NovelToon NovelToon
Sekedar Menjadi Ibu Sambung

Sekedar Menjadi Ibu Sambung

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mommy Ghina

“Kamu harus bertanggungjawab atas semua kelakuan kamu yang telah menghilangkan nyawa istriku. Kita akan menikah, tapi bukan menjadi suami istri yang sesungguhnya! Aku akan menikahimu sekedar menjadi ibu sambung Ezra, hanya itu saja! Dan jangan berharap aku mencintai kamu atau menganggap kamu sebagai istriku sepenuhnya!” sentak Fathi, tatapannya menghunus tajam hingga mampu merasuki relung hati Jihan.

Jihan sama sekali tidak menginginkan pernikahan yang seperti ini, impiannya menikah karena saling mencintai dan mengasihi, dan saling ingin memiliki serta memiliki mimpi yang sama untuk membangun mahligai rumah tangga yang SAMAWA.

“Om sangat jahat! Selalu saja tidak menerima takdir atas kematian Kak Embun, dan hanya karena saat itu Kak Embun ingin menjemputku lalu aku yang disalahkan! Aku juga kehilangan Kak Embun sebagai Kakak, bukan Om saja yang kehilangan Kak Embun seorang!” jawab Jihan dengan rasa yang amat menyesakkan di hatinya, ingin rasanya menangis tapi air matanya sudah habis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di antara pintar dan bodoh

"Ck ... disuruh ke ruang kerja! Mau ngapain? Mau bicara, jangan-jangan dia mau kasih list berbagai peraturan di rumah ini! Atau kayak di novelnya Mommy Ghina si prianya kasih surat perjanjian pernikahan kontrak. Ck ... siapa takut, bakal Jihan ikutin semua yang dia pinta deh, mau jungkir balik ke kolong tempat tidur juga boleh. Asal jangan dia berani-berani minta anu-anuan sama Jihan!” ngerundel sendiri Jihan, sembari mengeluarkan bawaannya dari koper ke dalam lemari dengan gerakkan slow motion, menurut dia buat apa buru-buru merapikan, lagi pula ruang kerja milik Fathi tidak pindah keluar rumahkan. Ish si Jihan cari perkara baru sama suami galaknya.

Sengaja sekali Jihan melama-lamakan merapikan bajunya, kemudian setelah selesai bukannya bergegas ke ruang kerja justru dia merebahkan dirinya ke atas ranjang ukuran single tersebut sembari menscroll ponselnya. Padahal di ruang kerja, Fathi sudah menunggunya hampir satu jam, wajahnya pun mulai tak sedap dipandang.

“Non Jihan!” suara ketukan pintu berulang kali bersamaan dengan suara orang memanggil, membuat Jihan menolehkan wajahnya ke arah pintu kamarnya.

“Non Jihan!” kembali namanya dipanggil.

Jihan mendesah, “Ya ... tunggu sebentar,” jawab Jihan, tubuhnya yang sudah posisi weenak terpaksa diangkat bergerak membuka pintu.

“Eh Bik Murni, ada apa?” tanya Jihan sembari menahan rasa ingin menguapnya.

“Anu itu Non Jihan, dicariin sama Bapak ... diminta ke ruang kerjanya sekarang,” pinta wanita paruh baya tersebut.

“Oh ....” hanya ber-O saja si Jihan, netranya melirik ke arah luar kamarnya.

“Iya Non, cepetan ya Non ... kayaknya Bapak lagi marah besar. Bibi jadi agak takut lihatnya,” pinta Bik Murni.

“Ya nanti Jihan ke sana, Bik Murni nanti bilang aja sama bapak, marahnya dikecilin aja gak usah yang besar-besar, soalnya mubazir juga gak ada yang mau terima marahnya,” timpal Jihan dengan santainya, dan sudah tentu bikin Bik Murni tercenung. Dia aja udah ketar-ketir lihat majikan marah-marah, lah ini yang ditunggu malah gayanya sangat santai.

“Kalau begitu Bibi permisi dulu ya Non,” pamit Bik Murni mau konfirmasi kembali ke majikannya.

