Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Terpesona
BAB 27
Matahari sudah cukup menerangi daratan, Leon berada di walk in closet memasang dasi, mulai hari ini ia akan kembali sibuk di Torres Inc dan perusahaan yang didirikannya. Satu minggu lebih menemani Pamela membuat pekerjaannya menumpuk, untung saja Alonso memberikan alasan terbaik pada Tuan Besar Torres, kalau tidak, pasti ayah dari Leonard akan turun tangan langsung dan memberi sanksi pada putra tunggalnya.
Usai memasang dasi, Leon mengenakan jas mahalnya yang semakin memberi kesan betapa tampan pria ini juga menyeramkan.
“Ck”, Leon berdecak sebal karena meja makan yang masih kosong, bukan makanan melainkan keberadaan seseorang yang tidak ada.
“PAMELA”
Panggi Leon dengan suara baritonnya, sang asisten rumah tangga pun harus menguatkan gendang telinga dari suara majikan yang sangat mengganggu siapapun.
“PAMELA”
“I-iya tuan, maaf”, Pamela datang terseok-seok mendengar suara keras Leon, apalagi ia belum selesai mengeringkan rambut panjangnya. Akibat ulah Leon yang membuatnya begadang hingga pukul 3 pagi Pamela terlambat bangun.
“Hukuman apa yang pantas bagi pemalas seperti mu”, nada pedas Leon pagi ini.
Pamela hanya menunduk, ia tidak berani menjawab, karena memang salahnya tidak bangun lebih awal, merias diri dan menunggu suaminya di meja makan.
“Cepat layani aku makan”
“Baik tuan”, Pamela mulai menyajikan makanan di atas piring suaminya dan membuat minuman untuk Leon. Duduk tepat di sisi suami kejamnya.
Memperhatikan cara Leon makan dan mengunyah makanan memang berbeda dari teman-temannya dahulu di lingkungan rumah dan club.
Untuk sesaat Pamela mengagumi sosok suaminya, karena ia sempat mecari tahu melalui berita bahwa Aleandro Leonard meskipun pewaris tunggal kerajaan bisnis Torres Inc, ia juga masih mau membangun perusahaannya sendiri dari nol yang kini telah besar bahkan di kenal khalayak luas.
“Tundukkan pandanganmu”, suara dingin Leon.
“Maaf tuan”
“Siang ini Alonso akan menjemputmu jadi siapkan penampilan terbaik, ingat akan ada hukuman di setiap waktu jika kau gagal”, tegas Leon, seketika Pamela menelan saliva, tidak lagi memiliki nafsu makan mendengar kata-kata suaminya.
“Siap tuan”
.
.
**
Torres Inc
Alonso menyambut kedatangan tuannya di depan pintu utama Torres Inc, ia pun membukakan pintu mobil milik Leonard.
“Tuan?”
“Ada apa Alonso katakan”
“Nona Megan menunggu anda di ruangan, memaksa masuk tidak menunggu di ruang tamu”
“Ck, sepagi ini? Yang benar saja, bahkan makanan dalam perutku saja belum tercerna dengan baik dia sudah datang”, kesal Leon.
Mengakibatkan moodnya pagi ini buruk dengan kehadiran Megan.
“Sayang”, Megan memeluk Leonard sangat erat setelah pintu terbuka lebar. “Selamat pagi calon suamiku”, goda Megan tidak tahu diri.
“Ck, aku bukan Dylan”, sinis Leon.
“Dylan hanya tunanganku bukan calon suamiku, tentu saja aku hanya ingin menikah dengan pria yang aku cintai, hanya kamu Aleandro Leonard”, mengecup pipi Leon dan bergelayut manja di lengan kekar Leon, rindu ya Megan rindu lengan kekar kekasihnya memeluk bahkan memberi kehangatan pada tubuhnya.
Karena hubungan mereka kini tidak sehangat dulu dimana Leon selalu tergila-gila padanya, kali ini Leon hanya bersikap kaku dan bicara seperlunya.
“Sayang, aku merindukanmu. Kamu lama sekali perjalanan bisnis, apa ada sesuatu yang kamu bawa pulang untukku?”, tanya Megan berdiri di sisi pria pujaannya.
“Apa perlu membawa sesuatu pulang? Apa diriku saja tidak cukup bagimu?”, dingin Leon menoleh pada wanita berambut pirang ini.
