Lea Miranda tak pernah menyangka, di usia pernikahannya yang Ke 12 tahun, ia mendapatkan ujian yang begitu berat. Yaitu, dikhianati oleh suami dan sahabatnya sendiri, Arya Dan Chelsea.
Awalnya, Lea memutuskan untuk bercerai dan merasa tak sudi melihat suami dan sahabatnya itu ketika mengetahui perselingkuhan mereka. Namun, ia berubah pikiran ketika teringat bagaimana ia dan Arya membangun rumah tangga, dan bagaimana mereka berjuang dari nol hingga mereka berada di titik yang sekarang.
Akhirnya, kini Lea memilih merebut suaminya kembali. Ia bertekad akan kembali membuat Arya bertekuk lutut di hadapannya dan menghempaskan Chelsea dari hidup mereka.
Bisakah Lea melakukan itu?
Bagaimana caranya ia merebut kembali suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Selanjutanya
Lea melihat Arya yang tidur tengkurap sampai mendengkur, pria itu terlihat sangat lelah. Dan yang membuat Lea bingung, seprei kasurnya diganti lagi, padahal baru kemarin sepreinya Lea ganti.
"Mas?" panggil Lea dengan lembut sembari mengusap kepala Arya.
Arya melenguh lirih sembari berbalik badan. "Sudah pulang, Sayang?" tanya Arya sembari mengucek matanya.
"Iya, kamu capek banget, ya?" Lea duduk di sisi sang suami, bahkan ia juga memejat lengannya. "Maaf aku ganggu, tidur lagi gih!"
Arya hanya mengangguk, ia menarik guling dan hendak melanjutkan tidurnya. Namun, Lea justru dengan sengaja menganggu.
"Mas, kenapa sepreinya diganti lagi, ya? Kan baru kemarin aku ganti."
"Tadi Jihan tumpahin susu di sini," jawab Arya masih dengan mata terpejam. "Dia rewel banget hari ini, belum lagi Darrel yang bertengkar sama temannya di sekolah."
"Oh ya?" pekik Lea.
"Iya, aku capek, aku mau tidur!"
Arya kembali telungkup, pertanda ia sangat tidak ingin diganggu oleh Lea.
Sementara istrinya itu justru mengulum senyum, dan ia langsung pergi ke kamar anak-anaknya.
"Darrel?" panggil Lea setengah berbisik.
Putranya itu langsung bangun, sementara Jihan sudah tidur terlelap. "Bagaimana harimu, Sayang?"
"Seru!" jawab Darrel sambil tersenyum lebar.
"Terus apa yang terjadi di sekolah? Papa bilang kamu bertengkar sama teman," kata Lea sembari menelisik wajah putranya itu.
"Biasa lah, Ma, itu urusan laki-laki," jawab Darrel yang langsung membuat Lea menganga.
"Darrel?" Lea menatap putranya itu dengan dalam. "Mama tahu nggak pernah bertengkar sama siapapun, atau Mama yang nggak tahu kalau sebenarnya kamu bisa bertengkar sama teman?" tanya Lea.
Selama di sekolah itu, Lea memang tidak pernah mendapatkan laporan bahwa putranya itu bertengkar di sekolah. Lalu kenapa tiba-tiba hari ini Darrel bertengkar?
"Apa kamu sengaja melakukan ini untuk membuat Papa repot?" Lea memicingkan matanya pada Darrel.
"Nggak, Ma!" bantah Darrel dengan tegas. "Teman Darrel tadi dibuat nangis, jadi Darrel marahin yang buat dia nangis," ujar Darrel sambil menunduk. "Semenjak Darrel melihat Mama nangis karena papa, Darrel jadi kesal kalau liat ada orang yang bikin orang lain nangis." Lanjutnya yang membuat Lea terhenyak.
Baru satu masalah yang terjadi, baru satu luka yang mereka alami. Tapi itu sudah berhasil merubah sedikit karakter Darrel.
