NovelToon NovelToon
Gadis Desa Yang Takut Dosa

Gadis Desa Yang Takut Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Paksaan Terbalik / Menikah Karena Anak
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: sumi hulwah

Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2.

"Jadi gimana, mau yah Nin bantu Bu Tuti?

Soalnya aku rasa kamulah yang cocok untuk pekerjaan ini!"

Nina menghela nafas beratnya.

" Aku sih udah ngomong ke ibu, beliau mengizinkan, asal hanya sebulan dua bulan!"

" Benarkah?"

Mata Ningsih berbinar-binar, mendengar ucapan Nina.

Akhirnya aku bisa bantu Bu Tuti, walau hanya sekedar mencarikan permpuan yang beliau inginkan.

" Kamu tenang saja, untuk urusan gaji

Katanya lumayan besar, 5 juta per bulan!"

Nina bengong mendengar gaji 5 juta per bulan.

Orang kaya yah, 5 juta per bulan ngga ada artinya, beda dengan kami yang di sini, berapa pun nominalnya sangat berarti.

" Ya udah deh, besok pagi kamu harus udah siap yah, aku antar kamu ke tempat kerja Bu Tuti"

" Sebenarnya kalau bukan karena Bu Tuti, aku lebih memilih di rumah, nemenin ibu!"

" Anggap saja buat cari pengalaman, syukur-syukur kamu di sana juga ketemu sama jodoh yang kamu cari selama ini!"

"Ih, apaan...!"

"Ya kali aja!"

Ningsih senyum-senyum melihat rona muka Nina yang terlihat kesal karena ulahnya.

" Yang namanya jodoh kan kita ngga tahu, kapan dan di mana ketemunya!"

Kali ini Ningsih benar-benar mau membuat Nina kesal.

" Au... ah...

Kalau udah ngga ada yang perlu di bahas, mending pulang aja Sanah, kasian suami dan anak-anak mu menunggu terlalu lama!"

Maaf yah mb, bukan bermaksud mengusir, aku hanya ingin menghindar dulu membahas jodoh, terlalu pusing dan ruwet urusannya, terus ujung-ujungnya aku yang galau sendiri.

" Ngusir nih?"

Tapi bener juga sih aku udah dari sore, sampe mau magrib masih di sini.

" Ya udah aku pulang yah, besok pagi aku antar ke tempat kerja Bu Tuti!"

Ningsih berpamitan pada Nina, yang masih terlihat kesal dengan ulahnya.

" Dasar gadis aneh!

Assalmu'alaykum..."

Ningsih setengah berlari setelah berhasil mengacak-acak kerudung Nina.

"Wa'alaykumussalam... Iiiihhhh .....nyebelin.....!!!"

Nina teriak melihat kepergian sahabatnya.

Ningsih adalah salah satu sahabat dekat Nina, orangnya rame, jahil tapi penyayang, ia juga begitu perhatian, jiwa sosialnya tinggi, pokoknya ngga nyesel kalau punya temen kaya dia.

Status sudah menikah, dan di karunia 2 anak, satu laki-laki dan satu permpuan.

\*\*\*

Seperti yang di rencanakan Aldi pagi ini, ia sudah bersiap untuk pergi, bahkan barang bawaan seperti koper dan keperluan lainnya

sudah berada di depan pintu kamar, tinggal memanggil asistennya untuk membawa dan menyimpannya di bagasi mobil.

Sebelum pergi Aldi menemui Vika, yang sudah ada di meja makan. Pagi ini Vika libur sekolahnya jadi nyantai.

Sambil mengolesi roti dengan selai coklat, Vika tampak murung, melihat kakaknya yang sudah bersiap pergi.

" Kenapa sih kerjanya ngga di sini aja?

Apa kakak ngga tahu kalau, aku di sini kesepian?"

Kali ini Vika meluapkan emosinya

" Kata kakak, aku itu adik satu-satunya, kalau aku hanya di tinggal- tinggal terus, tanpa di perhatikan, jangan harap aku jadi Adik yang baik!"

Ucap Vika dengan kesal.

Saking kesalnya, roti yang sudah siap di santap, kini hanya ia biarkan di piring.

Aldi yang ingin berniat sarapan bareng dengan sang adik kini hanya diam,

nafsu makannya sudah hilang bersama kekesalan yang di buat Vika.

" Dengarkan baik-baik Vika, kalau bukan karena ulah ayah dan ibu yang meninggalkan kita di sini, kita ngga akan mungkin seperti ini, dunia itu kejam, apa kamu pikir hidup mewah ini dan fasilitas yang ada di dalamnya begitu mudah di gapai, mudah di dapat?

kakak kerja tanpa mengenal lelah, itu untuk kelayakan hidup kita.

Kamu yang di sini hanya tinggal menikmati hasil, tapi masih ngga mau terima!!!