“Ehem, ya....ya tentu saja kamu lebih penting dari segalanya Leon. Kenapa bertanya seperti itu, kamu ingat kan aku pernah menolongmu dulu jadi mana mungkin aku mementingkan hal lain”, gugup Megan.
Wanita ini dengan lancang duduk di paha seorang Leonard, melingkarkan satu tangan di leher kekasihnya.
“Megan”, suara Leon begitu dingin.
“Sayang, memangnya kamu tidak merindukanku?”, suara mendayu Megan.
“Aku ada rapat penting, dan durasinya cukup lama”, jelas Leon tak ingin waktu kerjanya di ganggu.
“Aku bisa menunggu disini bukan masalah”, mencium pipi Leonard hingga tanda pewarna merah tercetak di pipi Leon.
“Sebaiknya kamu pulang, bukankah jadwal pemotretan mu cukup padat?”
“Eh, i-iya benar”, dengan berat hati Megan keluar ruangan tentu wajahnya tertekuk karena tak mendapat apa yang diinginkan.
“Menambah pekerjaan” desis Leon menghapus noda merah di pipinya.
.
.
**
Siang hari di penthouse Pamela merias wajahnya dibantu MUA yang dikirimkan Leon, lagi-lagi pria itu memberikan yang terbaik.
Kini penampilan Pamela sangat anggun dan berkelas, gaun berwarna merah muda sepanjang melebihi lutut serta aksen bunga di pinggang menambah kecantikannya, rambut ekor kuda curly sangat manis dan pas, anting berlian menempel di kedua telinga Pamela, tak lupa stilleto gold membingkai kaki jenjangnya. Semakin menyempurnakan penampilan wanita ini.
“Perfect”, ucap seorang MUA .
“Terima kasih”, Pamela pun tersenyum pada cermin. “Apa ini benar-benar aku?”, batinnya.
“Nyonya anda sangat cantik, saya yakin Tuan Muda akan menyukai anda dan semoga sikapnya berubah”, nada pujian diberikan asisten rumah tangga yang menemani Pamela menunggu kehadiran Alonso.
Tidak menunggu terlalu lama, Alonso masuk penthouse dan ia tercengang hampir saja meneteskan air liur melihat penampilan Pamela yang begitu sempurna siang ini.
“Maaf, nyonya mari kita berangkat, Tuan Leon pun menuju lokasi, jangan sampai beliau memarahi kita berdua karena terlambat satu menit”, oceh Alonso.
“Iya”
.
.
Sampai di mall yang akan diresmikan, Alonso dan Pamela menunggu mobil Leon tiba. “Nyonya 5 menit lagi tuan sampai, ingat Nyonya untuk berada di sisi tuan muda, dan jika ada wartawan bertanya jangan menjawab apapun”, peringatan Alonso pada Pamela sesuai apa yang Leon perintahkan.
“Baik Alonso, terima kasih”
“Itu mobil Tuan Muda Torres, ayo turun nyonya”.
Pamela dibantu Alonso turun dari mobil dan menghampiri Leon yang tidak jauh darinya, pria itu tampak bergeming tak berkedip sedikitpun menatap ke arah sang istri.
“Tuan”, panggil Alonso
“Tuan”
“Tuan Aleandro”
“Kerja bagus Alonso”, puji Leon namun kedua manik indahnya tetap menatap Pamela yang salah tingkah.
Leon dan Pamela memasuki gedung dengan eksterior mewah dan menjadi pusat perbelanjaan di kota ini. Beberapa wartawan mengabadikan kehadiran pewaris Torres Inc bersama wanita cantik di sisinya.
“Tuan apa wanita itu kekasih anda?”, tanya seorang wartawan namun Leon terus berjalan tanpa menjawab.
Mata Pamela menatap kagum, rupanya ini mall yang digadang-gadang paling Mewah di Spanyol.
“Wanita sama saja”, bisik Leon.
“Apa tuan?”
“Kau dilarang bertanya dan bicara”, tegas Leon.
Keduanya duduk di kursi yang telah di sediakan untuk tamu undangan khusus. Pamela pun harus mengingat cara duduk yang baik dan benar. Karena beberapa detik lalu dirinya salah hingga tatapan tajam Leon menusuk padanya.
“Kenapa aku bisa melupakan semua pelajaran”, keluh Pamela dalam hati.
...TBC...
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat