Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Setahun telah berlalu sejak Bagas dan Siti menyerahkan Red-Eye Detective Agency kepada Armand dan tim barunya. Meski kini mereka hidup lebih tenang di sebuah desa kecil di pinggir kota, hati mereka tetap terikat pada misi keadilan yang pernah mereka jalani. Mereka berdua tetap saling bertukar cerita, berbagi kenangan masa lalu, dan sesekali menerima kabar dari Armand yang kini memimpin tim Red-Eye dengan dedikasi yang tinggi.
Suatu sore yang tenang, saat Bagas tengah menyesap teh di beranda rumah, ponselnya berdering. Di layar, nama Ratna, jurnalis yang dulu membantu mereka mengungkap Bayangan, muncul. Ratna terdengar panik, seolah-olah ada sesuatu yang mendesak.
“Bagas, maaf mengganggu. Aku harus bertemu denganmu… Ada sesuatu yang harus kau lihat,” ucap Ratna dengan suara penuh ketegangan.
Bagas, yang belum pernah mendengar nada cemas seperti ini dari Ratna, langsung merasa ada sesuatu yang serius. Tanpa berpikir panjang, ia mengiyakan permintaan Ratna. Setelah menutup telepon, ia menatap Siti yang tengah memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu.
“Ada apa, Pak?” tanya Siti, mencoba membaca ekspresi di wajah Bagas.
“Ratna. Dia ingin kita bertemu, secepatnya. Sepertinya ada sesuatu yang penting… sesuatu yang mungkin terkait dengan masa lalu kita,” jawab Bagas, matanya berkilau dengan keinginan untuk mencari tahu.
Tanpa membuang waktu, mereka bersiap dan segera berangkat untuk menemui Ratna di tempat yang mereka sepakati, sebuah kafe kecil di pusat kota.
---
Petunjuk Baru
Sesampainya di kafe, Ratna menunggu di meja pojok, wajahnya tegang dan sesekali menoleh ke sekitar, seolah-olah memastikan tidak ada yang mengikuti. Begitu Bagas dan Siti duduk, Ratna segera membuka laptopnya dan menunjukkan sebuah artikel berita yang baru saja diterbitkannya secara anonim.
“Lihat ini,” ujar Ratna sambil menunjuk judul artikel tersebut: “Bayangan Baru: Organisasi Misterius Mulai Muncul di Kota”. Artikel itu memuat serangkaian kejadian mencurigakan yang terjadi di sekitar kota, mulai dari pertemuan rahasia hingga aktivitas ilegal yang mengingatkan pada operasi lama jaringan Bayangan.
“Beberapa bulan terakhir, aku menemukan beberapa petunjuk bahwa beberapa anggota lama Bayangan masih aktif. Mereka seperti… bayang-bayang yang tak hilang,” jelas Ratna, suaranya penuh ketegangan.
Siti membaca artikel itu dengan teliti. “Tapi Bukankah Bayangan sudah sepenuhnya dibubarkan? Adrian sudah ditangkap, dan semua tokoh utama sudah diadili.”
Ratna menggelengkan kepala. “Mungkin tidak sesederhana itu. Ada banyak lapisan dalam organisasi sebesar Bayangan, dan mungkin, bahkan saat Adrian berkuasa, ada orang lain yang mengatur di balik layar. Orang ini, sosok yang baru, menyebut dirinya Sang Bayang II.”
Mendengar itu, Bagas merasa merinding. “Sang Bayang II? Ini bisa jadi ancaman baru, lebih besar dari apa yang kita duga.”
---
Jejak di Balik Layar
Setelah mendiskusikan temuan Ratna, Bagas dan Siti sepakat bahwa ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Mereka meminta Ratna untuk memberikan semua informasi tambahan yang ia miliki tentang aktivitas yang mencurigakan tersebut.
Malam itu, setelah kembali ke rumah, Bagas dan Siti menganalisis petunjuk-petunjuk yang mereka peroleh. Salah satu lokasi yang disebutkan dalam laporan Ratna adalah sebuah gudang tua di pinggir kota, yang pernah menjadi tempat pertemuan rahasia Bayangan.
