Mutiara Sang CEO

Tuan Wiratama mengadzani kedua anak Tiara secara bergantian, aneh nya kedua anak Tiara sangat nyaman sekali di dalam gendongan laki - laki paruh bayah yang masih terlihat gagah itu. Bahkan anak Tiara yang berjenis kelamin perempuan tersenyum sambil mengedip - ngedipkan kedua mata bulat nya ke tuan Wira.

Dan itu membuat hati tuan Wira menjadi hangat, dia langsung mencium kedua anak Tiara secara bergantian, saat dia mencium anak Tiara yang laki - laki tatapan nya langsung terfokus pada wajah bayi itu yang sangat mirip sekali dengan waja putra nya saat kecil dulu.

Tuan Wira memperhatikan wajah bayi laki - laki itu dengan seksama, tangan nya terulur untuk mengelus garis wajah anak itu secara perlahan.

"Garis wajah ini kenapa mirip sekali dengan garis wajah yang hanya di miliki oleh seluruh laki - laki di keluarga besar ku, apa mungkin?," batin Tuan Wira sambil memandang lekat wajah bayi mungil itu.

Tapi secepatnya dia langsung menepis semua pikiran nya. Dia kemudian menyerahkan kembali kepada Tiara untuk di susui. Tuan Wira menyingkir dari sana saat Tiara sedang menyusui kedua bayi nya secara bergantian. Untung saja ASI Tiara langsung keluar, walaupun masih ada rasa nyeri akibat operasi tadi tapi semua itu tidak menyurutkan rasa bahagia nya saat ini.

"Aku tidak menyangka akan secepat ini menjadi seorang ibu," lirih Tiara saat sambil mengelus pipi mungil bayi nya itu.

Ada rasa hangat dalam hati Ny. Sofia saat melihat Tiara dengan begitu telaten menyusui kedua anak nya.

"Nak....kalau boleh tahu, siapa nama mu?" tanya Ny.Sofia saat Tiara sudah selesai menyusui kedua bayi nya.

"Nama saya......Ayu Nyonya.." jawab Tiara dengan tersenyum pada Ny. Sofia.

"Hmm...Ayu nama yang cantik seperti orang nya, oh ya Yu..apakah kamu sudah memberi nama pada kedua anak mu ini?"

Tiara menggelengkan kepala nya pelan.

"Apa boleh saya memberi nama pada salah satu anak mu ini?"

"Dengan senang hati nyonya," jawab Tiara dengan mata yang berbinar.

"Aluna.....ya Aluna adalah nama yang cantik untuk bayi mungil perempuan mu ini Ayu."

"Aluna....nama yang sangat cantik Nyonya, saya suka. Hai Aluna...selamat datang di dunia ini, semoga kamu kelak bisa menjadi anak yang Sholeha ya nak."

"Aamiin....." terdengar suara bariton dari arah pintu mengaminkan doa yang Tiara panjatkan.

Kedua wanita beda generasi itu langsung menengok ke arah sumber suara, ternyata tuan Wira lah yang mengaminkan doa Tiara itu.

"Siapa nama anak - anak mu ini nak," tanya tuan Wira.

"Nyonya sudah memberi nama pada bayi perempuan saya tuan, nama nya Aluna. Sedangkan bayi laki - laki saya belum diberi nama. Apakah tuan tidak keberatan jika memberi nama pada bayi laki - laki saya," pinta Tiara pada tuan Wira.

Tuan Wira langsung menatap ke arah sang istri, Ny. Sofia menganggukkan kepala nya. Di raih nya bayi laki - laki itu dari box bayi oleh tuan Wira.

"Arjuna....."

Satu nama itu lah yang muncul dari bibir tuan Wira, dan membuat bayi mungil itu menyunggingkan senyuman di bibir merah nya.

"Nama yang sangat bagus tuan..sekali lagi terima kasih banyak atas kebaikan tuan dan nyonya," ucap Tiara sambil mengatupkan kedua tangan nya. Dia benar - benar merasa terharu dan bahagia karena telah bertemu dengan orang sebaik mereka.

