NovelToon NovelToon
Sumpah 100 Hari

Sumpah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: RatihShinbe

Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.

Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

Luna mengetuk pintu kamar Abel, jelas dia takkan membukanya.

"Pak, saya sudah hangatkan, saya pulang" ucap Luna kemudian pergi.

Abel mendengarkan suara pintu tertutup, dia masih menyesali tindakannya membuka baju dari ruang depan.

"Kenapa aku bodoh sekali! " gumamnya.

Sementara itu, Luna terus tertawa terbahak-bahak di rumahnya. Terpingkal hingga dia tak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya.

"Astaga...... setelah bertahun-tahun aku baru lihat dia bertingkah bodoh seperti itu" ucap Luna.

Kemudian muncul telpon dari Vera, Luna terdiam menatapnya. Dengan mengatur nafas, Luna menjawabnya.

"Ya sayangku.... ada apa? " ucap Luna seperti biasanya menjawab telpon dari sahabatnya itu.

"Benarkah? Gue masih jadi sahabat lu? " tanya Vera parau.

Luna mendengar dari suara nya, dia sedang mabuk.

"Lu mabok ya Ver? " tanya Luna meski tak butuh jawabannya.

"Gak, siapa yang bilang? " Vera mengelak.

"Lu dimana? " tanya Luna cemas.

"Di angkasa.....! " Vera benar-benar mabuk.

Luna mendengar suara lain di belakangnya, dia membulatkan mata mengetahui dimana Vera berada.

Luna bergegas menuju rumah Abel. Dia menekan bel berulang kali.

Abel yang sedang makan, hampir tersedak. Dia mengintip terlebih dulu, melihat Luna, dia mengerutkan dahinya.

"Paakkkk! " seru Luna.

"Sebentar.... ! Kau mau apa? " tanya Abel.

"Pinjam mobil! " seru Luna.

"Mau kemana malam-malam begini? " tanya Abel kemudian membuka pintunya.

"Vera.... dia ke jembatan" ucap Luna hampir menangis.

Abel bergegas membawa kunci mobil dan jaket, tapi dia melihat Luna polos hanya memakai piyama, dia kembali ke kamarnya membawa satu jaket lagi.

"Ini pakai! " ucapnya seraya ikut pergi.

"Aku sendiri juga bisa Pak" ucap Luna mengikuti dari belakang.

Kemudian menabrak punggung Abel karena berjalan sambil memakai jaket.

"Iya bisa menabrak siapa saja" ucap Abel kemudian menarik tangannya masuk ke lift.

Luna seperti anak kecil yang bersalah, menatap Abel yang memegangi tangannya.

#

Luna berlari menuju jembatan, dimana dia selalu mendengar pria berteriak tentang ikannya. Tapi dia tak menemukan Vera.

Dengan terengah-engah memberi kode pada Abel yang masih dibawah bahwa Vera tak di sana.

Luna naik ke pagar untuk melihat lebih jelas ke sisi lain dari sana. Kemudian, tak sengaja kakinya terpeleset, dia hilang keseimbangan dan hendak jatuh.

Tapi tangan Abel sigap meraih pinggangnya. Dia menarik Luna dan mereka jatuh bersamaan. Luna melihat tangan Abel, kali ini sangat jelas. Tangan yang sama yang menyelamatkan dia saat itu dan beberapa hari yang lalu.

Abel bangun, kemudian membersihkan pakaiannya.

"Kau ini...., bagaimana jika jatuh? Kenapa tidak berpikir sebelum naik ke pagar? " Abel kesal dan terus mencecarnya.

Luna bangun dan menatapnya dalam.

"Kamu.... " Luna menunjuk.

"Waahhh, sudah berani kamu panggil saya dengan kata kamu, pakai nunjuk segala lagi" Abel tak senang Luna mulai sok akrab.

"Kamu yang selamatkan aku saat itu? " lanjut Luna tanpa memperdulikan ucapannya.

Abel terdiam, sadar dengan apa yang sudah terjadi. Dia menghindari tatapan Luna.

Tapi Luna terus mendekat dan menunjuknya.

Abel mundur, dia mulai salah tingkah.

"Turunkan telunjuk mu itu, jangan mendekat aku semakin dekat dengan pagar" ucap Abel seolah takut.

"Iya kan? " ucap Luna lagi.

Abel menghela.

"Kamu ini bicara apa? Aku tidak paham" Abel mengelak.

Luna meraih tanganya yang ada bekas luka dengan cepat. Abel terkejut kemudian menarik tangannya agar terlepas dari Luna, mengingat bekas lukanya.

"Lepas! " pinta Abel.

Luna melepaskan dengan perlahan. Abel tak bisa mengelak lagi.

"Kenapa? " tanya Luna tanpa menatapnya.

Abel menatapnya, dia tak tahu harus mulai dari mana.

"Jadi, kita memang sudah pernah bertemu sebelum hari itu? " tanya Luna lagi.

Abel masih menata pikirannya untuk bicara dan mulai dari mana.

"Hari itu aku juga sedang ingin mengakhiri hidup ku" jawab Abel.

Luna terkejut kemudian menatapnya.

"Hmm, ya, hari itu, karena ayah dan ibu selalu membela Novel yang..... " Abel terdiam, mengingat semua ini adalah tentang dirinya.

Luna berusaha paham, dia kemudian berpaling agar Abel tak malu.

