Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. LD 4
Kalimat dalam benak Leora terputus ketika ia melihat sosok hitam di kejuhan mendekat ke arah di mana dirinya berada, cukup untuk membuat wanita itu membelalakan kedua matanya.
'Tidak mungkin!' batin Leora.
Sosok hitam itu kian mendekat, sama persis dengan mimpi yang selalu datang mengganggu dirinya dalam beberapa malam dan membuat ia kurang tidur, hanya menunggu waktu saja sampai sosok itu memperlihatkan wajah mengerikan dengan mata merah yang dimilikinya.
'Aku harus meninggalkan tempat ini bagaimanapun caranya," batin Leora.
Leora menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan dengan mata tertutup. Dalam benaknya ia berpikir kepanikan yang selalu ia rasakan ketika mimpi itu datang hanya membuat pergelangan tangannya terasa jauh lebih sakit.
Rasa sakit pada pergelangan tangannya mulai berkurang, Leora membuka matanya dan berusaha tetap tenang. Tanpa ia sadari, cahaya ungu berpendar dari mata kirinya, dan saat itulah Leora akhirnya melihat akar pohon yang melilit pergelangan tangannya.
Mempertahankan ketenangan hati dan pikirannya, Leora melepaskan lilitan akar pohon itu dari tangan kirinya, sembari sesekali melihat ke arah di mana sosok hitam itu berada, lalu berlari setelah berhasil melepaskan diri.
Di tengah lari yang di lakukan Leora, wanita itu melihat jalan dan apa saja yang ia lalui, mengerutkan kening ketika merasakan familiar akan tempat itu.
'Aneh, entah kenapa aku merasa pernah melihat jalan ini. Sedangkan ini adalah pertama kalinya aku bisa melepaskan diri dari lilitan akar itu, tapi kenapa aku merasa tidak asing?' batin Leora.
Leora menghentikan larinya dan membungkukkan badan dengan kedua tangan bertumpu pada lutut, napasnya terengah, lalu menoleh kebelakang hanya untuk melihat bayangan hitam itu mengikutinya.
'Kenapa makhluk itu mengejarku?' rutuknya.
Leora kembali berlari, hingga larinya terhenti ketika jalan yang ia lalui terputus oleh jurang yang berada di depan matanya.
'Tempat ini,,, Bukankah ini tempat dimana aku melihat pria berambut perak itu?' batin Leora.
Wanita itu menoleh, melihat jarak sosok hitam itu kian mendekat, namun tidak ada jalan lain selain jurang yang terbentang di depan matanya dengan kedalaman yang tidak bisa ia ketahui. Kegelapan pekat di dasar jurang itu membuat Leora bergidik.
Leora mencondongkan tubuhnya ke bawah, berharap menemukan celah yang memungkinkan bagi dirinya untuk bersembunyi, lalu tersenyum tipis saat melihat sebuah ceruk di tebing beberapa meter di bawah kakinya.
kedua matanya menelisik di sekitar bibir jurang, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membantunya turun, dan melihat beberapa akar pohon. Dengan hati-hati Leora melompat ke bebatuan yang menonjol di tebing, berpegangan pada akar pohon, lalu mengayunkan tubuhnya dengan memperkirakan jarak yang bisa di jangkau dan melompat untuk mencapai ceruk agar bisa bersembunyi.
"Grrrr,,,,,!!!"
Tepat saat Leora berhasil masuk ke dalam ceruk, sosok hitam itu berdiri di bibir tebing. Menggeram yang membuat tanah bergetar.
Jantung Leora berdegup kencang ketika ia mendengar suara geraman kesal dari makhluk itu, menyandarkan tubuhnya pada dinding batu sembari membekap mulutnya dan menahan napas, berharap makhluk itu tidak menemukannya.
Setelah beberapa saat, makhluk itu pun pergi tanpa menemukan Leora. Hal yang cukup untuk membuat Leora menghembuskan napas lega, tubuhnya merosot, terduduk di tanah seolah kedua kakinya telah kehilangan seluruh tenaganya.
"Tempat apa ini sebenarnya? Bagaimana caranya agar aku bisa kembali? Dan lebih membingungkan lagi adalah, bagaimana caraku untuk kembali naik? Sedikit saja aku salah memilih pijakan, tubuhku akan meluncur ke bawah dan hancur berkeping-keping," Leora berkata pelan pada dirinya sendiri.
