NovelToon NovelToon
JINGGA

JINGGA

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:313.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rengganis Fitriyani

~Jingga melambangkan keindahan dan kesempurnaan tanpa celah ~

Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan cinta Jingga. Seorang yang rela menjadi pengantin pengganti untuk majikannya, yang menghilang saat acara sakral. Ia memasuki gerbang pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap di cintai.

Jingga menerima pernikahan ini, tanpa di beri kesempatan untuk memberikan jawaban, atas penolakan atau penerimaannya.

Beberapa saat setelah pernikahan, Jingga sudah di hadapkan dengan sikap kasar dan dingin suaminya, yang secara terang-terangan menolak kehadirannya.

"Jangan harap kamu bisa bahagia, akan aku pastikan kamu menderita sepanjang mejalani pernikahan ini"~ Fajar.

Akankah Jingga nan indah, mampu menjemput dinginnya sang Fajar? layaknya ombak yang berguling, menari-nari menjemput pasir putih di tepi pantai.

Temukan jawabannya hanya di kisah Jingga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rengganis Fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjalankan Tugas

Jingga kembali melangkah masuk ke dalam kamar, ia terduduk di sofa tempat tidurnya. Tangannya memegang beberapa potong gamis yang di berikan oleh mertuanya. Sejurus kemudian ia menyimpan gamis-gamisnya di lemari, rasanya tak pantas jika harus menggunakan pakaian-pakaian sebagus dan semahal itu.

Ia kembali melirik jam di atas nakas sebelah ranjang Fajar, waktu menunjukan pukul delapan malam, Fajar belum pulang. Jingga memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Ia berendam cukup lama di sana, menggunankan beberapa aromaterapi yang sudah tersedia. Cukup lama ia berendam, hingga merasakan hawa dingin mulai menyapa tubuhnya. Jingga bangkit dan menggunakan piyama panjang longgar, bersiap untuk mengarungi alam mimpi.

Sejenak Jingga, terduduk di sofa sebelum merebahkan tubuhnya. Ia kembali meraih tas ransel yang berada di sampingnya. Teringat akan tugas-tugas baru yang di berikan Reza padanya. Jingga mulai membaca satu persatu tulisan yang ada di sana. Rentetan daftar peraturan terlihat sangat jelas dan rinci di sana.

Tak terasa hampir satu jam lebih Jingga, menghabiskan waktunya untuk membaca peraturan-peraturan itu, mencoba menyelami isinya dengan benar. Secara garis besar Jingga menarik kesimpulan dalam peraturan yang ada adalah, ia harus patuh pada suaminya, apapun perintah yang di berikan padanya. Ia juga di tuntut untuk mengikuti semua kehendak dan keputusannya, tanpa boleh mencampuri kehidupan pribadinya. Terlalu lelah membaca membuat Jingga, tertidur dengan kertas yang masih berada di atasnya.

.

.

.

.

Waktu menunjukan hampir pukul lima pagi, Jingga mulai beranjak dari tempat tidurnya. Ia melangkahkan kaki, meninggalkan sofa tempatnya mengabiskan malam setiap harinya, ia beranjak untuk mengambil air wudhu bersiap untuk menunaikan sholat subuh.

Jingga berdiri tegak dengan posisi membelakangi Fajar, yang masih tertidur dengan lelapnya mengarungi alam mimpi. Di atas sajadah warna coklat bergambar masjid, Jingga mulai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Bagi Jingga, sholat adalah penghilang segala gundah gulana yang paling mudah di lakuan, dengan sholat ia akan kuat menghadapi segala rintangan dan cobaan yang datang dalam hidupnya. Sholat pula sebagai media untuk mengadu pada sang pencipta, berkeluh kesah dengan segala keadaan yang ada. Baik itu dalam suka maupun duka.

Usai menjalankan sholat, Jingga kembali melipat sajadah dan mukena satu-satunya yang ia miliki, lalu menyimpannya tepat di atas sofa tempat tidurnya. Selanjutnya Jingga membaca tiga halaman surat Waqiah.

Ia melirik ranjang yang ada di sebelah tempat tidurnya. Terlihat wajah teduh Fajar, yang sedang terlelap di bawah selimut tebal. Wajah tampan dengan kulit yang putih dan hidung yang mancung. Jingga memberanikan diri untuk mendekat padanya.

Kagum.