Masih protes ini itu, dan parahnya lagi masih menuntut kakak untuk memperhatikanmu???"

Mendengar kemarahan sang kakak Vika hanya menangis, bahkan ia tak berani untuk sekedar melihat wajah sang kakak.

Ia tidak menyangka, hidangan sarapan paginya kali ini adalah, kemarahan sang kakak yang begitu menusuk hatinya.

" Kakak itu cuman minta satu hal sama kamu, jadi anak yang baik!"

Kata-kata itu Aldi ucapkan sambil memandang Vika yang terus menangis.

Sebenarnya ada rasa menyesal dan bersalah atas ucapannya pada sang adik, yang membuatnya begitu sedih, namun Aldi terlalu angkuh untuk mengakuinya, ia tidak berniat sama sekali untuk mengucapkan kata maaf.

"Satu lagi, siang ini ada permpuan istimewa yang akan datang ke rumah,

Dia adalah seorang yang akan menemani kamu saat kakak pergi, jika kamu ingin perhatian, mintalah padanya, anggap saja ia sebagai kakakmu.

Kali ini Vika menatap tajam sang kakak, ia begitu sedih dan kecewa.

"Kenapa setiap kali kakak pergi aku selalu di titipkan ke orang asing sih?"

Mendengar hal itu Aldi mendengus kesal.

" Kamu masih protes?

Ini sudah menjadi keputusan kakak, keputusan ini tidak bisa di ganggu gugat kecuali...

Aldi menggantung ucapannya.

" Kecuali apa kak?" Vika begitu penasaran dengan kalimat yang di gantung oleh sang kakak.

"Kecuali kamu mau masuk pesantren!"

Setelah mendengar ucapan sang kakak, Vika kembali terdiam, ia tertunduk lesu.

Ya entah kehidupan apa lah ini, yang jelas aku pengin punya adik yang baik, Solehah, walaupun aku sendiri jauh dari kata Soleh, shalat aja ngga pernah, tapi paling tidak aku pengin Vika yang lebih baik lag, tidak liar seperti sekarang ini.

Setelah amarah mereda Aldi mendekati Vika, ia berbisik.

" Jika kakak pulang, kelakuanmu sudah lebih baik, kamu boleh minta apapun ke kakak!"

Setidaknya mencoba menghibur Vika, agar tidak terus manyun seperti itu.

Benar saja Vika langsung tersenyum

"Benarkah kak, apa pun itu?"

" Yups...

Apa pun itu...!"

\*\*\*\*

Benar saja, menjelang siang ada dua perempuan datang ke rumahnya,

permpuan berjilbab, dengan ransel kucel nya yang di jinjingan, terlihat begitu sederhana dan apa adanya, guratan lelah di wajah mereka juga menghiasi,

yang seharian menghabiskan waktu di bis antar kota.

" Ini benar alamatnya mba?

Rumahnya besar banget kaya istana?"

" Ia benar nih alamatnya" Ningsih menyodorkan secarik kertas ke Nina yang bertuliskan alamat

Aldi Kurniawan

Jalan Majapahit no.14

Kompleks elit.

Dengan kelelahannya, mereka mencari seseorang yang akan ditanyai kebenaran alamat itu.

" Rumah Segede ini apa ngga ada satpamnya yah mb?"

Nina dan Ningsih clingak-clinguk ke kanan dan ke kiri sambil terus berharap ada orang yang mereka kenal, di tempat yang asing ini.

Begitu lama menunggu berdiri mematung dua permpuan itu tersenyum, kala melihat seseorang yang mereka kenal menghampiri.

" Bu Tuti.."

Nina dan Ningsih begitu girang bertemu dengan wanita paruh baya itu.

" Ayo silahkan masuk!"

Setelah mempersilahkan masuk, Bu Tuti menyiapkan minum dan cemilan untuk kedua wanita itu.

Sekarang mereka sudah duduk di kursi dapur, yang terlihat bersih dan rapi

" Ayo silahkan di minum!"

Ucap Bu Tuti dengan lembut.

" Makasih Bu"

Nina langsung menyambar gelas dan meminumnya hingga tandas.

" Maasyaa Allah, seger nya!"

Di atas tangga ada sepasang mata yang dari tadi mengawasi gerak-gerik Nina dan Ningsih.

Sial bisa-bisanya kakak titipkan aku pada wanita aneh itu, memangnya kakak menginginkan ku menjadi seperti mereka.

Awas aja, aku akan buat kalian tidak betah di rumah ini!

Vika langsung masuk ke kamarnya, entah apa yang mau di lakukan olehnya, agar membuat wanita yang belum ia kenal pergi secepatnya dari rumah.

" Nin, aku langsung pulang yah,kasihan suami dan anak-anak ku!"

Ucap Ningsih yang sudah bersiap-siap akan pulang, ia menyalami Bu Tuti dan juga Nina.

