Aku menyukaimu! Tapi, Aku tahu Aku tak cukup pantas untukmu!
Cinta satu malam yang terjadi antara dia dan sahabatnya, membawanya pada kisah cinta yang rumit. Khanza harus mengubur perasaannya dalam-dalam karena Nicholas sudah memiliki seseorang dalam hatinya, dia memilih membantu Nicholas mendapatkan cinta sang gadis pujaannya.
Mampukah Khanza merelakan Nicholas bersama gadis yang di cintai nya? Atau dia akan berjuang demi hatinya sendiri?
Ayo ikuti kisah romansa mereka di sini! Di Oh My Savior
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Amarah David
Kebohongan itu seperti nikotin yang membuatmu candu untuk terus melakukannya.
~*~
Nic diam mematung menguping percakapan dua orang itu tanpa Ia sadari sama sekali.
"Cherry dengarkan aku, tolong pikirkan sekali lagi." David masih berusaha mempengaruhi Cherry.
"David, cukup! Aku tidak ingin membahas masalah ini lagi! Keputusanku sudah bulat, apa pun yang terjadi aku akan tetap menikah dengan Nicholas." Ujar Cherry tegas.
'Dia akan menikah denganku apa pun yang terjadi, apa maksudnya? Berapa banyak hal yang kau sembunyikan dariku Cherry?'
Nic pun mengurungkan niatnya untuk menemui Cherry, makanan yang Ia bawa Ia lempar ke tong sampah begitu saja.
'Rahasia apa yang Cherry sembunyikan dariku?'
Nic melajukan mobil kembali ke rumahnya, kali ini dia pulang sendiri, Khanza sudah pulang lebih dulu katanya dia sedang tidak enak badan.
Sesampainya di rumah, kedatangannya di sambut hangat oleh Richard sang Ayah, sedang Shelia sang Ibu hanya tersenyum lemah.
Nic mengerutkan dahi, ada kejanggalan yang dia tangkap dari sikap sang Ayah,
"Dad, apa kita mendapat proyek baru?" Nic melontarkan pertanyaan menebak pemikiran sang Ayah.
"No, No, No. Coba tebak lagi!" tantang sang Ayah.
"Apa hari ini ulang tahun Mami? Tapi sepertinya bukan," Nic menjawab sendiri pertanyaannya.
"Hari ini Mami dan Daddy pergi menemui pacarmu. Kami memutuskan, menyetujui pilihanmu, dia gadis yang baik, cantik. Dia juga sudah tak punya orang tua, kami sangat bersimpati, Nic mengapa tak kita langsung adakan saja pertunangan?" Nic melongok mendengar perkataan sang Ayah yang menurutnya terlalu cepat.
"Tapi Dad," belum sempat Nic berujar Richard beralih pada telpon genggamnya karena berdering.
"Halo, oh tuan Sam, apa kabar? Ya, aku baik. Putrimu akan menikah? Wah aku turut bahagia Tuan, sebetulnya putraku juga sudah menemukan pasangan, aku pikir aku juga harus secepatnya meresmikan hubungan mereka." Ujar Richard berbincang dengan lawan bicaranya di telpon.
"Dad, astaga." Nic berucap tak percaya dengan apa yang dia dengar, Richard memutuskan hal itu tanpa dia bicarakan dulu dengan Nic.
"Sayang, apa yang kau bicarakan?" Shelia angkat bicara. Namun, Richard menghentikan dengan gerak tangannya.
"Mami," Nic melempar tatapan penuh permohonan pada sang Ibu.
"Tenanglah Nic, Mami akan coba bicara dengan Daddy." Shelia menenangkan. Nic menghela napas pasrah, lantas berlalu.
"Mengapa mereka memutuskan hal besar dalam hidupku tanpa bertanya dulu." Nic melempar diri ke atas ranjang, rasa ragu dan bimbang kini hinggap di hatinya, terlebih lagi dia mendengar percakapan Cherry dan David tadi.
flash back of
Nic mengambil telpon genggamnya hendak menelpon Cherry, dia ingin membuat janji temu dengan kekasihnya itu.
Brak...!
Tiba-tiba pintu terbuka, membuat Nic dan juga Khanza menatap ke arah sejurus.
"David?" Nic yang tadinya hendak menempelkan benda pipih tersebut ke daun telinganya mengurungkan kembali niatnya.
"Dasar bajingan, kau yang membuat Cherry begini!" David menyeruak dan menarik kerah baju Nic, dengan mata berkobar penuh kemarahan.
"Hey, jaga sikapmu!" Bentak Khanza tak terima.
"Diam kau dasar ******!" Makian David pada Khanza sukses menyulut amarah Nic.
