Aydin terhenyak, dunianya seakan tiba-tiba runtuh saat seorang gadis yang bahkan dia tak tahu namanya, mengaku sedang hamil anaknya.
Semua ini berawal dari sebuah ketidak sengajaan 3 bulan yang lalu. Saat diacara pesta ulang tahun salah satu temannya, dia menghabiskan malam panas dengan seorang gadis antah brantah yang tidak dia kenal.
"Kenapa baru bilang sekarang, ini sudah 3 bulan," Aydin berdecak frustasi. Sebagai seorang dokter, dia sangat tahu resiko menggugurkan kandungan yang usianya sudah 3 bulan.
"Ya mana aku tahu kalau aku hamil," sahut gadis bernama Alula.
"Bodoh! Apa kau tak tahu jika apa yang kita lakukan malam itu, bisa menghasilkan janin?"
"Gak udah ngatain aku bodoh. Kalau Mas Dokter pinter, cepat cari solusi untuk masalah ini. Malu sama jas putihnya kalau gak bisa nyari solusi." Jawaban menyebalkan itu membuat Aydin makin fruatasi. Bisa-bisanya dia melakukan kesalahan dengan gadis ingusan yang otaknya kosong.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SUDAH MULAI JATUH CINTA
"Alula," seru Mama Nara yang muncul dari dalam. Mendengar itu, Alula segera melepaskan pelukannya. Bi Nur memberitahu tentang kedatangan Alula pada Mama Nara.
Mama Nara tampak terkejut melihat kondisi Alula. Dan koper besar yang ada didekat pintu, seakan menjelaskan apa yang terjadi pada gadis malang itu. "Ayo ikut Tante, mandi dulu terus ganti baju." Alula menurut saat Mama Nara membawanya ke sebuah kamar. Sementara Aydin berjalan dibelakang mereka sambil membawakan kopernya. "Ini kamarnya Leen, adiknya Aydin," ujar Mama Nara. Wanita itu lalu membuka kamar mandi dan menyiapkan handuk. "Mandi air hangat, biar gak kedinginan." Alula mengangguk, membuka koper untuk mengambil baju ganti, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Dia merasa sangat beruntung, setidaknya masih ada keluarga yang mau menampungnya.
Saat keluar dari kamar mandi, Alula mendapati Mama Nara masih ada didalam kamar tersebut. "Tante, sa_"
"Aydin sudah cerita sama Tante." Mama Nara menghampiri Alula lalu memegang kedua tangannya. "Maaf ya sayang, gara-gara anak Tante, kamu jadi diusir dari rumah."
Alula menggeleng cepat dengan mata berkaca-kaca. "Tante gak perlu minta maaf. Mas Dokter gak salah kok, tapi memang Mama Lula saja yang gak sayang sama Lula," air mata gadis itu mulai meleleh.
"Eh..gak boleh ngomong gitu. Semua orang tua itu sayang sama anaknya, termasuk Mama Lula." Mama Nara menyeka air mata Alula dengan ibu jarinya.
"Enggak," Alula menggeleng cepat. "Tante gak kenal sama Mama Lula, Mama gak sayang sama Lula." Dari kecil, Alula sudah bisa merasakan itu. Perlakukan mamanya padanya dan pada Eliza, sangat berbeda. Tak seperti Eliza yang sering dipuji, dikasih hadiah, bahkan disuapi saat makan, dia sama sekali tak pernah merasakan itu. Saat ada acara di sekolah, tak pernah sekalipun mamanya mau datang. Entah apa salahnya, hingga mananya sebenci itu padanya.
"Ya udah, Alula makan dulu gih. Pasti laparkan? Tante gak mau Lula sampai sakit, apalagi sedang hamil."
Alula terharu dengan perhatian Mama Nara. Orang lain saja, bisa sesayang ini padanya, tapi kenapa mamanya tidak.
Mereka berdua lalu turun kebawah. Dimeja makan, ternyata sudah ada Aydin yang menungunya. Beberapa hidangan juga sudah tersedia.
"Maaf ya Mbak, makanannya sudah habis buat makan malam tadi. Jadi cuma tinggal kare ayam doang. Terus sama bibi ditambahin telur dadar. Gak papakan?" ujar Bi Nur sambil meletakkan segelas teh hangat.
"Ini sudah lebih dari cukup kok, Bi," ujar Alula. Dia cukup tahu diri.
