NovelToon NovelToon
The Big Families 2

The Big Families 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO
Popularitas:102.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Sekuel ke empat Terra The Best Mother, sekuel ke tiga Sang Pewaris, dan sekuel ke dua The Big Families.

Bagaimana kisah kelanjutan keluarga Dougher Young, Triatmodjo, Hovert Pratama, Sanz dan Dewangga.
Saksikan keseruan kisah pasukan berpopok dari new generasi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KELUARGA

Danar duduk di kursi makan, mereka baru saja selesai sarapan. Ia menatap para perempuan yang melayani. Hatinya tergugah, di sana bagaimana semua perempuan merajakan para suami.

"Kenapa kalian tidak makan bersama?" tanya Danar.

"Silahkan lebih dulu, Pak. Kami menunggu," jawab Khasya sopan.

Danar menghabiskan makanan dengan lahap.

"Ayo, makannya yang habis ya. Lihat. Kakek sudah tidak punya gigi tapi makanannya habis!" ujar Danar sambil memamerkan gusinya.

"Wah ... Dhidi Tate teubana memuwana?" tanya Ali penasaran.

"Ini kalena Kakek sudah tua," jawab Zaa.

"Wuyuy puwa, dhidhi na pasih lada!" seru Humaira sambil menunjuk Bart.

"Babies, ayo habiskan sarapannya. Jangan ngobrol!" suruh Kanya kali ini.

Akhirnya sarapan selesai,.kini para perempuan yang sarapan. Danar duduk di kursi teras. Entah kenapa, ia sudah merasa betah tinggal di sana.

"Halo, Danar. Bagaimana keadaanmu?" tanya Bart yang ikut duduk.

"Yah, aku merasa lebih aman. Setelah selama berbulan-bulan diteror. Baru tadi malam, aku tidur lelap," jawab Danar senang.

"Alhamdulillah, kalau begitu. Oh ya, jika kau butuh apapun. Kamu bisa katakan. Kami siap membantu!" ujar Bart.

Lalu salah seorang maid datang membawa dua cangkir kopi. Danar menatap antusias air hitam dengan aroma khas itu.

"Sruuuuppp ... Ah!" decapnya saat menyeruput kopi.

"Baru kali ini aku minum kopi tanpa takut diracun!" sambungnya terkekeh.

"Jika memang ada yang meracunimu. Kau sudah lama mati, Dan!" sahut Bart sinis.

Danar tidak tersinggung, ia mengangguk setuju.

"Racun bukan hanya mematikan seketika, Pak Bart. Aku dibuat mati perlahan. Seperti tiba-tiba sakit perut dan harus dehidrasi akibat minum kopi, padahal aku minum di sebuah rumah yang aman dari kejahatan!" ujarnya panjang lebar.

"Memang apa yang kau lakukan, pria tua? Kau merampok atau kau sangat pelit sampai-sampai kau ingin diracuni?" desis Bart menuduh.

"Dad!" peringat Leon yang mendengar perkataan ayahnya.

"Aku pelit?" Danar menggeleng. Ia membantah tuduhan itu.

"Aku berikan apa saja yang putriku ingin. Asal semua atas nama dirinya, bukan suaminya. Setelah mengasuh, mendidik dan memanjakan anak satu-satunya. Justru dia berbalik menyerang dan membuatku harus duduk di kursi pesakitan," lanjutnya lirih.

Dua mata jernih dengan keingintahuan tinggi saling pandang di balik sofa.

"Tulsi teusyatitan? Tulsina satit?" bisik Mala bertanya.

"Shhhh ... Kita dengelin dulu," bisik Faza ikut menguping.

Kedua bayi beda usia itu kembali menajamkan telinga.

'Sungguh, aku merasa jika pengadilan ini pun hanya permainan. Apa iya, sekelas hakim dan polisi tidak bisa membedakan bukti asli dan palsu?" geleng Danar curiga.

"Itu semua butuh proses, Pak. Harus ada keterlibatan para ahli. Makanya ada pengadilan!" sahut Frans ikut nimbrung.

Bart mengangguk setuju, "Itu benar!"

"Nanti, jika ada bukti jika semua itu palsu. Maka pengadilan akan menuntut balik perkara pada penuntut. Polisi juga pasti melakukan yang terbaik!" lanjut Frans.

Danar diam, sementara dua penguping keluar dari persembunyiannya. Exel benar-benar kesal. Ia yakin telah menjaga semua bayi dengan ketat. Ia juga yakin jika Mala dan Faza ikut bermain bersama saudara mereka.

"Babies, kalian itu lewat mana sih?"

"Bawu Pahu laja pa'a wawu ninin pahu seutali?" tanya Mala meledek.

"Baby, Papa kejar ya! Kalau kalian bisa lewat .... Papa beliin es krim!"

"Tabun!" maka semua bayi berlari.

Para pengawal langsung panik, Danar melihat kehebohan itu. Para ibu, kakak dan lainnya membiarkan semua anak mengerjai para pengawal.

"Astaga. Itu siapa yang lewat kolong kaki pengawal itu!" teriak Danar saat melihat Naka merangkak cepat melewati sela kaki Chris.

Azizah, Indah dan Daniyah terpingkal melihat tingkah anak-anak mereka sambil mengelus perut buncitnya.

"Aduh, para ibu. Ini keknya lahiran bareng-bareng deh?" terka Nai saat melihat tiga ibu hamil.

"Iya sepertinya," sahut Daniyah tersenyum.

"Kasihan, Uma. Tangannya ada dua, coba dia kek dewa yang banyak tangannya. Pasti Mama Guru, Mama Baby dan Mama Wakil kepala sekolah dilayani sama Uma!" angguk Nai.