Entah apa yang akan terjadi jika Tiara tidak bertemu dengan mereka berdua.

Ny. Sofia meletakkan kedua bayi Tiara ke dalam box bayi yang dekat dengan ranjang Tiara setelah bayi - bayi tersebut sudah terlelap. Hati Ny. Sofia terasa nyeri saat melihat pakaian yang di kenakan oleh bayi kembar itu, dia bisa menduga jika pakaian yang di kenakan kedua bayi itu adalah pakaian bekas. Karena sangat terlihat dari warna nya yg sudah usang.

"Kasihan sekali kalian nak," batin Ny. Sofia saat menatap kedua bayi yang terlelap itu.

Tuan Wira menghampiri sang istri dan membisikkan sesuatu. Ny. Sofia mengangguk, perempuan paruh bayah itu kemudian menghampiri Tiara untuk berpamitan. Karena tuan Wira tadi mengatakan jika sebentar lagi pesawat mereka sudah akan lepas landas.

"Ayu...maafkan kami yang tidak bisa menemanimu sampai kamu pulih kembali. Karena kami harus buru - buru ke bandara. Anak kami yang sedang kuliah di Amerika sedang sakit saat ini, jadi kami harus segera menyusul ke sana," papar Ny. Sofia.

"Tidak apa - apa Nyonya, justru saya yang harus nya meminta maaf kepada tuan dan nyonya karena harus menolong saya tadi Nyonya dan tuan jadi terlambat ke bandara," kata Tiara yang merasa tidak enak.

Tiara berusaha untuk duduk dan mengambil sesuatu yang ada di dalam tas ransel nya. Beruntung nya tas ransel tersebut tidak jauh dari keranjang nya. Jadi dia mudah untuk menggapai nya.

Wanita muda yang baru saja menjadi seorang ibu itu mengambil sebuah celengan kecil dari tas ransel nya.

"Tuan... Nyonya...mungkin isi dari celengan ini tidak ada apa - apa nya dari apa yang sudah tuan dan nyonya keluarkan untuk biaya operasi dan perawatan saya serta si kembar di rumah sakit ini. Tapi hati saya akan merasa tenang jika tuan dan nyonya sekira nya mau menerima tabungan ini, saya mohon," ucap Tiara dengan tatapan memohon supaya dua orang yang sudah menolong nya itu mau menerima nya.

"Ayu....kami menolong mu ikhlas lahir batin tidak mengharapkan apa pun itu, jadi kamu simpan saja tabungan itu untuk si kembar nanti nya," tolak Ny. Sofia secara halus.

"Tapi Nyonya, tabungan ini memang saya siapkan untuk biaya persalinan si kembar. Selama ini saya sudah bekerja keras untuk memenuhi tabungan ini. Saya tahu isi nya tidak seberapa, akan tetapi saya akan merasa tenang seumur hidup saya jika anda mau menerima nya."

Ny. Sofia menghela nafas nya perlahan, dia melirik ke arah sang suami. Melihat sang suami menganggukkan kepala nya, akhir nya Ny. Sofia pun mau menerima celengan itu. Dan itu membuat Tiara merasa lega.

"Terima kasih Nyonya...." ucap Tiara dengan perasaan yang lega. Setidak nya dia tidak begitu merasa hutang budi pada dua orang yang telah menyelamatkan nya itu.

**

Di Amerika,

"Bagaimana keadaan kamu Lex," tanya David.

"Sudah mendingan," jawab Alex dengan lemah.

Saat ini Alex sedang berada di sebuah rumah sakit, dia terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena tiba - tiba merasakan nyeri perut dan punggung yang hebat sampai dia tidak sadarkan diri. Untung saja saat itu David sedang berada di apartemen Alex jadi dia dengan sigap menolong sahabat nya itu.

Akan tetapi aneh nya setelah di lakukan serangkaian pemeriksaan oleh beberapa dokter tidak ada gejala penyakit yang bahaya apa pun. Itu yang membuat Alex dan David heran.

"Om dan tante sebentar lagi akan tiba."

"Ck....kenapa kamu menghubungi mereka?"