Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Menyedihkan
Virgo sudah punya istri, meskipun hubungan rumah tangannya tak harmonis setelah istrinya setelah kembali dari sebuah kecelakaan misterius. Virgo merasa tidak bahagia dan tenang, walaupun Reva telah kembali. Padahal dia sampai terpuruk juga karena memikirkan istrinya itu. Namun, waktu telah mengubah segalanya. Virgo yang dulu sosok suami yang sangat mencintai istrinya, malah sekarang hubungannya renggang.
Cinta yang dulu katanya sangat besar, lama-lama pudar tergerus waktu yang telah berlalu. Sejatinya, tidak ada yang abadi. Begitu juga cinta Virgo pada istrinya yang dia kira sudah mati.
Reva kini memang sudah kembali, dia mulai sibuk dengan dunianya, Virgo juga sibuk dengan pekerjaan. Pernikahan mereka terasa seperti formalitas belaka, tinggal satu rumah tapi tidak ada kehangatan intens layaknya suami istri. Mungkin juga butuh penyesuaian, karena lama berpisah jadi terasa begitu asing.
Sekarang Virgo malah dibuat penasaran oleh sosok perempuan yang pernah singgah sesaat dalam hidupnya. Sosok perempuan jauh dari kata impian. Sudah miskin, tak terawat, jelek, bukan tipe Virgo. Hanya paras Lusi saja yang sekilas mirip Reva. Sekarang kalau disandingkan berdua, bagai bumi dan langit. Keduanya sangatlah berbeda, satu begitu terawat, satunya lagi amat sederhana.
***
"Aku akan melakukan tes DNA!" ucap Virgo, sebelum mengambil keputusan, dia harus memastikan terlebih dulu. Apakah anak itu adalah anaknya.
"Silahkan," timpal Lusi yang tak takut akan hasilnya, karena dia yakin itu anak Virgo. Apalagi yang tidur dengan Lusi hanya lelaki tersebut. Mau di tes DNA berkali-kali pun, pasti hasilnya akan sama.
"Malam ini! Aku ingin tes malam ini!" ujar Virgo. Dia begitu memaksa.
"Sudah malam," sela Lusi. Karena memang waktu itu sudah malam. Namun, Virgo sepertinya tidak peduli.
"Aku akan mengurusnya!" kata Virgo lalu menjauh. Lelaki itu menelpon Roy, meminta segalanya segera diurus. Roy sendiri merasa kaget, tidak menyangka bosnya punya anak dengan Lusi, yang sekarang jadi petugas kebersihan di kantor mereka.
Roy lebih pusing lagi karena diteror Reva, wanita itu tumben menghubungi Roy untuk menanyakan sang suami yang belum pulang.
Bukan mencari orangnya, paling Reva minta transferan seperti biasa, Reva memang boros. Wanita itu sangat Hedon gaya hidupnya, mungkin karena mewarisi kekayaan orang tuanya yang sudah meninggal, jadi Reva sering foya-foya.
Namun, dia juga suka menghabiskan uang Virgo, seperti untuk membeli jam tangan yang harganya lumayan, serta tas-tas branded agar setara dengan teman-temannya yang banyak dari kalangan atas.
"Roy! Virgo ke mana?"
Reva menelpon Roy untuk menanyakan keberadaan sang suami.
Roy terpaksa berbohong, sesuai pesan Virgo jika Reva menanyakan didinya.
"Sedang jamuan makan dengan klien." Kalau masalah seperti ini, Roy juga harus pandai menghandle nya.
"Ini sudah malam, tapi ya sudahlah. Suruh dia menelpon, aku telpon tapi tak tersambung."
"Baik."
Roy menghela napas berat, semuanya harus dia atasi. Istri bos yang cerewet, sekarang harus menghubungi rumah sakit untuk tes DNA. Bagaimana kalau Reva tahu suaminya punya anak dari wanita lain? Apalagi itu cuma seorang Lusi? Memikirkan saja Roy bergidik.
"Aku tidak mau ikut pusing seperti mereka," ucap Roy kemudian menghubungi pihak rumah sakit.
