Tomo adalah seorang anak yang penuh dengan imajinasi liar dan semangat tinggi. Setiap hari baginya adalah petualangan yang seru, dari sekadar menjalankan tugas sederhana seperti membeli susu hingga bersaing dalam lomba makan yang konyol bersama teman-temannya di sekolah. Tomo sering kali terjebak dalam situasi yang penuh komedi, namun dari setiap kekacauan yang ia alami, selalu ada pelajaran kehidupan yang berharga. Di sekolah, Tomo bersama teman-temannya seperti Sari, Arif, dan Lina, terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengundang tawa. Mulai dari pelajaran matematika yang membosankan hingga pelajaran seni yang penuh warna, mereka selalu berhasil membuat suasana kelas menjadi hidup dengan kekonyolan dan kreativitas yang absurd. Meski sering kali terlihat ceroboh dan kekanak-kanakan, Tomo dan teman-temannya selalu menunjukkan bagaimana persahabatan dan kebahagiaan kecil bisa membuat hidup lebih berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kompetisi Makan Es Krim
Ide Kompetisi yang Muncul Tiba-tiba
Hari itu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak SD. Matahari bersinar cerah, langit biru tanpa awan, dan suhu udara sangat panas. Ini adalah waktu yang sempurna untuk satu hal: es krim. Tomo dan teman-temannya sedang duduk-duduk di bawah pohon besar di dekat lapangan sekolah, mengeluh tentang betapa teriknya cuaca.
"Astaga, panas banget!" keluh Tomo sambil mengipasi dirinya sendiri dengan buku pelajarannya yang tipis.
"Iya nih, kayak lagi digoreng di wajan raksasa," jawab Yuda yang sedang bersandar di batang pohon sambil menyipitkan mata ke arah matahari.
Sinta yang duduk di dekat mereka, memainkan rambutnya yang terikat, tampak berpikir sejenak sebelum berkata, "Kalau panas begini, enaknya makan es krim, ya?"
Tomo langsung mengangkat kepalanya, matanya berbinar-binar. "Es krim! Ya ampun, itu ide yang brilian, Sinta!"
Mendengar kata "es krim", semua teman-teman Tomo langsung terbangun dari kondisi lesu mereka. Semuanya menatap Sinta dan saling bertukar pandang dengan penuh semangat.
"Ayo, beli es krim sekarang juga!" seru Yuda.
Namun, di tengah antusiasme itu, Tomo tiba-tiba punya ide yang lebih ‘hebat’. Ia mengangkat tangannya ke udara seperti seorang pemimpin yang sedang memberi pidato besar.
"Tunggu sebentar, teman-teman! Bagaimana kalau kita nggak cuma makan es krim, tapi kita bikin *kompetisi makan es krim*!"
Semua langsung terdiam sejenak, memproses ide yang baru saja dilontarkan Tomo. Mata mereka melebar, dan sesaat kemudian mereka semua bersorak.
"Wah, keren banget idenya!" teriak Yuda.
"Aku setuju! Kita lihat siapa yang paling jago makan es krim," tambah Sinta, tertawa.
Dengan semangat yang membara, mereka pun segera menuju warung es krim dekat sekolah. Mereka sudah membayangkan betapa serunya kompetisi ini.
---
Menuju Warung Es Krim
Warung es krim Pak Udin yang legendaris tidak jauh dari sekolah. Di sanalah Tomo dan teman-temannya sering membeli es krim setelah pulang sekolah. Warung kecil dengan cat biru itu selalu ramai oleh anak-anak SD, terutama di hari panas seperti ini.
Ketika mereka sampai, Tomo langsung menuju ke depan warung dengan langkah penuh percaya diri. "Pak Udin, kami mau beli es krim!"
Pak Udin, seorang pria paruh baya dengan kumis tebal dan kacamata tebal, tersenyum ramah dari balik konternya. "Wah, Tomo dan teman-temannya! Panas banget ya hari ini. Mau beli es krim apa?"
"Kami mau... semua rasa!" jawab Tomo dengan tegas, membuat semua temannya ternganga.
"Semua rasa?" ulang Pak Udin dengan alis terangkat.
"Iya, Pak," kata Tomo lagi sambil mengeluarkan uang yang ia kumpulkan dari semua temannya. "Kami mau adu makan es krim. Kompetisi makan es krim terbesar di sekolah!"
Pak Udin tertawa. "Hahaha! Kompetisi makan es krim ya? Oke, tunggu sebentar. Aku siapkan yang paling spesial."
Sambil menunggu es krim disiapkan, Tomo dan teman-temannya mulai saling bercanda. Yuda, yang terkenal sebagai si tukang makan, berkata dengan nada penuh tantangan, "Kalian semua tahu kan, kalau aku juaranya makan cepat. Jangan harap bisa menang lawan aku!"
Sinta hanya tertawa kecil. "Kita lihat saja, Yuda. Makan es krim itu beda. Kalau terlalu cepat, bisa kena *brain freeze*."
"*Brain freeze*?" tanya Tomo bingung. "Itu apa, Sinta?"
Sinta menggeleng-geleng sambil tersenyum. "Kamu nanti juga tahu, Tomo. Itu rasa sakit yang tiba-tiba muncul kalau makan sesuatu yang dingin terlalu cepat."
Tomo menyipitkan matanya. "*Brain freeze*? Ah, nggak mungkin. Es krim kan enak! Mana bisa bikin sakit?"
Mereka semua tertawa, tak menyangka apa yang akan terjadi selanjutnya.
