NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Zahira terpaksa bercerai setelah tahu kalau suaminya Hendro menikah lagi dengan mantan pacarnya dan pernikahan Hendro di dukung oleh ibu mertua dan anak-anaknya, pernikahan selama 20 tahun seolah sia-sia, bagaimana apakah Zahira akan melanjutkan pernikahannya atau memilih bercerai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 16

Adit bersiap pulang pagi itu.

Di teras rumah, Zahira, Edi, Yusni, Zaenab, dan Zahid berdiri berjejer, seolah enggan melepas kepergiannya. Suasana terasa akrab, nyaris seperti melepas anak sendiri yang merantau jauh.

Di samping motor Adit, dua karung besar tergeletak siap diangkut: satu berisi dukuh dan singkong, satunya lagi penuh rambutan merah segar hasil panen Zaenab.

Zahira tak bisa menahan senyum geli. Dalam hati ia bergumam,

“Nasib orang memang tak bisa ditebak. Dulu dia dokter arogan yang nyaris tak bisa disentuh… sekarang? Jadi ojek online dan pembawa paket sekaligus.”

“Dok, kalau rame di jalan, bagi-bagi rambutan ya,” celetuk Zahid, membuat semua orang tertawa.

Adit hanya geleng-geleng kepala, tapi bibirnya tersenyum lebar.

“Bukan pasien yang bawel, sekarang emak-emak kebun yang titipannya nggak habis-habis,” ucapnya sambil menaikkan karung ke jok belakang.

“Saya kayak kurir bawa paket begini, Bu,” celetuk Adit sambil menatap dua karung besar yang nyaris menutupi motor bebeknya.

Yusni tersenyum tulus, wajahnya penuh keibuan. “Hanya itu yang bisa Ibu kasih, Nak Adit. Jangan bosan ya main ke sini lagi.”

“Iya, Pak Dokter jangan sungkan main. Di sini juga ada JAKI, loh,” timpal Zahid sambil menyenggol lengan Adit.

“JAKI? Apaan tuh?” tanya Adit bingung.

“Janda Kinclong,” jawab Zahid cepat, wajahnya penuh cengiran jail.

Zahira langsung melotot ke arah adiknya. “Zahid!”

Zahid buru-buru bersembunyi di balik tubuh Yusni sambil berseru, “Tuh, Mak, Kakak galak!”

Tawa pun pecah di teras rumah itu. Bahkan Adit sampai menunduk, menahan geli.

Adit akhirnya benar-benar berpamitan. Ia melaju pelan di jalan desa, diiringi lambaian tangan dan canda tawa dari keluarga Zahira.

Di balik tawa itu, Zahira merenung—dulu Hendro dan anak-anaknya pernah berkunjung ke rumah ini, tapi tak pernah sehangat dan seakrab ini.

Yang datang dan pergi bisa saja sama, tapi perasaan yang tertinggal… jelas berbeda.

Zahira melangkah masuk ke kamar dengan langkah pelan. Di balik pintu, udara sejuk bercampur aroma kenangan menyeruak, seolah kamar itu masih menyimpan bayangan dirinya yang dulu.

Ia membuka lemari kecil di sudut ruangan. Tangannya terhenti di sebuah album foto tua. Zahira duduk di tepi ranjang, membukanya perlahan.

Lembar demi lembar memperlihatkan senyumnya di masa lalu—dari SD hingga SMA, selalu berdiri di podium juara. Ada juga foto-foto saat ia membacakan puisi di panggung kecil desa, dengan mikrofon reyot dan kertas puisi yang sudah lusuh.

Air mata menetes tanpa permisi. Zahira memeluk album itu erat, lalu mengeratkan kepalan tangan.

Ia mengambil sebuah buku catatan kosong dan bolpoin dari laci. Di halaman pertama, ia menuliskan satu per satu hal yang ingin ia lakukan:

– Menulis kembali

– Membuat buku kumpulan puisi

– Mencari komunitas penulis

– Bangkit, bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diri sendiri

Lalu ia menulis puisi—tulisan pertamanya setelah sekian tahun:

"Rajutan Baru"

Terlalu lama aku diam dalam badai,

Mengalah demi cinta yang tak pernah utuh.

Kini aku berdiri, walau dengan luka.

Mimpiku tak mati—hanya tertidur.

Waktu mengajarkanku satu hal:

Jangan berkabung di atas abu impian,

Tapi bakarlah masa lalu yang kelam

Agar terang masa depan lahir dari nyala keberanian.