" Ok, hati-hati yah, do'ain moga berhasil!"

Ucap Nina sambil memeluk sahabatnya itu.

" Syukur-syukur kamu di sini dapet jodoh yah!"

Bisik Ningsih di telinga Nina.

" Ngga usah ngarep deh...

Kamu hati-hati di jalan mb...!"

Pelukan pun di lepas, Ningsih melangkah ke luar, Bu Tuti turut menghantarkannya.

Sementara Nina masih duduk termenung, bingung di kursi dapur.

Apa yang harus aku lakukan yah, kalau bukan terpaksa karena Bu Tuti, aku ngga mau kerja di sini, kasihan anak-anak di rumah, mana aku ngga pamitan langsung lagi ke mereka, habis waktunya mepet banget jadi ngga keburu deh...

" Ehm..."

Terdengar seseorang berdehem, hal itu membuyarkan lamunan Nina, ia menoleh ke sumber suara.

Sosok laki-laki paruh baya yang mengenakan pakaian dinas berdiri menghampiri.

Nina tersenyum sebentar dan kemudian menundukkan pandangannya.

" Maaf nona, saya kesini mau menyampaikan surat kepada anda, ini dari tuan Aldi Kurniawan, sebelum berangkat, beliau menitipkan ini pada saya !"

Laki-laki itu mengambil sepucuk kertas yang sudah terlipat rapih dari saku bajunya, kemudian ia berikan ke Nina yang masih terlihat bingung.

" Kalau begitu saya permisi dulu nona!"

Laki-laki itu undur diri

" Tunggu pak...!

Nama saya Nina, tolong jangan panggil saya nona, terus apakah ini surat kontrak kerja saya?"

Dengan sopan laki-laki itu menjawab

" Maaf saya di suruh panggil anda dengan sebutan nona oleh tuan Aldi, dan surat itu bukanlah surat kontrak kerja anda!"

"Lalu ini surat apa?"

" Di buka dan di baca dulu nona, biar anda tahu, perkenalkan saya Aji, asisten pribadi tuan Aldi di kantor "

Laki-laki itu tidak menyodorkan tangan ke Nina, ia menelungkup kan tangan di dada.

Aji paham betul dengan permpuan yang memakai hijab syar'i biasanya menolak untuk jabatan tangan dengan lawan jenis.

" Jika anda membutuhkan bantuan, untuk tugas anda, saya dan Tuti siap membantu!"

Nina makin bingung dengan ucapan pak Aji

Sebenarnya aku di sini kerja apaan sih, terus kenapa juga, tuan Aldi menyuruh pak Aji panggil aku nona, padahal kan aku di sini bukan siapa-siapa, aku kerja seperti mereka.

Pak Aji menangkap kebingungan dari wajah Nina yang masih terlihat begitu polos.

" Ya sudah nona, saya permisi dulu, masih banyak pekerjaan!"

Ucap pak Aji dengan melangkahkan kakinya menjauhi Nina. Nampak pak Aji senyum-senyum sendiri melihat Nina yang masih terlihat bingung di kursi.

****

1
꧁༒☬Sa̶d̶B∆Y☬༒꧂
si ceritanya sangat menarik dan bagus, semoga banyak yang lihat dan like, tetap semangat ya author😀
Mayya Pengen Sholehah: huff....
trmksh tuh support nya....
total 1 replies
Rendam Bintang
Bagus nih ceritanya! Semoga kedepannya bakal tetep bagus dan terus bikin penasaran ya
Mayya Pengen Sholehah: aamiin...
total 1 replies
HotCupid
Semoga author selalu diberi kemudahan buat update.. aamiin
Mayya Pengen Sholehah: Aamiin....
total 1 replies
saltsanddanmoothies
Seharian ini mumet dan ternyata author kesayangan aku update :) Aku tak jadi mengeluh
Mayya Pengen Sholehah: wow...
makasih yah, sudah menjadikan ku sebagai author kesayangan hehe....
total 1 replies
Cinta Misnaming
Ampun pala eike pusing mak, menunggu lanjutannya bikin galau~
Mayya Pengen Sholehah: hehe....
lebay bgt koh...
total 1 replies
coastbycoast
Panggilan kepada author, segera up bab selanjutnya!!
Mayya Pengen Sholehah: sabar yah, lagi proses...
total 1 replies
Mrextinct Hashtag
Huft kok udah abis aja? Yok di next bab lanjutannya yok..
Mayya Pengen Sholehah: doakan yah, mdh2an ttp Istiqomah, bisa up tiap hari hehe....
total 1 replies
Madu Yang Luar Biasa
plis thorr up yang banyak🥺
Manah Dabukke
Thor chakep, kalau saya bilang lanjuut, lanjuuuut~ hahah
Mayya Pengen Sholehah
masih lanjut donk....
Renta Simatupang
hanya sampai bab 13 kah,???
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!