Ketika mimpi berubah menjadi petunjuk samar, Nadira mulai merasakan keanehan yang mengintai dalam kehidupannya. Dengan rahasia kelam yang perlahan terkuak, ia terjerat dalam pusaran kejadian-kejadian mengerikan.
Namun, di balik setiap kejaran dan bayang-bayang gelap, tersimpan rahasia yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk—sebuah misteri yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bisakah ia mengungkap arti dari semua ini? Atau, akankah ia menjadi bagian dari kegelapan yang mengejarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veluna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rahasia mimpi dan takdir
"minumlah," ucap nenek tua didepanku, aku mencoba menolak namun entah kenapa tidak bisa, dan aku akhirnya meminum minuman busuk itu.
Saat aku bangun paginya, Rasa pahit nya masih ada. Lagi ? Pikirku. Dan tentu saja setelah bangun aku langsung sembuh.
Dari saat aku masih kecil, keseharian ku sering terganggu oleh sakit mendadak. Sering kali secara tiba-tiba saja tubuhku lemah, demam tinggi dan tanpa alasan yang jelas. Ibuku kadang tampak khawatir, tapi sesibuk apapun, dia tetap harus bekerja keras demi kami. Setiap malam ketika demam datang, aku akan berbaring dalam kegelapan, berharap bisa tidur. Namun, justru saat terlelap, mimpi yang sama dan aneh itu selalu muncul.
Di dalam mimpiku, aku melihat sosok seorang nenek tua berwajah keriput dan seorang pemuda yang tak pernah kukenal. Mereka berdiri di samping ranjangku, memperhatikanku dengan tatapan kosong, wajah mereka tak menunjukkan ekspresi. Nenek itu membawa cangkir kayu berisi cairan hitam pekat, dan tanpa bicara, dia mengulurkan cangkir itu padaku.
“Minumlah,” ucapnya, suaranya berat, hampir seperti berbisik di telingaku. Saat nenek tua itu mengulurkan cangkirnya, aroma busuk menyeruak, mengingatkanku pada bau tanah basah yang lama tak tersentuh. Cairan hitam itu beriak pelan, memantulkan bayanganku yang terlihat pudar. Cairan itu terasa pahit, dan meskipun aku hanya meminumnya dalam mimpi, keesokan harinya rasa pahit itu seakan masih tersisa di tenggorokanku. Anehnya, demamku selalu hilang setelah mimpi itu.
Awalnya, aku berpikir ini hanya kebetulan, mimpi yang aneh yang kebetulan selalu berulang. Tapi semakin lama, semakin aku merasa ada sesuatu yang tidak biasa.Aku mulai bertanya-tanya, apakah mimpi itu lebih dari sekadar bunga tidur?
Perasaan aneh menggelayut di dadaku, seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh nenek tua itu. Tapi setiap kali aku mencoba memahami, semuanya kabur seperti asap yang tertiup angin. Aku hanya bisa merasakan sisa-sisa ketakutan dan rasa pahit di tenggorokanku, membuat tidurku tak pernah benar-benar nyenyak.
---------。♡
Suara burung berkicau di luar jendela samar-samar terdengar, menandakan pagi telah tiba. Sinar matahari mulai menerobos melalui tirai tipis kamarku, memaksa mataku yang berat untuk membuka. Saat aku masih setengah tertidur, aku merasakan sentuhan lembut di dahiku.
"Nadira, bangun, Kenapa kamu demam lagi?" tanya Ibu dengan suara lembut namun penuh rasa cemas.
Aku berusaha tersenyum tipis meski rasanya sulit. "Aku nggak tahu, Bu... Tubuhku terasa sangat berat," gumamku pelan.
Oh iya sebelumya aku Nadira Sky Amanda, biasa dipanggil Nadira. Sekarang aku berusia 16 tahun dan duduk di kelas 2 SMA. Aku bukan tipe orang yang mudah bergaul atau banyak bicara lebih tepatnya aku sangat introvert. Sejak kecil, aku lebih suka menyendiri dan tenggelam dalam pikiranku sendiri. Seringkali aku merasa berbeda, terutama dengan mimpi-mimpi aneh yang datang tanpa diundang. Seperti malam tadi, nenek tua yang tak kukenal itu kembali muncul dalam mimpiku.
Ibu menghela napas panjang dan merapikan selimutku dengan lembut. "Istirahat saja, ya. Ibu akan ambilkan obat," ucapnya dengan suara lembut.