Leora menjulurkan kepalanya, melihat ke bawah dengan tatapan ngeri. Bagian dasar yang tak terlihat serta di selimuti kegelapan membuat ia tidak bisa mengetahui ada apa di dasar sana.
Angin kencang tiba-tiba berhembus melewati punggung Leora, membuat wanita itu membalikan badannya dengan gerakan cepat, hingga ia mendengar suara derap kuda mendekat.
'Tidak masuk akal jika ada kuda di sini. Ceruk ini terlalu sempit untuk seekor kuda bisa berlari,' batin Leora.
Leora mengedarkan pandangan, hal yang ia ketahui hanya akan berakhir sia-sia di saat ia tidak bisa melihat apapun selain kegelapan. Namun, wanita itu tetap mencari sumber suara.
Melangkah dengan hati-hati sembari meraba dinding ceruk, Leora berjalan maju perlahan, namun sebelum kedua kakinya membawa ia lebih jauh, cahaya biru terang tiba-tiba melesat ke Leora dan menghilang begitu saja tepat setelah menembus tubuhnya.
"Apa itu tadi?" Leora mengerjap bingung.
KRRAKK,,,!!!
Sebelum Leora berhasil mencerna apa yang baru saja terjadi, terdengar suara retakan pada dinding dan tanah tempat ia berpijak.
"Apa lagi sekarang?" keluhnya.
Tanah pijakannya tiba-tiba bergetar, sebuah retakan menjalar cepat ke arah Leora, membuat ia melangkah mundur dan gagal menjaga keseimbangan tubuhnya hingga akhirnya meluncur kebawah.
"AAAAAHHHHH,,,,!!!!!"
Leora berteriak saat tubuhnya terus meluncur kebawah. Dalam sepersekian detik, sebuah cahaya biru terang seolah menyambar tubuh Leora, menahan serta membuat tubuh wanita itu melayang di udara, sesaat kemudian cahaya itu mulai bergerak ke bawah menuju dasar jurang dengan gerakan halus.
Secara perlahan, cahaya biru terang itu berubah membentuk seekor kuda putih bersayap dengan tanduk di kepalanya. Surai perak yang berkilauan menambah keanggunan kuda itu.
Leora tercengang dengan apa yang di lihatnya. Berulang kali ia menggosok kedua matanya, masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Hingga akhirnya kuda itu mendarat di depan mulut gua besar yang di penuhi lumut hijau kehitaman.
"Tempat apa ini?" Leora bergumam pelan sembari turun dari kuda putih yang baru saja ia tunggangi.
Sekilas, Leora melihat cahaya putih berpendar dari dalam gua di sertai hembusan angin sejuk.
"Kami menyebut tempat ini, Eldon,"
Sebuah suara menjawab pertanyaan Leora, membuat wanita itu berbalik dengan gerakan cepat. Namun, tidak menemukan siapapun selain kuda yang baru saja di tunggangi olehnya.
"Apakah hanya perasaanku saja? Atau aku salah mendengar sesuatu?" Leora bergumam pelan.
"Tidak, Kamu bisa mendengarku adalah kebenaran," suara itu menjawab lagi.
Dahi Leora berkerut tajam, mengedarkan pandangan namun tetap tidak menemukan siapapun. Pandanganya terhenti pada kuda yang menolongnya. Mengamati kuda itu selama beberapa saat, namun kuda itu hanya mengeluarkan suara seperti kuda pada umumnya, lalu mengelengkan kepala.
"Konyol! Tidak mungkin kuda bisa bicara," rutuknya pelan.
"Segala hal yang tidak mungkin, menjadi mungkin jika kamu percaya akan hal itu," kuda itu berkata.
Leora tersentak dan melangkah mundur, menatap kuda itu dengan tatapan tak percaya. Leora menelan ludahnya dan melihat kebelakang. Dalam benaknya memikirkan bagaimana cara untuk pergi, namun hanya gua yang tampak aneh baginya satu-satunya tempat untuk lari meski ia tidak yakin cara itu akan berhasil.
"Tolong jangan takut padaku, Aku tidak akan menyakitimu," ucapnya.