"Apa kau bilang, sekali lagi mulutmu berucap kata-kata menjijikan seperti itu padanya, maka selamanya kau tak akan bisa bicara lagi!" Ancam Nic, menghempaskan tangan David yang menempel di kerah kemejanya.
"Jadi benar karena dia kau membatalkan pertunanganmu dengan Cherry!" ucapnya berapi-api.
'Hah, karena aku? Aku sendiri bahkan tidak tahu,' batin Khanza.
"Ini tidak ada hubungannya dengan dia." Tegas Nic.
Cih, David melempar pandang mencibir, "kau tahu keadaan Cherry sekarang?" David mengeluarkan ponsel dan memutar sebuah video.
"Cherry, dia masuk rumah sakit?" Nic berujar tak percaya.
"Benar, dia mencoba mengakhiri hidupnya karena dirimu. Karena kau membatalkan pertunangan kalian secara sepihak tanpa bicara dulu padanya membuat dia frustasi. Kau bahkan tidak bisa di hubungi!" David berucap masih dengan tatapan penuh amarah.
Nic terdiam, benar dia selalu menghindar bahkan dia tak mengangkat telpon atau membalas chat yang Cherry kirimkan padanya. Bahkan pembatalan pertunangan pun hanya Ken yang datang kesana.
"Dasar Bajingan! Lihat yang kau lakukan, karena kau dan wanita ini nyawa Cherry hampir melayang." Amarah David kian berkobar, kekesalan dalam hatinya membuat makian dan kata-kata kasar memberondong keluar dari bibirnya.
"Nic, Cherry dia?" Khanza menutup mulutnya melihat sosok Cherry dalam video tersebut terkulai lemas dengan selang infus yang terhubung ke lengannya, sedang lengan yang satunya lagi terbungkus perban.
"Ya, dia ingin mengakhiri hidupnya, apa kau puas?!" Ujar David melempar pandang sinis pada Khanza.
"Aku tidak ada hubungannya dengan hal ini, mengapa kau menuduhku." Khanza tak terima dengan tuduhan yang David layangkan padanya, bahkan secara garis besarnya justru Khanza lah yang berperan penting dalam hubungan Nic dan Cherry.
"Kau bilang kau tak ada hubungannya?!" David membentak Khanza membuat gadis itu terlonjak dan mundur dua langkah kebelakang saking terkejutnya. Nic langsung mendekat dan pasang badan.
"Tolong tenangkan dirimu David, Khanza tak ada hubungannya dengan aku membatalkan pertunangan dengan Cherry." Deru napas David memburu pandangannya seolah dapat menelan Khanza hidup-hidup.
Hmhp, Hahaha... Tiba-tiba David tergelak, seolah apa yang Nic katakan amat lucu baginya, meski begitu tatapan sangar tak hilang dari wajahnya.
"Kau menyukai dia kan? Wanita ini!" kata-kata David sukses membuat Nic terdiam dan Khanza mematung seketika.
"Lihat, aku benarkan!" David tersenyum sinis, pandangannya kembali teralih pada Khanza, yang terhalang tubuh Nic separuh.
"Jika kau menyukai dia, mengapa kau datang pada Cherry. Dasar sialan!" David seperti orang gila, dia mengacak rambutnya sendiri.
"David tenanglah, lebih baik kita ke rumah sakit sekarang. Aku yakin Cherry akan baik-baik saja." Nic berujar menenangkan David, tanpa kata Ia pun setuju dan berjalan memimpin, namun pandangan garang tak lepas dari Khanza.
"Pergilah Nic, aku akan mengatasi semua urusan disini." Khanza menepuk bahu Nic sembari tersenyum.
Nic menatap Khanza dengan tatapan tak terbaca, seolah beribu kata ingin Ia utarakan lewat pandangan matanya, namun semua itu hanya tertahan dalam hatinya. Nic menghela napas lantas berlalu.
Setelah kepergian Nic, Khanza mendudukkan diri di sopa untuk sejenak menenangkan diri. Apa yang David katakan tadi cukup membekas dalam ingatannya.
Nic menyukainya? Mana mungkin, itu pasti hanya tuduhan David karena sedang marah. Khanza menepis pertanyaan dengan jawaban sendiri dalam benaknya.
Tapi bagaimana kalau itu benar adanya? Dan Nic membatalkan pertunangan karena dirinya, apa Khanza harus bahagia atau sebaliknya? 'Tapi melihat kondisi Cherry saat ini, apa yang akan Nic lakukan?' Khanza menghela napas berat, berbagai pertanyaan berlomba-lomba dalam kepalanya.