---
Dimulainya Kompetisi Makan Es Krim
Tak lama kemudian, Pak Udin keluar dengan nampan besar yang dipenuhi berbagai macam es krim. Ada es krim vanila, cokelat, stroberi, durian, hingga rasa yang jarang ditemukan seperti matcha dan kacang merah. Nampan itu tampak seperti surga bagi anak-anak.
"Ini dia! Es krimnya sudah siap. Kalian boleh mulai kapan saja," kata Pak Udin sambil meletakkan nampan di atas meja.
Tomo, Yuda, Sinta, dan teman-temannya langsung bersemangat. Mereka semua berdiri mengelilingi meja dengan pandangan lapar mengarah ke es krim. Tomo, yang menginisiasi kompetisi, berdiri di tengah dan memberikan aba-aba.
"Oke, teman-teman! Aturannya sederhana. Siapa yang paling cepat makan es krimnya, dia yang menang! Satu... dua... tiga... mulai!"
Mereka semua langsung menyerbu es krim. Setiap orang mengambil es krim favorit mereka dan mulai melahapnya dengan kecepatan yang luar biasa. Yuda, sesuai dugaan, langsung melahap es krim vanila dalam sekali suap, sementara Sinta memilih es krim stroberi dan memakannya dengan hati-hati.
Tomo? Tentu saja, dia langsung memilih es krim cokelat, rasa favoritnya. Tanpa ragu, ia mulai memakan es krim itu dengan cepat, berharap bisa menang dalam waktu singkat.
Namun, tak lama setelah mereka mulai, sesuatu yang aneh terjadi. Yuda yang tadinya tampak seperti mesin penghancur es krim tiba-tiba berhenti. Tangannya memegangi kepalanya sambil berteriak, "Aaahh! Kepalaku! Aduh sakit!"
Tomo menoleh dan terkejut melihat Yuda menggeliat kesakitan. "Kamu kenapa, Yuda?"
"Brain freeze!" jawab Yuda dengan suara gemetar. "Kepalaku kayak mau pecah!"
Tomo tertawa kecil, berpikir Yuda hanya bercanda. Namun, tidak lama setelah itu, Tomo sendiri merasakan sesuatu yang aneh. Saat ia melahap es krim cokelatnya dengan rakus, tiba-tiba rasa sakit menusuk kepalanya. Rasa dingin yang tak tertahankan menyebar dari mulutnya ke otaknya.
"Auuhhh! Apa ini? Brain freeze!" teriak Tomo sambil memegangi kepalanya.
Sinta, yang sejak awal sudah memperingatkan mereka, hanya tertawa sambil memakan es krimnya dengan tenang. "Aku sudah bilang, makan pelan-pelan aja!"
---
Efek Brain Freeze dan Kegilaan Kompetisi
Brain freeze benar-benar menyerang hampir semua peserta. Tomo, Yuda, dan beberapa teman lain menggeliat kesakitan sambil mencoba memegang kepala mereka. Sakitnya seolah-olah ada ribuan jarum es yang menusuk-nusuk kepala mereka. Namun, di sisi lain, mereka juga tidak mau menyerah dalam kompetisi ini.
Tomo, dengan kepala yang masih sakit, mencoba memaksa dirinya untuk terus makan es krim. "Aku nggak bisa kalah! Ini cuma sakit sementara. Pasti bisa hilang!"
Yuda, meskipun mukanya merah dan matanya berair, juga terus memakan es krimnya. "Aku juga! Aku nggak boleh kalah sama brain freeze! Aku juara makan, ingat!"
Namun, semakin mereka berusaha memakan lebih banyak es krim, semakin parah rasa sakit yang mereka rasakan. Di tengah kegilaan itu, Sinta hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil terus menikmati es krimnya dengan tenang.
"Kalian ini memang nggak pernah dengar kata-kata orang ya. Brain freeze itu bahaya kalau terlalu banyak makan es krim," kata Sinta sambil tertawa kecil.
Pak Udin yang melihat kegilaan itu dari balik konternya, hanya tertawa terbahak-bahak. "Anak-anak, makan es krim itu enak, tapi harus santai. Jangan buru-buru!"
Tomo, yang sudah kelelahan dengan rasa sakit di kepalanya, akhirnya berhenti. Ia meletakkan es krimnya di meja dan menyerah. "Oke, oke, aku nyerah! Brain freeze itu nyata, dan itu lebih sakit daripada apapun!"
Yuda yang biasanya tak mau kalah, juga mengangkat tangan. "Aku juga nyerah! Ini lebih parah daripada waktu main sepak bola terus kena bola di muka."
Mereka semua akhirnya berhenti dan tertawa bersama-sama. Kompetisi makan es krim itu memang gagal total, tapi mereka tetap merasa senang.
---
Pelajaran tentang Keseimbangan
Setelah kegilaan kompetisi berakhir, Tomo dan teman-temannya duduk di bawah pohon di dekat warung Pak Udin. Mereka memegang kepala mereka yang masih terasa dingin dan sakit akibat brain freeze. Meski begitu, ada senyum di wajah mereka.
"Jadi, apa pelajaran hari ini?" tanya Sinta sambil tersenyum jahil.
Tomo yang sudah agak pulih dari rasa sakit, menjawab dengan serius, "Pelajarannya adalah, terlalu banyak es krim itu nggak baik!"
Semua tertawa mendengar jawaban Tomo. Mereka memang tidak memenangkan kompetisi, tapi mereka belajar bahwa terlalu banyak hal baik juga bisa berakibat buruk, bahkan es krim sekalipun.
---