'Kuda itu bisa berbicara,,, kurasa kepalaku terbentur sesuatu,' batin Leora.
Leora meringis menanggapi perkataan kuda putih itu, kedua kakinya masih melangkah mundur. Kuda itu perlahan melipat kakinya, berlutut di depan Leora, menundukkan kepalanya hingga menyentuh tanah. Mencoba meyakinkan wanita bahwa dia tidak akan menyakitinya.
Melihat hal itu, Leora berhenti melangkah, ketakutan di hatinya berkurang melihat kuda itu duduk di depannya, lalu menekan sisa rasa takut di hatinya dengan bertanya,
"Bagaimana mungkin kamu bisa bicara?"
"Pada dasarnya, semua yang memiliki nyawa dapat berbicara. Hanya saja, tidak semua dapat saling mengerti," dia menjawab.
"Berbeda denganmu, kamu memiliki sesuatu yang istimewa dan membuatmu mengerti bahasa kami," imbuhnya.
"Apa maksudmu?" tanya Leora lagi.
"Kamu berbeda dengan manusia pada umumnya. Di dalam dirimu, kamu memiliki kemampuan khusus yang bisa membuat kamu mengerti apa yang di ucapkan makhluk lain. Akan tetapi, hal itu berlaku hanya jika kedua belah pihak menyetujuinya dan menginginkan hal yang sama," jawabnya.
"Apa maksudmu? Siapa yang menginginkan hal sama? Dan bagaimana bisa kamu ada?" cecar Leora.
"Kami sudah ada sejak ratusan tahun lalu, hanya saja tempat yang kami tinggali berbeda dengan tempat yang kalian para manusia tinggali," dia menjawab.
"Alasan mengapa kamu bisa mendengarku adalah karena aku setuju untuk berbicara denganmu, sekaligus karena aku tidak terlahir sebagai kuda sepenuhnya. Kuda bersayap adalah wujud sejatiku, dan aku memiliki wujud manusiaku sendiri," terangnya.
"Apa maksud_,,,"
Kalimat Leora terputus bertepatan dengan cahaya terang yang di keluarkan kuda itu. Kedua tangannya terangkat di depan wajah untuk melindungi kedua matanya dari cahaya yang menyala terang, lalu menurunkan tangan ketika cahaya itu meredup, dan tercengang dengan apa yang ia lihat.
Seorang pria berambut hitam sepanjang pinggang mengenakan Zirah Nero Hades Yunani berdiri di depannya. Rambut panjangnya terikat dengan hiasan benang emas yang berkilauan, sangat kontras dengan warna rambutnya yang hitam kelam, namun senada dengan ukiran emas dari zirah yang dia kenakan serta pedang yang terselip di pinggangnya.
Leora melebarkan kedua matanya, menggosok berulang kali ketika melihat seekor kuda putih berubah menjadi seorang pria dewasa di depan matanya..
"B-B-Bagaimana mungkin?" Leora tergagap lalu jatuh terduduk.
"Maafkan aku membuatmu terkejut," sesalnya.
Pria itu melangkah mendekati Leora dengan tangan terulur , lalu membantu Leora berdiri sembari berkata
"Aku terlalu terburu-buru memperlihatkan ini padamu,"
"Namaku Fergus, si penjaga." ucapnya seraya membungkukkan badannya.
"Apakah itu artinya kamu tahu bagaimana caranya untuk keluar dari tempat ini?" tanya Leora.
"Satu-satunya cara agar kamu bisa keluar hanyalah dengan melenyapkan Estrella," ucap Fergus.
"Begitulah yang di katakan ramalan itu kepada kami jika ada manusia yang terjebak di sini," sambungnya.
"Siapa Estrella? Kenapa dia harus di lenyapkannya?" tanya Leora.
"Dia adalah_,,,,,"
. . . . .
. . . . .
To be continued...
NOTE:
- Ceruk.
Adalah relung yang masuk ke dinding (tembok, tanah dan sebagainya), dapat juga di sebut sebagai bagian kecil dari gua.
Ceruk juga bisa berarti lekukan garis panjang dan sempit dari garis pantai seperti teluk atau rawa.
- Eldon.
Berasal dari bahasa Inggris kuno yang berarti 'Bukit Suci'.
- Zirah Nero Hades.
Kostum mitologi Yunani
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/