Aku memperhatikan wajah Ibu yang tampak lelah dan penuh beban. Setelah Ayah pergi meninggalkan kami tanpa penjelasan beberapa tahun lalu, semua tanggung jawab keluarga seolah jatuh ke pundaknya. Aku dan kedua saudaraku, Rizal dan Mira, pun merasakan dampaknya. Rizal, kakakku yang berusia 18 tahun, selalu terlihat dingin dan jauh. Dia jarang berada di rumah, dan lebih memilih untuk berada dirumah temennya mungkin untuk melarikan diri dari semua masalah keluarga kami. Sementara itu, Mira, adikku yang berusia 14 tahun, masih terlalu kecil untuk memahami sepenuhnya apa yang terjadi, tetapi aku bisa melihat kesedihan di matanya setiap kali nama Ayah disebutkan.
Sejujurnya, aku merasa sangat kesepian. Meskipun aku memiliki sahabat yaitu Ariana Denta Putri—yang biasa kupanggil Ari—aku tetap merasa kesepian, ya walaupun aku sering menceritakan apa yang sebenarnya kurasakan, tapi entah kenapa aku masih merasa ini belum cukup. Di sekolah, Ari adalah satu-satunya orang yang selalu ada di sisiku meskipun dia kadang terlalu sibuk dengan hidupnya sendiri.
Pikiranku melayang kembali kepada mimpi buruk yang kembali menghantuiku Semalam nenek tua itu datang lagi, membawa cangkir kayu berisi cairan hitam pekat. Setiap kali dia memaksaku untuk meminum isi cangkir itu, aku selalu terbangun dengan rasa pahit dan juga keringat dingin dan rasa takut yang mencekam.
"Ari, lo pernah nggak mimpi aneh terus-menerus?" tanyaku beberapa hari lalu saat kami duduk di kantin sekolah.
Ari menatapku sambil mengunyah makanan dengan santai. "Mimpi apa sih? Nenek tua lagi?" Dia tertawa kecil, tapi aku bisa merasakan ketertarikan di matanya.
Aku hanya mengangguk pelan. "Iya, mimpi itu lagi. Kayaknya nggak normal kalau terus-terusan begini."
Ari menghela napas panjang dan menatapku serius. "Lo jangan mikir yang aneh-aneh deh. Mungkin lo cuma kecapekan atau stres. Udah deh, fokus aja sama pelajaran. Kalau lo terus mikirin ini, bisa jadi beneran kebawa ke alam bawah sadar."
Aku tersenyum tipis mendengar kata-kata Ari. Meskipun terkadang terasa enteng bagi dia, kehadirannya selalu memberiku sedikit rasa nyaman dalam kesunyian hatiku.
Di rumah, aku mencoba kembali beristirahat meskipun sulit. Sejak kecil, aku memang lebih sering sakit dibandingkan Rizal atau Mira. Aku masih ingat saat Ibu sering membawaku ke dokter untuk mencari tahu apa yang salah dengan kesehatanku. Namun dokter hanya bilang bahwa aku perlu lebih banyak istirahat dan tidak perlu khawatir berlebihan, tapi meskipun aku sudah banyak istirahat, itu masih belum berhasil merubah apapun.
Aku masih sering tiba tiba demam mendadak.
malam harinya, aku terbangun dengan perasaan gelisah melanda hatiku. Dari sudut kamar, bayangan Hitam—kucing peliharaanku duduk diam sambil memperhatikanku dengan tatapan tajam namun lembut. Entah kenapa kehadiran Hitam selalu membuatku merasa sedikit lebih tenang dalam keadaan seperti ini. Aku mengelus kepalanya pelan sambil berkata lirih, "Hitam, kenapa ya aku ngerasa Akhir-akhir ini mimpi-mimpi itu semakin nyata."
Hitam mengeong pelan seolah mengerti apa yang kurasakan dan mengusap kepalanya di tanganku sebagai bentuk dukungan tanpa kata-kata.
Malam itu terasa panjang dan menegangkan; pikiran-pikiran tentang mimpi buruk terus menghantuiku hingga larut malam. Dalam gelapnya kamar yang sunyi itu, aku berharap agar semua ini segera berlalu dan bahwa suatu saat nanti semuanya akan berakhir dan aku bisa menjalani hari dengan normal.
Akhirnya aku kembali mengantuk, sebelum tidur aku kembali berdoa semoga besok dan selanjutnya, akan baik baik saja. Karena jujur saja aku cukup lelah memikirkan misteri yang entah kapan bisa kutemukan jawabannya.
------------。♡
mampir juga dikerya ku ya jika berkenan/Smile//Pray/