“Kita harus menyelidiki gudang itu, Pak. Mungkin ada petunjuk yang tertinggal, sesuatu yang bisa mengarahkan kita pada Sang Bayang II,” ujar Siti dengan tekad kuat.
Bagas mengangguk, menyadari bahwa mereka mungkin harus terjun kembali ke medan yang penuh bahaya. “Benar, Siti. Jika Bayangan belum sepenuhnya hilang, maka tugas kita belum selesai.”
---
Penyelidikan di Gudang Tua
Malam berikutnya, dengan membawa perlengkapan penyelidikan mereka, Bagas dan Siti menyelinap menuju gudang tua yang disebut dalam laporan. Tempat itu tampak sunyi, dikelilingi oleh bayangan malam yang membuat suasana semakin mencekam. Mereka berdua berjalan perlahan, berusaha tidak menarik perhatian.
Begitu mereka masuk, mereka menemukan tanda-tanda aktivitas baru—bekas jejak kaki, sisa-sisa peralatan elektronik, dan beberapa dokumen yang tampaknya belum lama ditinggalkan. Di salah satu sudut, mereka menemukan papan tulis besar yang penuh dengan coretan, peta kota, dan catatan singkat yang berisi nama-nama serta kode-kode yang tidak mereka kenal.
“Pak, lihat ini… sepertinya ini semacam rencana operasi,” bisik Siti sambil menunjuk catatan yang tertempel di papan.
Bagas membaca catatan itu dengan cermat, mencoba memahami pola dari setiap kode dan nama yang tertera. Di pojok papan, ada satu catatan yang menarik perhatiannya: “Fase 2 dimulai pada bulan depan.”
“Fase 2?” gumam Bagas dengan nada bingung. “Mungkin ini rencana lanjutan dari Bayangan yang tidak sempat dijalankan saat Adrian masih berkuasa.”
Siti menatap Bagas dengan mata penuh kewaspadaan. “Artinya, kita hanya punya waktu sedikit untuk menghentikan mereka.”
---
Kembali ke Garis Depan
Setelah malam itu, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa mengabaikan ancaman yang baru muncul ini. Keesokan harinya, mereka kembali ke kantor Red-Eye Detective Agency dan menceritakan semua yang mereka temukan kepada Armand dan tim barunya. Armand, yang selama ini mendengar cerita tentang Bayangan dari Bagas dan Siti, tampak terkejut namun juga bersemangat.
“Kami akan membantu kalian dalam penyelidikan ini,” ucap Armand dengan penuh keyakinan. “Tim Red-Eye siap untuk menghadapi apa pun.”
Bagas dan Siti tersenyum, merasa bangga melihat dedikasi Armand dan timnya. Meski mereka telah meninggalkan tugas operasional sehari-hari, mereka tahu bahwa panggilan untuk menumpas kejahatan ini masih ada, dan kali ini, mereka memiliki lebih banyak orang di sisi mereka.
“Kita akan bekerja sama, Armand,” ujar Bagas. “Bayangan ini mungkin lebih berbahaya, tapi kita juga lebih kuat sekarang.”
---
Langkah Awal untuk Menghentikan Bayangan Baru
Dengan bantuan dari Armand dan tim Red-Eye yang baru, Bagas dan Siti mulai menyusun rencana untuk menyelidiki jaringan yang tersisa. Mereka membagi tugas, mengatur tim untuk memantau lokasi-lokasi yang dicurigai, dan mengumpulkan lebih banyak informasi tentang aktivitas Sang Bayang II.
Namun, mereka sadar bahwa ini bukanlah tugas yang mudah. Jika benar ada sosok baru yang mengendalikan sisa-sisa Bayangan, maka mereka harus berhati-hati agar tidak jatuh dalam perangkap yang lebih dalam.
“Kita pernah mengalahkan Bayangan, Siti. Dan kita akan melakukannya lagi,” ucap Bagas dengan tekad penuh.
---
Semangat.