Semua sudah diatur kita hanya menikmati alur yang sudah ditentukan dan juga ditakdirkan untuk kita.
Alisha seorang Dokter umum yang mengambil spesialis di salah satu rumah sakit. Wanita cantik yang sehari-hari menggunakan hijab yang memiliki wajah teduh yang menenangkan semua orang yang siapa saja melihat dirinya.
Siapa sangka calon pewaris rumah sakit itu dijodohkan pada dia.
Dalam usia yang sangat muda Alisha harus menikah dengan Adrian sang calon pewaris rumah sakit. Adrian sangat terpaksa menikah dengan Alisha. Karena tidak ingin hak waris rumah sakit jatuh kepada orang lain.
Pernikahan yang indah yang pernah menjadi impian Alisha yang ternyata tidak sejalan dan semulus itu. Bagaimana tidak dia harus menikah dengan laki-laki yang tidak menginginkannya.
Alisha harus menjalani rumah tangganya yang tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Laki-laki yang dia nikahi bersikap tidak baik.
Lalu apakah Alisha akan bertahan dalam pernikahannya atau justru akan mundur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Alisha Tegas.
Mendengar pertanggung jawaban membuat Adrian mendengus kasar.
"Apa katamu barusan?" tanya Adrian lagi.
"Saya ingin bapak bertanggung jawab atas apa yang sudah bapak lakukan," jawab Alisha yang mengulang sekali lagi.
"Kamu ingin saya memperbaiki mobil kamu atau ingin mengganti yang baru?" tanya Adrian dengan alis terangkat.
"Apapun itu. Tetapi bentuk pertanggungjawaban. Ini mobil saya dan hasil kerja keras saya dan saya membawa mobil ini ke rumah ini untuk kendaraan saya ke rumah sakit," tegas Alisha.
"Kalau saya tidak mau menggantinya bagaimana?" tanya Adrian dengan menantang Alisha.
"Bapak sama sekali tidak bertanggung jawab dan hanya bisa berbicara saja. Tanggung jawab bukan hanya dari perkataan saja," jawab Alisha dengan jujur dan lihatlah ekspresi wajah Adrian semakin kesal.
"Ulangi sekali lagi kata-kata mu!" tantang Adrian dengan suara rendah yang sudah ingin menerkam sang istri.
"Kenapa kau diam?" tanya Adrian.
"Permisi!" Alisha yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi dari hadapan Adrian dan Adrian pasti tidak terima dengan sikap Alisha yang seperti itu dan membuat Adrian menahan tangan Alisha dan kembali mencengkram pergelangan tangan itu dengan keras.
"Pak sakit!"protes Alisha yang berusaha melepaskan dari Adrian.
"Kau jangan merasa wanita paling pintar. Kau lupa hah! jika kau juga pernah menabrak mobilku dan apa aku meminta ganti rugi padamu hah! aku bahkan tidak berbicara seperti apa yang kau katakan kepadaku!" tegas Adrian yang membuat Alisha terdiam dengan menelan saliva.
"Lalu sampai sekarang apa kau sudah minta maaf padaku. Apa sudah mengganti rugi atas mobilku hah!" lanjut Adrian. Alisha masih diam yang memang belum melakukan apa yang di katakan Adrian.
"Kenapa diam? Kau tidak ingin berbicara masalah tanggung jawab lagi hah! Apa waktu itu kau juga bertanggung jawab? jangan sok pintar yang membicarakan tanggung jawab. Jika kau saja tidak bisa bertanggung jawab," ucap Adrian dengan tegas.
"Apa ingin membalasku dan perasaan waktu itu aku tidak menabrak separah itu," batin Alisha.
"Jadi jangan membicarakan tanggung jawab di depanku. Jika kau saja tidak bertanggung jawab dengan apa yang kau lakukan!" tegas Adrian yang mengulang kembali dan langsung melepaskan kasar tangan Alisha dan Alisha mengusap-usap pergelangan tangan yang memerah itu.
Adrian membuang nafas kasar ke depan dan langsung pergi dari hadapan Alisha yang adanya Adrian bertambah emosi saat di dekat Alisha.
"Dia yang salah dan aku yang disalahkan," batin Alisha menghela nafas dan Alisha melihat bagian depan mobilnya yang peyot.
"Pasti mahal sekali untuk memperbaiki bodynya untuk kembali seperti semula, huhhhhh!" wajah Alisha yang terlihat begitu sendu dan pasti sangat sedih dengan mobil yang menjadi kendaraannya sudah rusak sangat parah akibat ulah sang suami.
"Jika yang lain yang melakukan hal ini pasti masalah ini sudah selesai dan kenapa juga harus dia," Alisha hanya berkali-kali membuang nafas berat ke depan yang terus memperhatikan mobil yang rusak itu.
"Berbicara tentang mobil dia yang waktu itu dan Padahal aku juga waktu itu berusaha untuk bertanggungjawab dan dia saja yang tidak mau," gumam Alisha dengan kesal.
