Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8.
Setelah Eleanor masuk ke dalam apartemennya, sepuluh menit kemudian terdengar satu pesan masuk ke ponselnya.
Sebelum Eleanor membuka pesan, ia menebak kalau pesan yang masuk pasti dari Melanie. Karena seperti biasanya, Melanie selalu memamerkan barang pemberian Ricard kepadanya.
Benar saja! saat ia buka pesan yang masuk, Melanie memamerkan gaun pengantin, yang ia kirimkan kembali kepada teman masa kecil Ricard tersebut.
Melanie mengirim fotonya mengenakan gaun pengantin itu. Gaun pengantin yang di pilih Ricard, terlihat sangat cocok di kenakan Melanie. Sepertinya gaun itu di pesan Ricard sesuai dengan ukuran tubuh Melanie.
Detik berikutnya pesan chat Melanie masuk ke ponselnya. Dan Eleanor sudah bisa menebak juga, kalau Melanie pasti mengirim kata-kata sindiran untuk mengejek dirinya.
'Lihat! gaun pengantin ku cantik, kan? kemarin sore Ricard membawa ku ke butik fitting gaun pengantin, dan ia memilih gaun ini untuk aku kenakan hari ini, karena kamu telah membuat Ricard marah kepadamu, jadi... hari ini pernikahan yang seharusnya kamu sebagai mempelai wanitanya, tidak diinginkan Ricard lagi! Ricard lebih memilih aku sebagai istrinya, ha ha haa.. maaf Eleanor! ku harap kamu jangan menangis, ya??'
"Cih! ternyata dia membawa cinta masa kecilnya fitting gaun pengantin, untuk ku kenakan di hari pernikahan kami! pantas saja sesuai dengan ukuran tubuh wanita itu!" gumam Eleanor tersenyum dingin.
"Ambil saja sana laki-laki sampah itu! aku yang tidak menginginkannya lagi! lihat saja apa yang terjadi jika yang naik ke Altar adalah dirimu, apakah Ricard tersenyum senang? atau memang kamu yang diinginkannya menikah dengannya, baguslah kalau begitu!" gumam Eleanor lagi, lalu menutup ponselnya.
Eleanor pun kemudian mulai berkemas, untuk segera ke bandara. Ia menaruh dua kardus besar berisi barang-barang pemberian Ricard, di luar pintu apartemennya.
Dan kemudian meletakkan ponselnya, bersama dengan barang-barang pemberian Ricard lainnya. Lalu membenahi apa yang akan ia bawa ke ibukota.
Eleanor melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan, sudah waktunya ia berangkat ke bandara. Setelah semuanya selesai, dan ia tidak meninggalkan satu pun barang miliknya, ia pun menutup pintu apartemennya.
Eleanor mengubah kembali password pintu apartemennya, ke awal saat Ricard mengetahui kunci password apartemennya.
Setelah itu ia kemudian mengirim pesan chat kepada Ricard, 'Ricard, aku tahu kamu tidak lagi mencintai ku, dan aku juga tidak mencintai mu lagi, Ayo kita putus! berbahagialah bersama kekasihmu, Melanie! selamat tinggal!'
Eleanor kemudian meletakkan ponselnya tersebut, ke antara barang-barang milik Ricard dalam kardus, di depan pintu apartemennya.
Ia pun dengan langkah tenang menarik kopernya meninggalkan apartemennya, lalu menaiki mobil mininya untuk di bawa ke Dealer mobil.
Ia akan menjual cepat mobilnya, lalu setelah itu barulah berangkat ke bandara. Tidak butuh lama di dealer mobil, ternyata mobilnya langsung di tawar seorang wanita, yang sedang ingin membeli mobil.
Eleanor merasa lega, ia tidak perlu lama di dealer mobil untuk menjual mobilnya. Ia pun segera meluncur ke bandara.
Sementara itu di gereja, Ricard sudah menanti Eleanor di Altar, untuk Pemberkatan pernikahan mereka.
Ricard dengan stelan jas pengantinnya, berdiri dengan gagah memandang ke arah pintu utama Gereja, menanti Eleanor masuk dengan gaun pengantin, yang telah ia berikan untuk di kenakan Eleanor.
Wajahnya yang terlihat tegang, dan seperti menahan amarah, karena sedari malam Eleanor tidak meneleponnya kembali, bahkan tidak membalas pesan chatnya.
"Mempelai wanita silahkan memasuki Gereja, dan menuju Altar Pemberkatan!!" sahut pembawa acara menggunakan mikrofon.
Semua mata tertuju ke arah pintu yang terbuka, dan menantikan mempelai wanita masuk, untuk menghampiri mempelai pria yang berdiri di dekat Altar.
Semua saksi dan tamu undangan, terpaku dan tersenyum melihat mempelai wanita berjalan perlahan memasuki ke dalam Gereja.
Gaun pengantin dengan penutup kepala menjuntai, tidak jelas memperlihatkan wajah mempelai wanita, terlihat begitu anggun dan terlihat cantik.
Wajah tegang Ricard sedikit lega, melihat mempelai wanita berjalan menghampirinya. Dan kemudian menyambut tangan mempelai wanita, setelah berdiri di dekatnya.
Ricard pun mencoba untuk tersenyum, walau di paksakan, karena ia masih ada rasa kesal pada Eleanor.
Perlahan ia membawa mempelai wanita naik ke atas Altar, untuk melaksanakan Pemberkatan pernikahan mereka.
Bersambung.....
