" terdengar suara pria yang memang sangat familiar di telinga Aozora.

tbc

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

k

2024-10-10

1

Hera Puspita

Hera Puspita

baru mampir

2024-09-26

0

Anonymous

Anonymous

m

2024-09-25

0

lihat semua
Episodes
1 Dipaksa untuk menikah
2 Keputusan Aozora
3 Alasan Amber.
4 Sah berganti status jadi istri
5 Menyampaikan uneg-uneg
6 Cantik
7 Daren
8 Permintaan Arsenio
9 Membersihkan tubuh Arsen
10 Hari pertama ke perusahaan
11 Dimas turun jabatan
12 Kedatangan Tsania
13 Kepanikan Tsania dan Dimas
14 Kita tidak bisa bersantai lagi
15 Bingung
16 Ancaman Aozora
17 Kepanikan Dimas dan Tsania
18 Kekesalan Arsenio
19 Gagal
20 Bangun
21 Hampir saja
22 Hampir saja 2
23 Berusaha menahan rasa kesal
24 Kamu butuh bantuan?
25 Apa dia sebaik itu?
26 Dia pasti cemburu
27 Aksi Damian
28 Ini pasti ulah Aozora
29 Terlalu percaya diri
30 Kepanikan Dona
31 Kamu harus berterima kasih padaku
32 Kamu harus menemaniku terapi
33 Ribut
34 Hampir saja
35 Siapa kamu?
36 bertemu Danuar
37 Aditya marah
38 Kembali ke pemilik asli
39 Sedikit kecewa
40 Selingkuh ?
41 Permulaan karma
42 Anda lebih tega
43 Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44 Apa yang harus aku lakukan
45 Ancaman Dona.
46 cantik sekali!
47 Rencana licik Damian
48 Kemarahan Arsen
49 Aozora hilang sabar
50 Anggap saja aku sudah mati
51 Sulit dipahami
52 Bosan punya banyak uang
53 Aku tidak suka!
54 Rahasia Hanum
55 Akan kembali ke kantor
56 Pasrah
57 Sisi lain Arsen
58 Aku akan menghapus bekasnya
59 Dimas pulang
60 Ide gila Dona
61 Menyambut Arsen
62 Mau jadi sekretaris
63 Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64 Dona mengancam Tsania
65 Menemui Samudra!
66 Bella mendatangi Samudra
67 Ini tidak bisa dibiarkan
68 Provokasi Hanum
69 dia itu adik sepupuku
70 Aku sudah tidak peduli!
71 Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72 Aku menyerah
73 Ke Makam
74 Dilema Tsania
75 Penyesalan Meta
76 pingsan
77 Keputusanku tetap sama.
78 Kalau tidak berguna buang saja!
79 Rencana Dimas
80 Acara Ulang tahun, Arsen
81 Ancaman Hanum
82 Aku juga tidak minta dilahirkan
83 Mengancam Danuar.
84 Aku harus bertindak
85 Ini semua rencanaku
86 Terpaksa melaporkan
87 Provokasi Hanum
88 Datang ke ruanganku sekarang!
89 Ya, Dia Raraku!
90 Aku mau menginap di sini
91 membujuk Aozora
92 Ke kantor polisi
93 Aku hamil.
94 Cerita Arsen
95 Kekesalan Arsen
96 Cari cara
97 Syarat Dimas
98 Aku ikhlas melakukannya
99 Perdebatan Bella dan Niko
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 bab 108
109 bab 109
110 bab 110
111 bab 111
112 bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 bab 115
116 bab 116
117 bab 117
118 bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Pengumuman
126 Pengumuman
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Dipaksa untuk menikah
2
Keputusan Aozora
3
Alasan Amber.
4
Sah berganti status jadi istri
5
Menyampaikan uneg-uneg
6
Cantik
7
Daren
8
Permintaan Arsenio
9
Membersihkan tubuh Arsen
10
Hari pertama ke perusahaan
11
Dimas turun jabatan
12
Kedatangan Tsania
13
Kepanikan Tsania dan Dimas
14
Kita tidak bisa bersantai lagi
15
Bingung
16
Ancaman Aozora
17
Kepanikan Dimas dan Tsania
18
Kekesalan Arsenio
19
Gagal
20
Bangun
21
Hampir saja
22
Hampir saja 2
23
Berusaha menahan rasa kesal
24
Kamu butuh bantuan?
25
Apa dia sebaik itu?
26
Dia pasti cemburu
27
Aksi Damian
28
Ini pasti ulah Aozora
29
Terlalu percaya diri
30
Kepanikan Dona
31
Kamu harus berterima kasih padaku
32
Kamu harus menemaniku terapi
33
Ribut
34
Hampir saja
35
Siapa kamu?
36
bertemu Danuar
37
Aditya marah
38
Kembali ke pemilik asli
39
Sedikit kecewa
40
Selingkuh ?
41
Permulaan karma
42
Anda lebih tega
43
Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44
Apa yang harus aku lakukan
45
Ancaman Dona.
46
cantik sekali!
47
Rencana licik Damian
48
Kemarahan Arsen
49
Aozora hilang sabar
50
Anggap saja aku sudah mati
51
Sulit dipahami
52
Bosan punya banyak uang
53
Aku tidak suka!
54
Rahasia Hanum
55
Akan kembali ke kantor
56
Pasrah
57
Sisi lain Arsen
58
Aku akan menghapus bekasnya
59
Dimas pulang
60
Ide gila Dona
61
Menyambut Arsen
62
Mau jadi sekretaris
63
Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64
Dona mengancam Tsania
65
Menemui Samudra!
66
Bella mendatangi Samudra
67
Ini tidak bisa dibiarkan
68
Provokasi Hanum
69
dia itu adik sepupuku
70
Aku sudah tidak peduli!
71
Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72
Aku menyerah
73
Ke Makam
74
Dilema Tsania
75
Penyesalan Meta
76
pingsan
77
Keputusanku tetap sama.
78
Kalau tidak berguna buang saja!
79
Rencana Dimas
80
Acara Ulang tahun, Arsen
81
Ancaman Hanum
82
Aku juga tidak minta dilahirkan
83
Mengancam Danuar.
84
Aku harus bertindak
85
Ini semua rencanaku
86
Terpaksa melaporkan
87
Provokasi Hanum
88
Datang ke ruanganku sekarang!
89
Ya, Dia Raraku!
90
Aku mau menginap di sini
91
membujuk Aozora
92
Ke kantor polisi
93
Aku hamil.
94
Cerita Arsen
95
Kekesalan Arsen
96
Cari cara
97
Syarat Dimas
98
Aku ikhlas melakukannya
99
Perdebatan Bella dan Niko
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
bab 108
109
bab 109
110
bab 110
111
bab 111
112
bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
bab 115
116
bab 116
117
bab 117
118
bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Pengumuman
126
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!