***
Seperti biasa keluarga Adrian makan malam bersama dan juga ada Alisha di sana. Mereka duduk di tempat masing-masing dan mengambil nasi dan lauk mereka sendiri.
Alisha juga mulai mengambil nasi yang membuat ke dalam piring.
"Ada ya, seorang istri lebih mendahulukan diri sendiri dari pada suaminya terlebih dahulu," cuitan itu terdengar dari suara Agni yang sembari mengambilkan nasi untuk Erlangga. Agni jika tidak julid dalam satu hari maka bukan Agni namanya.
Alisha yang terlihat serba salah dan tidak melanjutkan lagi hal itu dan melihat ke arah sang mertua dengan mertua menatapnya sinis. Alisha pasti bertanya-tanya apa yang salah yang pernah dia lakukan.
"Kamu, jika belum siap menikah jangan sok-sokan ingin menikah. Kamu tidak tahu bagaimana cara melayani suami yang baik hah! bisa-bisanya kamu lebih mementingkan diri sendiri daripada melayani suami kamu terlebih dahulu dan baru kamu. Saya saja yang sudah puluhan tahun menikah masih melakukan hal itu dan kamu masih juga belum sampai hitungan bulan lebih mengutamakan perut kamu daripada perut suami kamu!" lanjut Agni lagi yang bicara to the point.
"Agni jika mengingatkan itu tidak perlu seperti itu dan kamu bisa berbicara baik-baik dan juga tidak harus pada saat makan seperti ini!" tegur Eyang.
"Baik-baik diingatkan, dia sama sekali tidak pernah mengerti. Apa yang aku lakukan sudah sangat jelas dan seharusnya dia bisa mencontoh. Bukan hanya tinggal di rumah ini saja. Tetapi mengikuti aturan dan kebiasaan di rumah ini!" tegas Agni.
"Maaf, Ma!" ucap Alisha yang langsung berdiri dan mengambilkan nasi ke piring Adrian.
Alisha sebenarnya mau melakukan hal itu. Dia juga tahu itu sudah kebiasaan di rumah itu di mana seorang istri yang melayani suaminya dalam setiap saat dan bahkan saat di meja makan.
Tetapi Alisha sudah diperingatkan Adrian untuk tidak melakukan tugas sebagai seorang istri menganggap biasa saja. Alisha benar-benar hidup serba salah di dalam rumah itu. Tidak hanya mengatasi suami yang melebihi sifat seperti anak kecil dan sekarang mengatasi mertua yang tidak tahu apa-apa dengan rumah tangganya dan terus saja menyalahkan dia.
Lihatlah bagaimana ekspresi wajah Adrian saat piring kosong itu diisi oleh sang istri. Dia tampak tidak suka dan walau dia tahu Alisha terpaksa melakukan hal itu.
"Bapak mau lauk apa?" tanya Alisha pelan.
"Bapak. Kak Adrian ini suami Kak Alisha atau orang tua Kak Alisha?" tanya Feny dengan dahi mengkerut yang memang sangat heran mendengar panggilan dari kakak iparnya itu.
Alisha menghela nafas kembali dan salah lagi atas apa yang dia katakan.
"Alisha apa kamu setiap hari memanggil Adrian seperti ini?" tanya Erlangga.
Wajah Adrian yang sudah semakin kesal dan bahkan mengepal tangan yang pasti celetukan yang keluar dari mulut Alisha akan di permasalahkan oleh keluarganya dan akan menjadi panjang.
"Saya terbawa dengan panggilan di rumah sakit. Lagi pula itu bukan hal yang harus di permasalahkan," jawab Alisha yang mencoba tenang untuk menjawab semua pertanyaan itu.
"Tapi kamu sudah menikah dengan Adrian dan kamu tidak wajar memanggil dengan sebutan bapak. Hal itu terlalu formal dan kalian berdua adalah pasangan suami istri dan bukan rekan kerja," sahut Eyang yang kurang setuju.
"Tapi pernikahan kami bukan berdasarkan..." suara Alisha sedikit meninggi dan sepertinya dia sangat lelah dengan situasi yang dia hadapi sampai tidak bisa mengontrol diri.
"Astagfirullah...." lirih Alisha menyadari apa yang barusan saja dia ucapkan dan bahkan mungkin orang-orang di meja makan itu cukup kaget saat mendengar suara Alisha.
"Maafkan saya. Saya baru saja menikah dan ini tidak biasa untuk saya. Kami menikah bukan berdasarkan persetujuan bersama dan saya tidak tahu harus memanggil apa dan itu membuat saya bingung. Jadi ini sudah yang nyaman bagi saya," ucap Alisha yang berusaha tenang memberikan alasan.
Mungkin jika pernikahan itu adalah pernikahan yang disetujui kedua belah pihak dan mungkin saja Alisha tidak akan memanggil suaminya dengan sebutan Bapak seperti di rumah sakit.
Bersambung