"Sayang ...." Lea memeluk Darrel. "Lain kali jangan begitu, ya. Dari pada Darrel main hakim sendiri, lebih baik lapor sama wali kelasmu, okay? Mama nggak mau kamu punya masalah dengan temanmu."
Darrel hanya mengangguk, meskipun ia tidak setuju dengan perintah ibunya itu.
...🦋...
Chelsea cemberut sembari menatap ponselnya. Telepon dia tidak dijawab oleh Arya, pesannya juga tidak dibalas.
"Aku tinggal di bawah atap yang sama dengan dia, tapi kenapa aku justru merasa semakin jauh dari dia?" geram Chelsea kesal.
Sejak tinggal di rumah Arya, ia merasa komunikasinya dengan pria itu justru terbatas. Padahal dulu komonikasi mereka sangat intens.
Yang membuat Chelsea semakin kesal, Arya tidak ada saat dia pulang dari kantor. Padahal ia sengaja pulang lebih cepat dari Lea agar ia bicara dengan Arya, tapi Bibi justru mengatakan pria itu sudah tidur di kamarnya.
...🦋...
Keesokan harinya, Arya dibuat kesal oleh Bibi yang tiba-tiba ingin cuti karena keponakannya jatuh sakit, dan pembantunya itu izin cuti selama dua minggu.
"Apa nggak bisa pulang sehari aja, Bi?" rengek Arya. "Yang bantuin aku jaga Darrel dan Jihan siapa nanti?" Wajah Arya sudah ditekuk, kusut, dan seperti orang yang sangat frustasi.
"Ya jangan gitu dong, Mas," sambung Lea. "Bibi itu sudah satu setengah tahun nggak pulang kampung. Masa mau pulang dua minggu aja nggak boleh? Udah gitu dia pulang juga bukan karena mau liburan, tapi mau jaga keponakannya yang sakit. Keponakannya yatim piatu loh, Mas."
"Tapi siapa yang akan mengurus rumah dan anak-anak, Lea?" tanya Arya. "Nggak mungkin kita cari pembantu baru, atau Baby sitter dalam waktu dekat."
"Kenapa harus cari pembantu dan Baby sitter?" kekeh Lea. "Kan sekarang anak-anak punya dua ibu, Mas, masa itu nggak cukup buat jaga mereka."
"Benar, Pak!" seru Bibi. "Sekarang di rumah sudah ada Bu Lea sama Bu Chelsea, mereka pasti jadi Ibu rumah tangga yang hebat kok. Yang bisa menjaga rumah dan anak-anak."
"Tapi mereka 'kan kerja, Bi," ujar Arya kesal.
"Kami nggak kerja 24 jam," sanggah Lea. "Kami cuma kerja dari pagi sampai sore," tambah Lea. "Lagi pula, aku sudah biasa bekerja di kantor sekaligus menjadi Ibu rumah tangga. Kamu lupa dulu aku kerja sebagai manager sekaligus mengurus Darrel dan kamu?"
Arya menghela napas berat, sebelum akhirnya ia mengangguk pasrah.
Bersamaan dengan itu, Chelsea yang sudah sangat rapi keluar dari kamarnya.
"Cheal, kamu sudah mau pergi ke kantor?" tanya Lea.
"Iya," jawab Chelsea dingin sembari melirik Arya.
"Sebelum pergi, tolong temani Mas Arya dan anak-anak sarapan, ya. Soalnya aku mau mengantar Bibi ke halte."
"Loh, Memangnya Bibi mau ke mana?" tanya Chelsea bingung.
"Keponakan saya tiba-tiba sakit parah, Bu," jawab Bibi dengan wajah memelas. "Jadi saya harus pulang, kasihan keponakan saya, Bu, nggak ada yang jaga."
"Ya sudah, ayo, Bi!" seru Lea. "Nanti ketinggalan bus."
"Iya, Bu, Bibi ambil tas dulu."
Bibi segera mengambil tasnya, begitu juga dengan Lea yang mengambil tasnya sendiri, juga kunci mobil.
