Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Untuk Tinggal
Aga menghela napas dalam-dalam sebelum mengatakan keputusan yang sudah ia ambil pada Papa Andrew dan Agatha yang sedang duduk bersamanya di ruang tengah pagi itu.
"Aga sudah memutuskan mulai saat ini akan tinggal di rumah ini bersama Papa dan Agatha." Ucap Aga setelah cukup lama terdiam.
"Apa? Kakak serius?" Wajah Agatha terlihat berbinar menatap wajah sang kakak.
Aga mengangguk dengan ekspresi datarnya. "Siang ini Kakak akan mengangsur memindahkan barang-barang di rumah Kakak ke rumah ini."
"Kak Aga..." Agatha yang merasa sangat senang pun berjalan menghampiri Aga lalu memeluk Aga erat. "Terima kasih, Kak. Gatha senang sekali karena Kakak mau kembali tinggal bersama Papa dan Gatha di rumah ini."
Aga mengusap punggung adik bungsunya itu dengan sayang. "Sama-sama. Mulai saat ini jangan pernah bersedih lagi karena Kakak tidak menyukainya."
Agatha menganggukkan kepalanya. Pelukan keduanya pun terlepas diikuti senyuman di wajah Agatha.
Papa Andrew yang mendengarkannya pun ikut tersenyum senang. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa merasakan tinggal setiap hari dengan kedua anaknya.
Keputusan Aga pagi itu pun akhirnya sampai di telinga Amara saat ia dan Agatha sedang melakukan panggilan telefon siang itu.
"Syukurlah kalau begitu. Semoga saja hubungan keluarga kalian semakin terjalin dekat setelah Kak Aga tinggal lagi bersamamu dan Om Andrew."
"Ya, semoga saja. Oh ya Amara, karena Kak Aga sudah memutuskan untuk tinggal di sini lagi bersamaku dan Papa, maka sebaiknya kau sering-sering saja datang berkunjung ke sini." Saran Agatha.
"Apa tidak masalah. Aku takut Kak Aga merasa risih karena terus melihat wajahku."
"Tidak ada yang menjadi masalah. Selama kau datang ke sini juga Kak Aga tidak pernah memperlihatkan wajah tidak suka. Lagi pula Kak Aga kan sudah tahu jika kita sering bersama."
Amara diam menimbang-nimbang. "Baiklah kalau begitu. Jika ada waktu senggang aku akan bermain ke rumahmu."
Senyuman di wajah Agatha semakin terkembang mendengarnya. "Sudah dulu ya Amara. Aku ingin bersiap pergi ke rumah Kak Aga dulu membantu Kak Aga membereskan barang-barang." Ucap Agatha.
Amara mengiyakannya. Untuk kali ini ia tidak berniat untuk ikut bersama Agatha ke rumah Aga karena Amara yakin Aga akan merasa risih jika ia selalu ada dimana saja.
Di saat Amara sudah berniat tidak ingin ikut bersama Agatha ke rumah Aga siang itu, Daniel dan Zeline yang kebetulan siang itu berkunjung ke rumahnya justru mengajak dirinya untuk ikut bersama mereka pergi ke rumah Aga.
Walau sudah berupaya untuk menolak, namun Amara akhirnya kalah dengan rengekan Zelune dan berujung ikut bersama Zeline dan Daniel.
"Kenapa Mara diajak juga sih Kak." Ucap Amara setelah berada di dalam perjalanan menuju kediaman Aga.
"Memangnya kenapa. Kakak pikir kau akan senang jika bertemu dengan Kak Aga." Jawab Daniel santai.
"Mara memang senang sih Kak. Hanya saja Mara tidak ingin terlalu sering bertemu dengan Kak Aga. Bisa-bisa Kak Aga risih lagi setiap waktu melihat wajah Amara."
Daniel tertawa kecil mendengarnya. "Buang pikiran burukmu itu. Percayalah jika Kak Aga akan merasa senang melihat kedatanganmu nanti." Jawab Daniel.
Amara menghela napas dalam. Ia pun memilih mengangguk saja dan tak lagi menjawab perkataan Daniel.
"Kenapa aku merasa selalu saja ada jalan yang membuatku bisa bertemu dengan Kak Aga setiap harinya, ya?" Ucap Amara dalam hati sambil membayangkan wajah pujaan hatinya.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka