Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEJUTAN UNTUK EMON
"Don, apakah benar ini rumahnya Emon?" Tanya Naomi penasaran.
"Benar, kenapa?"
"Rumahnya asri, banyak pepohonan."
"Mirip rumahmu, Meer." Naomi menyenggol sahabatnya yang tengah melamun.
"Meera!"
Naomi memanggil Ameera namun gadis itu tidak merespon.
"Ameera Chantika binti Ayah Reza Rinaldi!" Teriak Naomi.
"Naomi!"
"Kamu apa-apaan sih," ujar Ameera kesal.
"Dari tadi aku mengajakmu berbicara tapi diam saja, ada apa?" Ucap Naomi tak mau kalah.
"Maaf Nom, aku hanya sedikit melamun."
"Masalah Tuan Mark?" Bisik Naomi.
Ameera tidak menjawab, ia meremas telapak tangannya hingga memperlihatkan kuku jarinya memutih.
"Kita kesini untuk merayakan ulang tahun Emon, jadi tolong lupakan sejenak permasalahanmu dengan pria itu!"
"Aku janji, jika hari ini kamu menunjukan muka berseri besok saat jam makan siang kuajak traktir makan sepuasanya."
"Sungguh?" Tanya Ameera berkaca-kaca.
"Serius Meera!"
Naomi mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuh huruf V.
"Baiklah, besok kamu traktir aku makan sushi ya," Rengek Ameera.
"Apapun aku belikan, asalkan kamu hari ini tidak memikirkan suamimu."
"Hu'um."
Kini Ameera tersenyum, memperlihatkan cekungan di kedua sudut pipinya membuat gadis itu terlihat manis.
Donny hanya memperhatikan dari kursi kemudi karena Ameera dan Naomi berbicara lirih nyaris tak terdengar oleh indera pendengaran pria itu.
"Mau sampai kapan kalian bergosip di sini?" Tegur Donny.
Donny sudah bosan menunggu karena hampir sepuluh menit ia disisihkan, tak dianggap ada oleh kedua temannya. Pria itu merasa seperti obat nyamuk, tengah menjaga dua sejoli yang sedang berkencan.
"Kalau bisa sampai tahun depan, kenapa?" Jawab Naomi sewot.
"Astaga Nom, sejak tadi kuperhatikan ucapanmu mengandung cabai. Kamu sedang siklus?"
"Ih, ngaco kamu!"
"Sudah, ayo turun."
Naomi mengajak Ameera keluar mobil. Mereka bertiga berjalan memasuki halaman rumah dan bersiap memberikan kejutan untuk Emon.
Saat pintu rumah terbuka "Preew!" Suara terompet menggema dan mengagetkan Emon.
"Eh copot-copot, jantungku copot."
"Copot kemana Em?"
"Copot ke Kali Ciliwung!" Ucap Emon spontan.
"Ha-ha-ha!" Naomi tertawa terpingkal-pingkal karena sukses mengerjai temannya.
"Naomi!"
"Awas ya, akan kubalas nanti!"
Emon memasang wajah cemberut namun sedetik kemudian berubah. Pria itu tersenyum saat melihat Ameera membawa kue tart lengkap dengan lilin yang hampir padam.
"K-kalian kesini...."
Emon belum sempat menyelesaikan perkataannya tapi Donny sudah menyela.
"Memberikan kejutan untukmu, Em."
"OMG, aku sungguh terharu." Ucap Emon tersedu-sedu.
Rupanya Emon tersentuh hatinya melihat kejutan yang dari ketiga temannya.
"Cengeng!" Cibir Naomi.
"Dasar wanita barbar, kamu mengejekku?" Emon bertolak pinggang di depan Naomi.
"Mau ribut denganku? Sini, kalau berani."
"Baru aku cubit perutmu saja sudah menangis," ledek Naomi.
Ameera dan Donny menggelengkan kepala.
"Ada tamu rupanya."
Seorang wanita berusia empat puluh tahun muncul dari belakang tubuh Emon.
"Emon, kenapa tidak diajak masuk."
"Tante," ucap Ameera, Naomi dan Donny bersamaan.
Ketiga mahasiswa itu mencium punggung tangan Mama Emon bergiliran.
"Teman kuliah Emon?"
"Benar tante."
"Ayo masuk."
Mama Emon mempersilakan ketiga teman putranya masuk ke dalam rumah.
Mereka duduk di sofa panjang. Ameera duduk tepat di samping Naomi, Donny duduk di sebelah kiri Ameera. Sementara Emon dan Mamanya duduk di sebelah kanan Ameera.
"Maaf ya tante, kami datang tanpa memberitahu dulu." Ucap Donny memulai pembicaraan.
"Tidak apa-apa nak."
"Ma, kenalkan ini teman kelompok magang Emon."
"Itu Donny, Ameera dan Naomi."
"Naomi, musuh bubuyutan kamu?"
"Ma!" Tegur Emon.
Naomi mendelik ke arah Emon, menatap pria itu dengan tatapan membunuh dan seakan-akan siap menerkam kapan saja.