Setelah mereka pergi, Arya dan Chealse langsung ke meja makan, begitu juga dengan anak-anak.
"Kenapa Bibi masak ikan goreng untuk sarapan?" gumam Chelsea dengan bingung.
"Ikan goreng itu kesukaan Darrel dan Jihan," jawab Arya.
"Aku buru-buru sebenarnya, Mas, tapi nggak apa-apa deh aku temani kalian sarapan," kata Chelsea dengan senyum sumringah.
Kapan lagi dia akan menggantikan posisi Lea seperti ini, pikirnya.
"Tante chill?" panggil Jihan. "Mau ikan!"
Chelsea langsung mengambilkan satu ekor ikan untuk Jihan.
"Jangan dikasih begitu!" seru Arya dengan suara lantang secara spontan, membuat Chelsea terkesiap. "Jihan nggak bisa pisahin daging sama tulangnya, Cheal."
"O-oh, maaf," ucap Chelsea gelapagapn. Ia pun memisahkan daging ikan dari tulangnya, dan Jihan langsung memakannya dengan lahap menggunakan kedua tangannya.
"Tante Chill, mau minum!" pinta Jihan.
Chelsea langsung mengambil air Jihan dan membantu bocah itu minum, tapi tangan Jihan yang terkena ikan justru memegang lengan baju Chelsea.
"Astaga!" Chelsea langsung menepis tangan Jihan secara spontan. Hal itu membuat Jihan terkejut, dan pada akhirnya....
"Hikss ... hiksss ... Hiks. Mama!"
Air mata Jihan langsung menumpuk di pelupuk matanya, hidung bocah itu sudah kembang kempis dan memerah. "
Arya yang melihat itu tentu saja kesal pada Chelsea.
"Kamu kok kasar sih sama anak kecil?" bentak Arya.
"Ma-maaf, Mas," ucap Chelsea. "Aku nggak sengaja, Sayang, maafin aku."
"Tidak mau ... Hikss ... makan."
Jihan merajuk, ia berusaha turun sendiri dari kursinya.
"Tunggu, Sayang!" seru Arya. "Nanti kamu jatuh."
Arya langsung menggendong putrinya itu sembari menatap Chelsea dengan kesal, membuat Chelsea bingung harus melakukan apa.
"Tante chill nggak kayak Mama!" seru Darrel yang juga memperlihatkan kekesalannya. "Mama nggak pernah kasar sama kami, Tante chill kok gitu? Kasihan Jihan, dia nggak mau makan, kalau dia sakit gimana? Tante mau tanggung jawab?"
Chelsea hanya bisa meringis mendengar ocehan bocah itu, ia sama sekali tidak bermaksud kasar, tindakannya itu terjadi begitu saja karena Chelsea tidak mungkin pergi ke kantor dengan baju yang bau ikan.
...🦋...
"Ini sedikit uang untuk Bibi!"
Lea memberikan amplop yang berisi uang untuk pembantunya itu, yang sudah bersedia melakukan apa yang ia inginkan.
"Banyak amat, Bu!" seru Bibi setelah menghitung uangnya. "Kan dua minggu ini saya libur, Bu!"
"Bibi nggak libur, Bibi justru sudah bekerja dengan baik karena mau cuti," kekeh Lea. "Oh ya, semoga keponakan tetangga Bibi cepat sehat juga, ya. Gunakan uang itu membeli oleh-oleh untuk tetangga Bibi."
Bibi terkekeh geli mendengar ucapan Lea.
Siapa bilang pembantu Lea itu punya keponakan yatim piatu?
Itu hanya alasan agar Arya dan Chealse semakin tenggelam dalam drama Rumah tangga yang Lea siapkan tanpa ada yang membantu.
Tapi Bibi juga tidak bohong karena ia mendapatkan kabar kalau tetangganya yang yatim piatu jatuh sakit.
"Nikmati liburan Bibi, okay?"