“Makasih  ya Bik Murni,” jawab Jihan melambaikan tangannya, lalu kembali menutup pintu kamarnya. Bukannya nyamperin suaminya, gadis itu malah merebahkan dirinya kembali.

Sekitar 10 menit kemudian, pintu kamarnya kembali terketuk tapi ini bukan ketukan biasa, tapi menggedor pintu seakan pintu kamar tersebut terkunci dari dalam.

“Astaga ... bisa gak sih gak ngedor-ngedor pintu. Jihan dengar kok, telinganya masih nyaring dengarnya ini!” sahut Jihan dari dalam kamarnya, dan sangat terpaksa dia kembali bangkit dari rebahan dan melangkah malas membukakan pintu.

“Astagfirullah,” Jihan berjingkat kaget saat melihat sosok yang menakutkan sudah berdiri dengan gagahnya, salah satu tangannya sudah berkacak pinggang, netra yang berwarna hitam kelam itu membulat secara sempurna ditemani dengan kedua alis hitam itu menjulang naik ke udara.

“Eh ... ada Om Dokter,” ucap Jihan nyengir kuda, merasa gak berdosa.

“Telinga masih nyaring buat dengar ... hem?” tanya Fathi menaikkan nada suaranya satu oktaf.

“Hihi ... iya Om Dokter masih nyaring dengan jelas,” jawab Jihan dengan wajah polosnya.

“Mengaku masih nyaring tapi sudah dipanggil sama Bik Murni gak datang juga!” sentak Fathi mulai terlihat emosi.

“Oh itu anu ... Om Dokter, tadi mendadak telinga Jihan agak budek sedikit jadi gak engeh kalau disuruh ke ruang kerja,” balas Jihan dengan santainya dan tak ada rasa takutnya dengan mantan kakak ipar.

Pria dewasa itu mendengkus kesal dengan mantan adik iparnya, yang mampu membuat dirinya marah, padahal selama menikah sama Embun dia tidak suka marah-marah, justru sangat lembut dan penyayang.

“Ikut aku!” Meninggi suara Fathi.

“Ikut ke mana Om Dokter?” tanya Jihan dengan tatapan yang pura-pura bodoh.

Fathi berdecap kesal. “Kamu itu sebenarnya bodoh atau pintar! Sejak tadi kamu sudah dengarkan aku nyuruh kamu apa, ini sudah satu jam lebih aku menunggu!” Sudah membentak ditambah raut wajahnya terlihat galak.

“Di antaranya sih Om, terkadang pintar terkadang bodoh, jadi Om Dokter mau yang mana tinggal pilih salah satunya,” jawab Jihan nyeleneh.

Fathi mulai meradang dengan istri barunya itu, dia pun maju satu langkah agar lebih dekat dengan posisi Jihan, sementara Jihan yang melihat pergerakan kaki suaminya, dia agak melangkah mundur juga sembari pasang kuda-kuda. Kali aja pria itu mau berbuat khilaf, jadi dia sudah siap mengeluarkan jurus taekwondonya.

“Aku tidak bercanda Jihan, aku serius!” seru Fathi sudah habis kesabarannya, dicekallah pergelangan tangan Jihan kemudian diseretnya gadis itu secara paksa untuk mengikuti langkah kakinya.

“Om, Jihan mau dibawa kemana! Jihan gak mau!” Jihan pura-pura menolak sambil menjulurkan lidahnya di balik punggung suaminya tersebut.

“Diam, gak usah banyak cincong!” sentak Fathi tanpa menolehkan wajahnya ke belakang.

“Udah galak, ternyata tukang paksa! Ya Allah ... Kak Embun, ternyata sikap suaminya jauh berbeda sekali. Kenapa Jihan baru tahu,” Jihan ngedumel sendiri dan membiarkan suaminya menarik dirinya menuju ruang kerja yang ada di lantai satu. Dan pria itu sangat jelas mendengar ucapan Jihan.

BRAK!

Fathi membanting pintu ruang kerjanya saat menutupnya, sampai Jihan kembali berjingkat saking kagetnya.