Tak dapat di pungkiri ia kagum dengan pesona suaminya, Jingga tertegun, untuk beberapa detik ia memandang wajah teduh itu sebelum berubah menjadi dingin dan garang ketika terbangun dari tidurnya. Tak lupa Jingga juga membenarkan selimut Fajar, yang sedikit bergeser karena gerakan yang di timbulkan suaminya.

“Jangan menatapku seperti itu”. Suatu kalimat dengan nada yang dingin terucap dari seseorang yang Jingga, kira sedang terlelap dalam mimpi indahnya.

“Astaga!”, ia terlonjak kaget, kala mendapati Fajar membuka matanya tepat di depan wajahnya.

“Maaf Tuan, saya tidak bermaksud”, Wajah Jingga sudah merah padam, kala mendapati dengan sengaja mengagumi wajah tampan suaminya.

“Saya hanya....”, Jingga terbata-bata ingin mengucapkan sebuh kata, namun suaranya tercekik di tenggorokan.

“Pergi ambilkan aku minuman hangat”. Perintahnya dingin dengan tubuh yang masih berbaring di atas kasur.

“Baik Tuan”. Jingga melenggang, melangkah ke dapur untuk mengambil minuman hangat di sana, “Tumben biasanya juga minum dingin kalau bangun tidur”. gerutunya dalam hati, tapi ia tetap menjalankan tugasnya, bukankah semua yang di perintahkan Fajar, adalah kewajiban yang harus ia laksanakan. Dengan ataupun tanpa perjanjian. Karena ia ingin meraih pahala dari berbakti pada suaminya.

Sesampainya di dapur Jingga, di buat bingung akan membuat minuman hangat apa untuk suaminya. Ini pertama kalinya Fajar meminta minuman hangat. Tak ingin membuat suaminya kecewa, Jingga memutuskan untuk membuat beberapa jenis minuman hangat. Ia membuat susu hangat, teh hangat dan wedang jahe hangat.

Pelayan di buat heran ketika melihat Jingga, membawa tiga gelas dalam satu nampan sekaligus berisi minuman hangat. Mereka saling melempar pandangan mata yang berisi sejumlah pertanyaan.

“Apakah semelelahkan itu? Hingga harus minum tiga minuman gelas hangat sekaligus?”, bisik-bisik para pelayan yang bertugas memasak kala melihat Jingga mulai kembali naik ke lantai dua.

“Ah tentu saja, di lihat dari wajahnya saja Tuan muda sangat garang, pasti permainan mereka begitu luar biasah”, salah satu pelayan yang berusia matang menjawab dengan tatapan mendongak ke atas, seakan sedang membayangkan yang terjadi di antara Jingga dan fajar di dalam sana.

“Lihat saja, bahkan Nona Jingga sudah dua hari ini tidak membantu memasak, mau ngapain lagi mereka di sana kalau tidak eem”. Susi salah satu pelayan Jingga, tertawa geli untuk kedua kalinya.

“Jangan bicara yang tidak-tidak, jika kalian masih ingin tetap bertahan untuk bekerja di sini, jangan sampai pembicaraan kalian terdengar oleh Tuan Fajar”. Instruksi salah satu pelayan yang berusia paling sepuh di sana.

.

.

.

Sementara itu Jingga, yang sudah sampai di lantai dua, lekas membuka pelan pintu kamarnya. Ia datang membawa tiga buah minuman hangat  lalu menyerahkan pada Fajar.

“Silahkan Tuan”. Ucapnya dengan menyerahkan tiga gelas dalam nampan tersebut ke arah Fajar.

“Kamu pikir aku sapi, yang bisa minum tiga gelas sekaligus”. Jawab Fajar, dengan mengerutkan dahinya kala melihat tiga gelas ada di depannya.

“Maaf Tuan, saya tidak tahu tuan Fajar mau minum hangat yang seperti apa?”. Ia tertunduk tak berani menatap suaminya, dadanya bergetar.

Sudut bibir Fajar terangkat ke atas membentuk lengkung tipis melihat tingkah Jingga.

“Susu hangat”. ucapnya kembali dengan nada memerintah.

Tangan Jingga lekas meraih gelas yang berisi susu dan menyerahkan pada suaminya.

“Minum!”, perintahnya kembali dengan mata yang melirik segelas teh.

“Baik Tuan”. Benar saja, sesuai dengan isi lembaran-lembaran perintah yang di berikan Reza padanya, jika ia harus menuruti semua perintah dari suaminya.