Zahira menatap tulisan itu dalam-dalam. Tangannya gemetar, tapi bukan karena takut.

Itu getaran dari keberanian yang perlahan kembali hidup.

“Sekarang, aku akan menjahit kembali hidupku… dengan benang yang kupilih sendiri,” gumamnya pelan.

Hal pertama yang ingin dilakukan Zahira adalah menulis cerpen. Maka, yang pertama ia butuhkan hanyalah kertas HVS dan bolpoin. Zahira tersenyum kecut—bahkan untuk membeli bolpoin pun, dia sudah kehabisan uang.

Ia keluar dari kamar dengan langkah pelan, lalu melangkah ke luar rumah. Tujuannya jelas: meminjam uang ke Zaenab, adik perempuannya.

Saat Zahira masuk ke rumah Zaenab, ia mendapati adiknya sedang duduk di ruang tengah, menatap layar ponsel dengan senyum kecil di wajah. Anak Zaenab sudah tertidur, masih berusia dua tahun. Sementara suaminya sedang merantau ke kota, hanya pulang sebulan sekali.

“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?” tanya Zahira sambil mendekat.

Zaenab menoleh, meletakkan ponselnya. “Ini, Ka. Aku lagi baca cerita online,” jawabnya ringan.

Zahira diam sejenak. Istilah-istilah zaman sekarang terasa asing di telinganya.

“Ada apa, Ka?” tanya Zaenab sambil mendekat, menyadari ada yang ingin disampaikan kakaknya.

“Aku mau pinjam uang, buat beli kertas HVS dan bolpoin,” ucap Zahira sambil menatap wajah adiknya.

Zaenab mengernyit. “Buat apa, Ka? Mau sekolah lagi, atau mau ngelamar kerja?”

“Kakak mau nulis cerpen lagi, kayak dulu,” jawab Zahira, tenang tapi penuh harap.

“Kakak mau nulis di kertas, terus dikirim lewat kantor pos, pakai perangko, habis itu nunggu dimuat di majalah, gitu?” Zaenab terkekeh, menahan tawa.

Zahira menghela napas pelan. “Kenapa? Ada yang lucu ya?” tanyanya, tak sepenuhnya mengerti dunia yang berubah cepat.

"Kakak punya HP Android?" tanya Zaenab, bukannya menjawab pertanyaan Zahira, justru balik bertanya dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.

“Lihat HP kakak, masih setia dengan model lama,” jawab Zahira sambil menunjukkan ponsel lamanya, ponsel legendaris Nokia 3310.

Bagaikan melihat barang antik, Zaenab membolak-balik ponsel itu dengan rasa heran dan takjub.

“Kenapa sih kamu?” tanya Zahira dengan alis sedikit terangkat, bingung melihat reaksi Zaenab.

“Ka, sekarang tahun 2022, bukan tahun 2002. Kenapa Kakak masih punya ponsel legendaris ini? Apa Kakak nggak punya ponsel kayak punyaku ini?” ucap Zaenab sambil menunjuk ponselnya.

“Sudahlah, jangan meledek. Ponsel ini lebih tua dari usia pernikahanku,” jawab Zahira sambil tersenyum getir.

“Sudah, jangan meledek terus. Sekarang aku perlu bantuan kamu,” ucap Zahira dengan nada serius namun tetap lembut.

“Ka, sekarang sudah nggak zamannya lagi bikin cerita pakai tulis tangan, kirim lewat pos, terus Kakak nunggu tulisan itu terbit,” ucap Zaenab dengan nada santai sambil terkekeh dan jelas itu adalah sindiran

“Terus sekarang sudah nggak ada dong yang jadi penulis? Pantas saja aku kesusahan nyari koran bekas sekarang,” ucap Zahira dengan nada setengah bercanda, tapi matanya tampak sedih.

“Sekarang justru orang yang jadi penulis semakin banyak, Ka. Bahkan banyak yang dibayar mahal, dan cerita-ceritanya dijadikan novel online,” ucap Zaenab antusias.

“Siapa bilang mudah jadi seperti J.K. Rowling atau Mira W.? Tapi aku nggak pernah dengar ya ada novel dijadikan film. Dulu sempat ramai film Laskar Pelangi, Angina cuma lihat cuplikannya di TV. Aku sendiri cuma bisa nonton TV satu jam setiap hari,” ucap Zahira pelan, suaranya penuh kegetiran.