"Tapi kenapa bukannya ikut lompat, malah anda menarik saya? " tanya Luna.

"Hmm, tadi kamu nunjuk sambil panggil saya kamu bukan anda" ucap Abel mengungkit kesalahan nya.

Luna menatap tajam padanya, Abel paham, dia menjawabnya dengan salah.

"Ya, karena aku sadar, ternyata ...... " Abel berhenti.

"Apa? " Luna menunggu.

'Jembatan ini mengajak ku meninggalkan Clara dan bertemu dengan gadis pilihan Tuhan untukku' ucap hati Abel sambil menatap wajah Luna.

Tapi Abel menurunkan pandangannya.

"Jembatan ini sangat tinggi, jika bunuh diri di sini, aku bisa mati dengan wajah hancur, otak berceceran dimana-mana, darah..... "

"Ahhh, sudah cukup.... saya paham Pak, saya paham" Luna tak mau mendengar hal horor semacam itu.

Abel tersenyum akhirnya bisa lepas dari interogasi Luna tentang hari itu.

Kemudian ponsel Luna berdering.

"Vera...! " Luna membelalak kemudian menjawab.

Abel menunggunya.

"Ini teman gadis ini? " ucap seseorang di ujung telpon.

"Hah, apa maksudnya? " tanya Luna tak mengerti.

Abel mengambil ponselnya.

"Hallo! " jawab Abel.

"Gadis yang punya ponsel ini tertidur di kedai ku, aku mau tutup kedai" ucapnya.

Abel menghela.

"Baiklah, kami ke sana" jawab Abel.

Luna membulatkan matanya menunggu jawaban Abel.

"Kau ini dengar apa tadi pas ditelpon Vera? " tanya Abel hendak mengembalikan ponselnya tapi tak jadi karena bertanya.

"Pindahkan ikannya! " seru Luna seperti teriakan seorang nelayan yang sama di belakangnya.

Luna menunjuk ke arah mereka. Abel menepuk jidatnya.

"Astaga, ternyata kamu masih bodoh seperi dulu! " Abel memberikan ponselnya kemudian berjalan meninggalkan nya.

Luna tak mengerti, dia menyusul Abel dengan tergesa.

"Memangnya salah ya Pak? Vera dimana Pak? Dia ga bunuh diri kan? " Luna kesulitan membuka resleting jaket untuk menyimpan ponselnya.

Dia menabrak Abel lagi, tapi kali ini bukan punggungnya karena Abel berbalik.

Brukkk!

Abel memeluknya karena Luna seolah terpental dan hendak jatuh. Luna terkejut menatap Abel dari dekat.

Tapi kemudian mereka berdua tertawa sambil berpelukan.

"Kamu ini, aku ga habis pikir kenapa kamu nabrak terus? " ucap Abel kemudian melepaskan pelukannya.

Luna tersenyum merasa sangat bodoh.

"Maaf Pak ! " ucapnya seraya mengaitkan rambutnya ke telinga.

Mereka pun pergi ke kedai dimana Vera tertidur. Dan ternyata hanya beberapa ratus meter dari sana.

"Itu dia! " tunjuk Abel ke kedai terbuka, dan Vera tertidur di mejanya.

Luna dan Abel turun, kemudian mendekat.

"Semuanya 300ribu" ucap pemilik kedai.

Abel dan Luna saling menatap.

"Dia belum bayar? " tanya Abel mendelik ke arah Vera.

Luna tersenyum bodoh, dia merogoh saku piyamanya yang kosong.

Abel mendelik juga padanya, kemudian mengambil dompet dan membayar.

Luna mengaitkan tangan Vera ke bahunya, Abel melihat hendak membantu.

"Tidak perlu Pak, saya bisa, sudah biasa" ucap Luna.

Abel tersinggung, dia merasa Luna sudah terbiasa memapah seseorang terutama dirinya.

Abel mengencangkan sabuk pengamannya.

"Ke rumah Vera kan? " tanyanya memastikan dan siap untuk pergi.

"Boleh ke rumah kita saja? " Luna menatapnya memohon.

Abel terdiam kemudian bertanya.

"Rumah kita? " tanyanya.

"Maksudnya rumah ku" ucap Luna meralat, kemudian menghela dan tersenyum.

"Ok nyonya, pasang sabuk pengamannya. Aku sudah jadi seperti supir mu saja" keluh Abel.

"Loh, kan tadi saya bilang saya bisa bawa mobilnya sendiri Pak" Luna tak mau disalahkan.

"Sudah diam, akhir-akhir ini melawan terus, cerewet terus, katanya ga mau dipecat! " ucap Abel.

Luna berisyarat dengan menutup mulutnya seperti resleting. Abel tersenyum.

"Nah begitu kan cantik! " ucap Abel sembari belok menuju jalan raya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>>

1
tuteng supratman
semangat bikinnya
Ini cinta
nah loh
Aul soobin
semngt yaa
Shinbe: /Good/
total 1 replies
Ini cinta
lanjut
Ini cinta
hmmm begitu awalnya....
Ini cinta
🤦‍♀️pingsan terooos
Ini cinta
🤣🤣🤣
Ini cinta
/Facepalm/
Suka Baca
/Smile/
Ini cinta
selamatkan Luna!
Ini cinta
ada aja lucunya
Ini cinta
lanjut
Ini cinta
ini kek romcom yang pernah aku lihat
Ini cinta
Hadir thor, semangat banget bikin banyak novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!