Sialan, pria itu menceritakan apa saja pada mamanya? Tunggu, tadi beliau menyebutkan musuh! Awas kamu Em, kubalas nanti. (Naomi)
"Tante, kami kesini ingin merayakan ulang tahun Emon. Memang sih kecil-kecilan tapi...."
"Tante malah berterima kasih sekali pada kalian karena sudi datang kesini dan memberikan kejutan untuk Emon."
Mama Emon mengusap-usap rambut Emon penuh kasih sayang.
Emon menatap wajah mamanya haru.
"Bagaimana kalau kita tiup lilinya?"
"Benar, mana koreknya?"
Donny mengeluarkan korek gas dari dalam tas.
Ameera, Donny, Naomi dan Mama Emon menyanyikan lagi selamat ulang tahun disertai tepuk tangan. Emon menggelengkan kepala ke kanan dan kiri mengikuti irama.
"Make a wish dulu Em," ujar Donny.
Kemudian Emon menangkupkan kedua tangan, membuat permohonan sebelum akhirnya ia meniup lilin hingga padam.
~Hore~
Suara tepuk tangan menggema dan mereka larut dalam suka cita perayaan pesta ulang tahun Emon. Mama Emon memotong kue tart dan membagikannya kepada Ameera dan teman-teman.
"Em, ini untukmu."
Naomi mengeluarkan tiga bingkisan kado yang sudah dibungkus kertas kado berwarna merah jambu, warna kesukaan Emon.
"Merepotkan kalian," ucap Emon haru.
Sudut matanya mengeluarkan bening kristal dan perlahan jatuh ke pipinya.
"Kalian begitu perhatian, terima kasih banyak nak."
Mama Emon ikut terharu atas perhatian yang diberikan oleh teman-temannya Emon.
"Sama-sama tante."
"Ayo, dimakan lagi kuenya."
"Emon, setelah dari sini kami mau ke rumah sakit membesuk Mamanya Barra. Kamu mau ikut?" Tanya Ameera disela-sela menikmati kue tart.
Mama Emon melirik ke arah putranya, meminta penjelasan pada anaknya.
Emon mengerti maksud mamanya dan segera menjelaskan "Barra teman magang Emon juga ma. Tiga hari lalu, kami mendengar bahwa mamanya dirawat di rumah sakit dan rencananya hari ini mau membesuk beliau." Ucap Emon panjang lebar.
"Oh." Mama Emon ber "oh" ria.
"Boleh ma?"
"Kenapa tidak boleh, Barra temanmu juga jadi kalau mau pergi silakan saja."
"Kebetulan siang nanti mama akan ada arisan dan pulang sore."
"Ya sudah, Emon ikut mereka kalau begitu."
Ameera melihat pemandangan di depan matanya merasa takjub akan sosok Mama Emon. Wanita paruh baya itu begitu mencintai putranya, memberikan kasih sayang dan perhatian penuh untuk Emon.
Emon sejak kecil memang berlagak layaknya seorang anak gadis. Ia menyukai boneka dan memiliki hobi memasak karena sebab itulah Papa Emon memilih meninggalkan istri dan anaknya karena tidak tahan melihat peringai anak laki-lakinya. Papa Emon menikah lagi dengan seorang janda beranak satu dan pergi meninggalkan Emon beserta mamanya.
Setelah berpisah, Mama Emon memilih hidup menjanda, tidak ingin menikah untuk kedua kali karena ia takut kejadian dulu terulang lagi.
Papa Emon seolah-olah melupakan keberadaan mereka berdua, ia terlalu asyik dengan keluarga baru hingga melupakan Emon. Pria itu tidak memberikan uang untuk biaya sekolah Emon. Untung saja Mama Emon memiliki usaha katering hingga bisa membiayai kehidupan sehari-hari dan biaya kuliah Emon.
"Aih, tante hampir lupa membuatkan minuman untuk kalian. Tunggu sebentar ya."
Mama Emon beranjak dan berjalan ke dapur, membuatkan sirup rasa cocopandan untuk ketiga teman anaknya.
"Em, kalian tinggal berdua saja?"
"Papaku sudah mati!" Jawabnya ketus.
"Hush, tidak baik mendo'akan hal jelek untuk papamu." Tegur Mama Emon.
"Tante, maaf ya Naomi sedikit penasaran."
Naomi merasa tak enak hati karena pertanyaanya terdengar oleh Mama Emon. Hatinya diselimuti rasa keingintahuan, pasalnya sedari tadi gadis itu tidak melihat sosok pria di rumah itu bahkan fotonya pun tidak terpajang di dinding.
"Tante dan papanya Emon sudah lama bercerai. Mungkin sekitar sepuluh tahun-an."
Mama Emon meletakan empat gelas kaca berukuran 15 cm ke atas meja.
"Maaf, Naomi tidak bermaksud mengorek informasi pribadi keluarga tante," Naomi mengigit bibir bawahnya. Ia merasa bersalah karena membuat Mama Emon kembali mengingat masa lalunya.
"Tidak masalah. Sudah ayo, diminum dulu sirupnya. Kalian pasti haus kan."
Akhirnya Ameera, Donny dan Naomi meneguk sirup dingin buatan Mama Emon.
.
.
.
.
.
Jangan lupa likenya ya kak. ❤
"Selamat Menikmati"