Wajah Zaenab penuh keterkejutan. Kakaknya yang dulu selalu terdepan dalam dunia literasi, kini justru tampak paling terbelakang, seolah tertinggal oleh zaman..

“Kenapa kamu melihat aku seperti itu?” tanya Zahira, merasa tatapan Zaenab seperti menembus hatinya yang rapuh.

“Ka, hari ini semua pekerjaan menulis dilakukan oleh benda ini,” ucap Zaenab sambil menunjuk ponselnya, seolah menunjukkan kunci dunia baru yang belum dijamah kakaknya.

“Sekarang jadi penulis itu gampang, Ka. Nggak usah banyak modal, cukup pakai ponsel ini saja. Tulisan Kakak langsung dinilai layak atau nggak, nggak perlu nunggu berminggu-minggu. Dalam hitungan jam, kita sudah tahu tulisan kita bisa terbit atau tidak,” ucap Zaenab menjelaskan dengan semangat.

“Secepat itu?” ucap Zahira nyaris tak percaya. Matanya membulat, napasnya tertahan, seolah baru tersadar bahwa dunia telah bergerak jauh tanpa menunggunya.

“Iya, secepat itu. Dan Kakak nggak usah pakai bolpoin atau kertas,” ucap Zaenab sambil tersenyum.

“Kenapa?” tanya Zahira polos.

“Karena nggak akan ada yang nerimanya,” jawab Zaenab sambil terkekeh.

“Yah… peluangku untuk jadi penulis tertutup dong,” ucap Zahira, suaranya pelan, nyaris putus asa.

Zaenab menatap kakaknya sejenak, lalu berdiri dan berjalan ke luar rumah.

“Awas, jangan kabur. Jangan ke mana-mana. Jagain anakku dulu,” ucap Zaenab sambil melangkah pergi.

1
Hasanah
Masi pacar aj dia udah mau labrak lah mama kmu trang2ngan di ambil lkix kmu Blang wanita modern rela brbgi
Lee Mbaa Young
bisa menggunakan laptops masak gk tau Ada pemberitahuan sih. kn pasti Ada tanda kl ada pemberitahuan masuk.
FLA
ayo lanjut seruuu
Hasanah
enak aj kmu mau jemput Zahira Hendro ngak tau diri PD bnget kamu emang Zahira mau🤣
Liana CyNx Lutfi
jemput zahira krn mau dijadikan pembantu dsar laki2 kurang ajar ,ingat dro zahira itu bkn lg istrimu dasar laki2 serakah nuh urys anak durhakamu jngn nganggu zahira
Sulfia Nuriawati
bkn nya udah d talak kok mau d jemput, pede skali anda hendro, zahira lg berjuang utk muwujudkan cita²nya, jd urus aja, istri rs psk mu itu
Purnama Pasedu
PD si hendro
Purnama Pasedu
elegan
FLA
dih pede banget, emak mau Zahira ma elu lagi ngaca
stela aza
lanjut ,,, udh g sabar nunggu giliran Romlah ketahuan mencuri 🥰
FLA
uhh keren keren Za
FLA: gas lanjut lagi tor
SOPYAN KAMALGrab: terima kasih
total 2 replies
Purnama Pasedu
Zahira bisa kan
Purnama Pasedu
kena lagi zahira
Purnama Pasedu
itu anak bos ya,kena kamu
FLA
rasakan itu, senjata makan tuan kan Zahira di lawan
FLA: iya harus itu, masa dia yg makan duit nya eh orang lain di tuduh
stela aza: sekalian pecat terus penjara sama antek anteknya karena telah menggelapkan barang produksi,,,
total 4 replies
mahira
keren zahira
Hasanah
si Romlah pngen AQ ulek mukax
Lee Mbaa Young
Zahira terlalu polos dan nantang mkne di gitukan.
Pa lagi gk Ada cctv dan bekingan km akn kalah zahira.
sebagai orang Awam dan baru hrse diam dulu jng nantangin terang terangan.
kl dah lama dan tau kondisi lingkungan br lah gerak.
kl dah gini km bisa apa.😅.
stela aza
emank di garmen itu g ada cctv apa ,,, ini udh termasuk fitnah kejam dan tindakan kriminal ,,, ayo Zahira lawan PO Romlah kamu kan cerdas dan pintar jgn mau di tindas 🥰
kalea rizuky
cpet urus cerai resmi zahira
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!