Dirinya sendiri, juga ingin sekali hamil. Tapi hingga pernikahan mereka yang ke tujuh tahun. Nai belum lagi berbadan dua.

Sementara di teras belakang, para pengawal mulai kelelahan. Mereka tak sanggup meladeni kegesitan para bayi.

"Hahhhh ... Papa nyerah Baby!" seru Exel lalu duduk di tanah berumput.

"Hahaha ... Apah talah! Selan!" seru Fikar lalu menerjang Exel.

Semua bayi pun melakukan hal sama, ingin menjatuhkan pria itu. Kaila terpingkal melihat Exel kesulitan.

"Babies ... Ayo sudah! Kasihan Papa Exel!" seru Puspita membela pengawal.

"Sayang, buat apa kau pedulikan!" seru Virgou sang suami. Cemburu.

"Astaga!" Puspita menggeleng tak percaya menatap suaminya.

Bart memilih menghabiskan kopinya, ia tak peduli dengan semua drama keluarga. Sementara Danar menatap keributan itu, dadanya seperti mau meledak.

Teriakan para bayi, para suami istri yang berdebat, dan bayi-bayi yang tak habis tenaganya.

"Masyaallah!" serunya lalu mengelus dadanya.

"Jangan pedulikan mereka Danar. Kau akan sakit kepala sendiri!" sahut Bart nyinyir pada keluarganya.

Danar hampir tersedak kopinya ketika matanya menangkap sesuatu yang tak masuk akal.

“Astaga!” serunya spontan, menunjuk ke arah bufet besar di ruang tengah.

Semua kepala serentak menoleh.

Di atas bufet itu — entah bagaimana caranya — Khadijah sudah duduk manis sambil menggoyang-goyangkan kaki mungilnya.

“Baby!” teriak Kanya, “kamu naiknya gimana?!”

Bocah kecil itu hanya menatap ke bawah dengan wajah polos.

“Patay zulus beulinantan pubuh!,” jawabnya tenang.

"Baby, emang kamu bisa ilmu Kanuragan?" tanya Rion tertawa.

Exel menarik bangku dan mengambil Khadijah dari atas bufet. Belum lagi reda, kali ini Umar kembaran Khadijah sudah di atas pohon jambu.

"Baby!" teriak Khasya panik.

"Astaga sayang. Kan sudah biasa kalau lihat anak-anak manjat?" keluh Herman sang suami.

"Netnet, Mumal Suma wawu bampil zambu!' seru Umar lalu tangan kecilnya meraih buah itu di ujung tangkai.

Krek! Tubuh kecil Umar tiba-tiba merosot. Semua berteriak, untung ada Deri di sana yang cepat menangkap tubuh Umar.

"Apah ... Hiks!" mata balita itu langsung berkaca-kaca.

"Nah kan. Untung saja Papa deket!" peringat Deri.

"Masih mau manjat pohon?" Umar menggeleng, ia memeluk leher Deri erat-erat.

Khasya menghela nafas panjang melihat tingkah salah satu cucunya itu.

Akhirnya semua tenang, Exel menepati janjinya. Semua bayi menikmati es krim. Bukan hanya pasukan berpopok. Kean, Sean dan lainnya juga dapat.

"Papa, Ila mau dua!" sengit Kaila.

"Baby!" tegur Dewi.

"Ada kok, ini buat Nona Ila!" sahut Exel dengan wajah gembira.

"Terus Dewi nggak Papa beliin?" sengit Dewi iri.

"Ada, Nona!" angguk Exel mengeluarkan es krim satu lagi para Dewi.

Di luar sana, langit mulai mendung. Nanda mengemudikan mobil hitam mewahnya menembus padatnya lalu lintas. Tangan kirinya menggenggam setir, sementara tangan kanan memutar buku cek dengan jemari tenang.

“Siapa yang nggak suka uang?” gumamnya pelan, seolah berbicara pada bayangan sendiri di kaca spion.

Seringai sinis tercipta dalam pantulan kaca mobil.

Bersambung.

Uh ... masih nekat.

Next?

1
Lia Fitria
Wah kali ini ga perlu nguping & laporan sama onty Za ya baby😄😄
Lia Fitria
Bukan lagi di suapin makanan baby 🤭🤭
Eni Istiarsi
wah Paklek kok ragu gitu
Zay Zay
patlet mimas janan beunyelah pulu don,atuh beundutung muh.💪💪💪💪💪
nurry
lanjutkan menjodohkan mereka kakak, kan ata' Seroja juga ada rasa pada paklek Dimas pliiisss 🙏👍💪❤️
nurry
lanjut terus kak Maya 🙏💪❤️
nurry
aah paklek Dimas kenapa ragu, ayolah maju terus mdh2an ata' Seroja akan tetap bersinar👍💪❤️
nurry
hmmm yg lagi kasmaran🤭🤭🤭
nurry
😄😄😄😄😄
nurry
para kurcaci ikutan kepo 🤭🤭🤭
nurry
hahahaha ata' Kean, polos amat sih 😄
nurry
hadeuuhh papa Idal,kenapa nge gas terus🤦🤦🤦
Atik Marwati
kalo ditempatku namanya jalan tikus thor🤭
nurry
nah ketangkep kan 😄😄😄
Atik Marwati
🤣🤣🤣ga jadi kaburkan...
nurry
nekat bener, salah cari lawan pak Nanda
nurry
wah mau nyuap rupanya si Nanda 🤦🤦🤦
Diah
semangat dong paklek Dimas
nurry
kafe ata' Sean 🤭
Diah
papa Haidar cemburu karena kangen ma kakaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!