Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24.
Waktu pun terus berlalu hingga malam hari warga desa Luh Sari terus mengerjakan membuat pagar tembok. Mereka mendapat bayaran tinggi dari Pak Mandor dan Pak Kades dengan mengambil dana penjualan tempat makam itu.
“Jangan ditutup dulu semua dengan pagar tembok sebelum kita memindah makam makam keluarga kita.” Ucap pemuda kerabat Wanandi yang ikut kerja padat karya sekaligus menjaga makam Wanandi dan makam Ina Wanandi.
“Benar itu, kita buat pintu di samping aku dengar dengar lahan samping itu yang akan dibeli Pak Kades untuk tempat makam baru.” Ucap salah satu pemuda masjid teman Wanandi yang juga ikut kerja padat karya.
“Syukurlah kalau begitu, kalau tempat makam baru di samping tempat makam lama yang sudah dibeli Mona gila itu. Kalau dia tetap nekat bisa kita bobol juga tembok ini.” Ucap pemuda kerabat Wanandi. Mereka pun terus bekerja sesuai dengan kesepakatan kerja yang sudah dibuat oleh Pak Mandor.
Sementara itu di hotel tempat Windy menginap. Windy sudah mendengar rencana dua pemuda yang diikuti dengan rombongan nya. Jika besok pagi mereka semua akan berangkat ke gunung di luar jawa tempat kerajaan Sang Ratu.
“Aku besok mau ikut dan aku juga mau lihat makam Ayah dan Nenek. Semoga masih aman aman saja..” gumam Windy di dalam hati sambil mulai membaringkan tubuh mungil nya di atas karpet di bawah meja nakas.
Sesaat mata Windy melihat makluk makluk gaib yang tidak dilihat oleh dua pemuda itu masuk ke dalam kamar. Ada Mbak kunti sosok perempuan berambut panjang dengan rambut panjang tergerai wajah yang pucat pasi. Ada juga sosok laki laki tinggi besar wajah menyeramkan dengan bulu bulu hitam, ada juga sosok tanpa kepala..
“Hah... kenapa mereka semua masuk ke kamar ini?” Gumam Windy sambil bangkit dari tidurnya..
Windy lantas kembali berdiri dan dengan berani dia bertanya pada makluk makluk itu..
“Hai... kenapa kalian masuk ke kamar ini?” suara imut Windy dengan lantang meskipun lantang tetapi tidak didengar oleh dua pemuda tampan itu. Hanya didengar oleh makluk makluk astral.
“Aku mau ikut dia itu.. hi.... hi.... hi....” suara Mbak Kunti sambil tertawa cekikikan sambil menunjuk sosok Kakak Pung Pung lalu mengikuti Kakak Pung Pung masuk ke dalam kamar mandi.
“Hei.. tidak boleh.. sana.. sana kalian pergi, aku yang sudah lebih dulu mau ikut dia, dia Kakak Pung Pung ku..” suara imut Windy dengan lantang sambil mengusir makluk makluk astral yang berebut ingin mengikuti salah satu pemuda tampan itu.
“Haduh kita sudah kalah lebih dulu dengan Bocil..” gumam sosok laki laki tinggi besar dan menyeramkan.
“Ini pasti gara gara Kakak Pung Pung puasa dan makan kunyit jadi banyak yang ingin ikut dia.” Gumam Windy di dalam hati..
“Aku harus berkenalan dengan Kakak Pung Pung nih.. sebelum kedahuluan yang lain.. ah besok saja.. aku sudah sangat ngantuk..” suara imut Windy lalu dia kembali ke tempat tidurnya di atas karpet di bawah meja nakas.
Sedangkan di hutan lebat di bawah pohon besar. Lingga Sari masih khusyuk bersemedi.. kulit mulus nya sudah bentol bentol digigit nyamuk hutan rambut panjang nya pun sudah ditempeli sarang laba laba dan ada banyak kotoran nempel di rambut nya..
Hidung Lingga Sari tiba tiba menghirup aroma amis anyir daarah.. selama melakukan semedi hidung Lingga Sari mencium aroma aroma aneh.. kadang harum melati yang begitu menyengat, kadang bau bangkai.. kadang juga bau makanan yang sangat lezat begitu menggoda perut nya yang kosong.
Sesaat Lingga Sari mendengar suara ular berdesis desis.. berada di ranting pohon tempat dia bersemedi ..
Ssshhhh sssssssshhhhh sssssshhhhh
Lingga Sari mengabaikan semua itu.. namun tiba tiba...
TLEPOK
Ular besar sudah berada di atas pangkuan Lingga Sari.. jantung Lingga Sari berdebar sangat kencang..
Sesaat telinga Lingga Sari mendengar suara berwibawa laki laki yang menyuruh nya bersemedi..
“Jangan hiraukan Lingga Sari, aku akan tetap melindungi kamu.. dengan kamu bersemedi ini juga bisa membantu anak kamu, alam akan melindungi dan memberi kekuatan pada anak kamu Windy Wanandi.”
Suara itu semakin membuat Lingga Sari menguatkan semedi nya apalagi demi anak semata wayangnya...
Ular besar itu pun pelan pelan menyingkir dari pangkuan Lingga Sari...
Sedang di lain tempat, Ki Selo Marto juga masih menjalani topo broto dengan berendam di kedung belakang rumah Gurunya.. tidak jauh berbeda dengan Lingga Sari, Ki Selo Marto juga mendapat gangguan..
Ki Selo Marto yang tidak memejamkan mata melihat ada sosok seorang perempuan yang sangat cantik jelita berdiri di tepi kedung, perempuan cantik itu sangat mirip dengan Lingga Sari, bibir perempuan cantik itu tersenyum manis ke arah Ki Selo Marto. Dan selanjutnya...
BYYYYUUUUUURRRRRRR
Perempuan cantik itu menceburkan diri ke dalam kedung itu. Tubuh perempuan cantik itu kini tidak terlihat lagi oleh mata Ki Selo Marto
Namun, Tidak lama kemudian, kedua mata Ki Selo Marto membulat karena dia merasa burung perkutut nya yang berada di dalam air kedung ada yang mengelus elus nya.
Secara reflek Ki Selo Marto yang sudah terhipnotis oleh senyuman Lingga Sari palsu menikmati elusan elusan itu..
Burung perkutut Ki Selo Marto yang sudah keriput dimakan usia tambah mengkerut karena dinginnya air kedung di malam hari, menjadi membesar dan menegang karena elusan tangan halus yang wujudnya tidak dilihat oleh Ki Selo Marto..
Nafas Ki Selo Marto sudah mulai memburu tidak teratur gairah laki laki nya mulai bergejolak.. Burung perkutut yang sudah dimakan usia semakin bangkit berdiri...
“Sial... setan kutil anak.“ gumam Ki Selo Marto yang sadar jika topo broto nya diganggu oleh makluk tak kasat mata dan dirinya tergoda akibat membayangkan tubuh molek Lingga Sari
“Hi.... hi.... hi.... hi.... hi.... salah Ki.. bukan kutil .. hi.... hi.... hi.... “ suara tawa seorang wanita cekikikan bahagia ķarena sudah berhasil menggoda Ki Selo Marto meskipun Ki Selo Marto cepat cepat tersadar.
“Hah.. harus mengulang lagi..” ucap Ki Selo Marto lalu dia minggir ke tepi kedung dan naik ke atas, kembali duduk bersila di atas batu besar.