Aydin menarikkan kursi untuknya, membuat dia seketika was-was bakal diperingatin jangan makan banyak-banyak kayak tadi siang.
"Ya udah, Tante tinggal dulu," pamit Mama Nara. "Kamu makan ditemenin Bang Ay. Nanti malam, tidur di kamar Leen."
"Makasih, Tante."
Setelah Mama Nara pergi, Alula segera menyeruput teh hangat didepannya. Badannya seketika terasa hangat, nyaman sekali. Namun saat hendak mengambil makanan, dia menoleh dulu kearah Aydin yang duduk disebelahnya.
"Ngapain lihat aku? Gak sedang minta diambilinkan?"
Alula menggeleng cepat lalu mengambil makanan. Sengaja dia mengambil nasi sedikit karena takut dimarahi. Dia juga hanya mengambil sepotong telur dadar, sungkan mau mengambil ayam.
"Yang banyak makanannya," ujar Aydin.
"Emang boleh?"
Aydin menghela nafas lalu mengambil sepotong ayam dan menaruh diatas piring Alula. Tak lupa mengambil sedikit kuah dan menyiramkan diatas nasi. "Nasinya mau nambah gak?"
Alula masih tercengang. Benarkah ini Mas dokter calon suaminya? Tapi kenapa cepat sekali berubah, tadi siang jelas-jelas melarang makan banyak.
Tanpa menunggu persetujuan Alula, Aydin menyendok nasi, meletakkan diatas piring gadis itu. Kenapa rasanya dia kasihan sekali melihat wanita yang sedang mengandung anaknya seperti orang kekurangan makan.
"Kenapa ya Mas, sejak hamil, aku makannya jadi banyak?"
"Itu karena nutrisinya untuk 2 orang. Kamu dan anak kamu."
"Anak kamu?" Alula mengerutkan kening. Raut wajahnya menunjukkan keberatan atas kalimat Aydin barusan.
"Anak kita maksudnya," ralat Aydin.
Alula langsung tersenyum. Menurutnya, kalimat itu lebih cocok dan enak didengar.
"Mas, kayaknya aku udah mulai jatuh cinta deh sama kamu." Aydin langsung mengernyit mendengar kalimat Alula. "Kamu tahu gak sejak kapan?" Aydin hanya diam saja. Dia mulai canggung dengan bahasan ini. Cukup banyak wanita yang mencoba mendekatinya, namun hanya Alula yang berani ngomong seterus terang ini. "Sejak kamu menggosok rambutku tadi," ujarnya sambil tersenyum.
Bukannya baper, Aydin malah syok lalu memutar bola matanya malas. "Dasar ABG labil. Digosokin rambutnya doang, langsung jatuh cinta. Jangan-jangan kalau dikasih nilai 100 sama guru, kamu juga bakalan langsung jatuh cinta."
Alula menggeleng cepat. Mulutnya penuh dengan nasi, terpaksa menunggu hingga tertelan semua baru bicara. "Enggak mungkin."
"Kenapa?"
"Karena guru disekolah Lula, gak ada yang cakep kayak Mas dokter." Aydin hanya bisa nyengir mendengar jawaban Alula. "Mas dokter udah cinta belum sama Lula?"
"Enggak," sahut Aydin cepat.
"Bukan enggak, tapi belum," ralat Alula. "Suatu saat nanti, Mas dokter pasti bucin sama Lula."
"Sok tahu."
"Bukan sok tahu, tapi_"
"Buka mulut kamu," potong Aydin. Seperti dihipnotis, Alula langsung menurut, membuka mulutnya dengan lebar. Dan seketika, sepotong telur dadar masuk kedalam mulutnya, membuat dia langsung melotot. "Jangan banyak bicara, buruan habiskan makanan kamu. Kalau enggak, aku suruh Bi Nur membereskan semua ini."
Alula menggeleng sambil memegangi piringnya, takut benda itu akan diambil darinya. Mengambil telur dadar yang menyumpal mulutnya lalu meletakkan diatas piring. Meski tadi Aydin mengambil telur itu langsung pakai tangan, dia tak jijik untuk memakannya. "Mas Dokter, tangannya bersihkan?" tanyanya sambil mamasukkan telur yang telah dia potong kedalam mulut.
"Bersih, tapi habis dipakai ngupil tadi."
Sontak saja, Alula berhenti mengunyah dan matanya membulat sempurna. "Becanda. Aku itu orang paling bersihan dirumah ini."