“Kayaknya kalau kelamaan tinggal di sini bisa jadi pasien dokter spesialis jantung, hobi banget banting pintu mentang-mentang orang kaya,” gumam Jihan sembari  melirik daun pintu yang terbuat dari kayu jati.

Pergelangan tangan yang sempat dicekal oleh Fathi dihempaskannya dengan kasar seakan tangan Jihan benda mati.

“Sudah cukup ngedumel sendiri!” sentak Fathi, dia berdiri di hadapan istrinya dengan tatapan nyalangnya.

Jihan agak mendongakkan wajahnya lalu menatap santai mantan kakak iparnya itu. “Sebenarnya sih belum selesai. Tapi udah keburu ditanya sama Om Dokter,” jawab Jihan masih tenang, lalu dia menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas sofa yang sangat empuk. Ini sofa pasti harganya mahal sekali pikir Jihan saat merasakan kelembutan ketika duduk.

“Siapa yang nyuruh kamu duduk!” sentak Fathi.

Bergegaslah Jihan bangkit dari duduknya. “Oh gak boleh duduk di sini ya, Om Dokter?” Jihan mengedipkan netranya, lalu mengusap sofa bekas duduknya takut ada kotoran yang menempel di sana.

Lantas, Jihan kembali bergerak menjatuhkan bobotnya duduk di atas permadani, duduk bersila. Dan Fathi menarik napasnya dengan kasar.

“Siapa yang nyuruh kamu duduk, Jihan Aisha!” seru Fathi suaranya naik dua oktaf, mau naik empat oktaf bisa-bisa semua asisten rumah tangganya ke ruang kerjanya.

Dengan gerakkan tenang, Jihan menengadahkan wajahnya. “Tadi Jihan duduk di sofa gak boleh, terus duduk di atas karpet gak boleh juga. Terus Jihan bolehnya duduk di mana? Apa di pangkuan Om Dokter duduknya?” tanya Jihan, netranya mengerjap-ngerjap hingga berulang kali.

Tergidiklah Fathi melihat tingkah mantan adik iparnya itu, percuma aja dia marah-marah sama anak manja, ambyar sudah emosinya kebuang begitu saja. “Cih ... siapa juga yang mau pangku dia, amit-amit!” batin Fathi kesal.

“Berdiri di sana, dan dilarang duduk sebelum aku suruh kamu duduk!” perintah Fathi menunjuk ke arah pojokkan ruang kerjanya.

 Bersambung ... ✍🏻

 

1
Badai Z
🤣🤣🤣modus papa fathi tuh.. dari tadi dia udah bangun kali ya tp pura-pura tidur
Imoy
katanya Jihan bisa taekwondo.. kenapa g dipraktekkin..
Badai Z
widih itu ayah dan anak sama licik dan picik... udah tau nggak disukai fathi masih aja... nggak tau diri mereka 😇😇😇😇
Badai Z
siapa lg tuh yg ngikutin mereka??? kinan kah???
Badai Z
😄😄😄😄
Badai Z
gemeush ih ama klakuan ezra🤣🤣🤣🤣
Badai Z
ada ada ezra... km bukan bantuin papa km malahan buka aibnya.... kira kira jihan kluar tanduk'a nggak ya??? 🤣🤣🤣🤣
Desi Puspitasari
ada yg terbakar TPI bukan api
Badai Z
syedih liat ezra kya gitu
Desi Puspitasari
dasar ulet
Desi Puspitasari
bibit" ulet keket😂
Desi Puspitasari
udah mulai mengandung bawang
Desi Puspitasari
baru nyaho kau pak dokter😂😂
Desi Puspitasari
bagus Jihan jgn lembek
Desi Puspitasari
🤣🤣🤣lucu nih si om
Desi Puspitasari
aduh jgn galak" bang tar jatuh cintrong😂
Desi Puspitasari
seru nih
Badai Z
☺☺☺☺
Badai Z
nyesel kan loe???? lagian si marah marah mulu kerjaan'a... emosian bgt udah kl ngomong selalu nyalahin dan nyakitin jihan lg....
Badai Z
fathi yg aneh.... knpa lg dia bgtu???
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!