“Habiskan!” Perintahnya kembali, ketika melihat Jingga yang hanya meneguk seujung gelas.

“Tapi Tuan”.

Mata Fajar melotot, membuat mau tak mau Jingga menghabiskan teh hangat dalam gelasnya.

“Nanti, omaku akan berkunjung ke sini, ia akan menginap. Jadi bersiaplah untuk menyambut kedatangannya”.

“Baik Tuan”. Jingga menunduk, tak berani melihat wajah suaminya.

“Satu lagi, pakai baju terbaik yang kamu miliki. Aku tidak mau oma melihatmu dengan pakaian seperti ini dan jaga sikapmu”. Tunjuk Fajar pada piyama Jingga yang warnanya sudah berubah dari biru tua menjadi abu-abu.

Jingga menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas permintaan suaminya.

“Bagus, sekarang pergilah!”.

1
Winayu
alur cerita nya bagus ,banyak nasihat biarpun cerita fiksi.semangat author
Yolia Agustina
Luar biasa
Erna M Jen
awal yang bagus ceritanya
Yolia Agustina
Luar biasa
Əŕø Błáčķ
thank ya
Siti Alfiah
fajar selalu datang dibagi hari awal mula untuk bangun bekerja serta beraktifitas,sementara senja untuk selalu kembali dan beristirahat,nama mereka berdua selalu berhubungan dengan alam,lanjutkan thorrr salam sehat selalu dan sukses selalu aamiin.
Sisilia Mulyanti Ketik
ceritanya bagus
Siti Alfiah
semoga oma sembuh karna bertemu dng sahabatnya aamiin lanjutkan thorrr seru nich,salam sehat dan sukses selalu aamiin.
Siti Alfiah
Alhamdulillah ya allah,perjuangan fajar,dan seorang bi mina,tidak sia",mempertemukan seorang cucu dan neneknya.dibantu juga oleh nnk jingga yg selalu berdoa,pd allah.dan allah juga yg mempertemukan mereka.perantara fajar dan bi mina.lanjutka thorrr salam sehat selalu dan sukses selalu aamiin.
Intan Permata: Hay,mampir yuk novel ku"RINDU UNTUK AISYAH
total 1 replies
Siti Alfiah
semoga ketemu jingga sama nenèknya,ehhh ternyata nnknua jingga sahabatnya pmanya fajar.
Siti Alfiah
kata orang bijak ada peribahasa tabur tuai,apa yg kita tabur itu yg kita tuai,ya seperti harmantuo tabur jelek ya dapat yg jelek,lanjutkan thorrr.
Siti Alfiah
keserakahan seseorang dapat menghalalkan segala cara,guna mendapatkan harta yg dia inginkan,walau dng Cara membunuh sahabat,keluarga.karna ada rasa iri hati.lanjut thorrr salam sehat selalu.
Siti Alfiah
keluarga serakah dan ambisi akan dapat bala yg tak terduga,lanjutkan thorrr salam sehat selalu.
Dewi Agustin
Lumayan
Siti Alfiah
aduhhh kasian sekali dahlia",fajar manfaatkan dahlia untuk menghancurkan orang tuanya dan keluarga demi mendapatkan kejayaan keluarga jingga,dng bantuan ayah fajar,mama fajar oma,serta jingga juga,semoga berjalan lancar,aamiin.orang busuk seperti hermawan harus dibasmi,sampai ke akar"nya aamiin.lanjut thorrr.
Siti Alfiah
emang enak yooooo laki"yg sudah bersuami,lo ko msh dikenalin sama pelakor yach....hahhahahahhaha.kasian hermawan"ada yach orang tua ngajarin anak ga genahhh,lanjutkan thorrr salam sehat.
kuncir
ternyata fajar tak sehebat yg dibayangkan.. udah eps 137 masih juga belum mampu ngalahin hermawan..
Siti Alfiah
fajar coba bicara sama jingga,semoga jingga bisa membantu fajar dalam menangani kasus dikantornya,seorang wanita yg biasa diam dan tenang akan ada sj solusinya.apa lagi jingga seorang yg sabar,semoga berhasil.aamiin.lanjutkan thorrr salam sehat selalu dan sukses selalu aamiin.
less22
Good Job👍👍👍👍
Evrin Dian Rukmawan
saya suka dgn critany
Maudy Martin: ikuti terus ya kak kisah mereka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!