Roy dah Virgo janjian di sebuah rumah sakit, mereka sepakat bertemu di sana. Dari rumah pak Hadi, Virgo membawa Lusi, Tirta dan juga Bu Hadi yang ikut. Virgo duduk depan, sementara Lusi di tengah dengan Bu Hadi. Untuk saat ini, Virgo sudah mirip sopir pribadi Lusi.
Sepanjang jalan, Bu Hadi bisik-bisik pada Lusi. Virgo memerhatikan lewat cermin, tatapan dingin. Mungkin karena belum terbukti anak itu anaknya, jadi hati Virgo Belum terbuka sepenuhnya.
"Nanti hasilnya kalau salah bagaimana?" tanya Bu Hadi cemas.
"Ibu tenang saja, dia memang ayahnya," gumam Lusi pelan. Wajahnya juga lelah, karena dia memang butuh istirahat. Tadi juga belik sempat makan malam. Keburu Virgo datang dan membawanya ke rumah sakit.
Tiba di rumah sakit.
Lusi langsung dibawa ke ruangan khusus oleh Virgo, Bu Hadi menunggu di ruang tunggu dengan Roy. Yang di dalam hanya Lusi, anaknya serta Virgo.
Malam itu juga diambil sampel DNA Tirta dan Virgo, dan mereka harus menunggu sampai hasil itu keluar beberapa waktu, bisa sampai dua mingguan atau lebih.
Selesai diambil sample, Lusi keluar ruangan. Saat ketemu Roy, Lusi menunduk. Menyembunyikan wajahnya dari Roy.
Virgo hanya diam, Roy pun mendekati Lusi. Dia sepertinya sangat penasaran, sampai langsung bertanya dengan bisik-bisik.
"Benarkah ini anak pak Virgo? Artinya kalian sudah pernah ..." Roy menutup mulutnya sendiri. Ia menoleh pada Virgo yang wajahnya dingin dan membeku.
Takut salah ucap, Roy pun diam. Namun, dia penasaran sampai menyibak selimut yang menutupi sebagian wajah Tirta.
"Mirip denganmu ... tidak mirip pak Virgo," komentar Roy pelan.
"Karena laki-laki," ucap Lusi, sama pelannya.
"Tapi tunggu, hidungnya ... hidungmu tak semancung ini, ini hidung pak Roy," gumam Roy sok tahu.
"Karena anaknya," balas Lusi dengan suara pelannya itu.
"Lalu kenapa kau baru bilang? Dan lihatlah dirimu? Kau tak pernah makan?" celetuk Roy.
Virgo langsung melirik keduanya, tak suka Roy kelihatan begitu akrab dengan Lusi.
"Roy! Aku mau bicara denganmu!" panggil Virgo yang cemburu tapi tak menyadari akan hal itu.
Roy pun meninggalkan Lusi, dia mendekati Virgo. Lelaki itu berbisik, dah Roy mengangguk paham.
"Baik, Pak."
Karena sudah malam, Virgo mengantarkan Lusi dan bu Hadi pulang. Yang mengendarai mobil adalah Roy, Virgo hanya duduk santai di sebelah kursi kemudi. Suasana tenang, mirip mobil ambulan.
Pukul 10 malam mereka baru tiba di kediaman pak Hadi. Virgo masuk ke dalam rumah, ingin mengatakan sesuatu, sementara Roy menunggu di dalam mobil.
"Tetap di sini, jika anak itu terbukti anakku, aku lebih tahu apa yang harus aku lakukan, paham?" Virgo mengintruksikan Lusi, agar melakukan perintahnya.
Lusi pun mengangguk. Dia tidak banyak berkomentar. Virgo mengeluarkan amplop putih, rupanya waktu di rumah sakit, dia minta Roy untuk menarik tunai sejumlah uang. Ternyata untuk Lusi, karena malam itu uangnya langsung diberikan pada Lusi.
"Beli pakaian yang layak, kau menyedihkan sekali!" ucap Virgo lalu berbalik dan bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