Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlakuan Manis penuh Misteri
Tidur Diana malam ini terasa nyenyak, ia merasakan kembali kehangatan, perlakuan baik serta sentuhan yang memabukkan dari suaminya.
Dia sampai melupakan kejadian kemarin yang membuatnya terus bersedih. Tapi pagi ini, dirinya terlihat ceria kembali. Senyummu terus mengembang dengan harapan rumah tangganya baik-baik saja.
Kata cinta, perlakuan hangat serta lembut, perhatian kecil yang suaminya berikan mampu meluluh lantahkan perasaan yang sempat terluka. Rasa cinta yang begitu besar kepada suaminya seakan mengalahkan sakit yang telah Danu torehkan.
Diana mencoba membangunkan suaminya dengan cara seperti yang sering ia lakukan. mengecup lembut pipi sang suami, mengusap halus rambut suaminya seraya berkata, "Mas, bangun. Ini udah mau subuh. kita salat dulu, yuk?"
Setiap membangunkan sang suami, perlakuan Diana selalu lembut, penuh perhatian, dan penuh kasih sayang.
"Hmmm... aku masih ngantuk, sayang." jawab Danu menggeliat hanya menggerakkan badannya yang tadi tidur menyamping menjadi terlentang.
Dia menarik pinggang Diana, membawanya ke dalam dekapan, lalu mengecup singkat bibir Diana. "Selamat pagi. Ini jauh lebih baik."
Diana selalu saja tersipu malu jika mendapatkan perlakuan manis seperti ini. Ia menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya.
"Tapi kita harus salat berjamaah, Mas. Ayo?" Ajak Diana melepaskan dekapan dan sedikit menarik tangan suaminya supaya pria itu mau terbangun.
Perlahan Danu mendudukan tubuhnya. Matanya pun terbuka sempurna menatap dalam wanita yang masih menjadi istrinya.
"Makasih kamu sudah memberikan aku kesempatan. Aku akan selalu menjadi suami yang baik untuk."
Diana mengangguk seraya tersenyum tulus. "Iya, sama-sama. Allah saja maha pemaaf, kita sebagai umatnya juga wajib memberikan maaf kepada sesama umatnya. Termasuk memberikan mereka kesempatan untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Tapi, aku minta, jangan buatku kecewa lagi. Jika itu terjadi, maaf, aku akan pergi darimu selamanya." ujar Diana serius menatap dalam mata suaminya.
Deg...
Tiba-tiba Danu tertegun kala kata pergi untuk selamanya terucap dari bibir merah alami sang istri seakan relung hati serta jantungnya merasa ada ketakutan tersendiri. Apalagi tatapan dalam penuh cinta yang selalu Diana berikan kepadanya mampu memporak-porandakan relung hati terdalamnya.
"Hmmm iya." Danu menunduk menghindari tatapan mata Diana yang mampu membuatnya gelisah tak menentu. "Ah, aku mandi dulu. Kamu siapkan pakaian ganti untukku!"
"Iya, Mas." Diana mengangguk kemudian keduanya beranjak ke tujuan masing-masing. Danu berjalan ke kamar mandi, Diana berjalan menyiapkan pakaian serta alat shalat.
Mereka berdua menjalankan ibadah subuh secara bersama. Keduanya terlihat seperti pasangan rumah tangga yang baik-baik saja. Ada imam yang terlihat mengayomi dan ma'mum yang begitu setia di belakang imam.
"Aku ke dapur dulu, Mas." izin Diana sambil melipat mukena yang ia kenakan. Danu hanya mengangguk tersenyum.
Seperti pada hari sebelum, Diana menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Dengan hati yang ikhlas serta penuh ketelatenan, Diana memasak makanan spesial buat suaminya.
Lain halnya dengan Danu yang tengah mengotak-atik ponselnya. "Lakukan seperti yang saya perintahkan! Saya ingin semuanya berjalan dengan baik sebelum Papa dan Mama datang ke Indonesia."
Begitulah isi pesan yang Danu kirimkan kepada seseorang. Dia tersenyum menyeringai. "Permainan kedua di mulai," batinnya.
Lalu dia berjalan ke dapur. Setibanya di sana, ia melihat Diana tengah menghidangkan aneka macam makanan di atas meja. Makanan favoritnya, nasi goreng udang. Ada mangga juga, ada segelas susu juga.
Namun, yang ia bingungkan saat melihat susu. Setahunya dia dan Diana tidak menyukai susu.
"Ini susu buat siapa?" tanya Danu sambil menggeser kursinya kemudian duduk.
Diana menoleh. "Eh, Mas. Ini untuk aku." jawabnya sambil ikut duduk.
"Sejak kapan kamu menyukai susu?"
"Sejak aku ha..." belum juga selesai bicara, seseorang sudah menelpon Danu sampai ucapan Diana terpotong.
Danu melihat siapa yang menelpon kemudian dia berdiri dan mengangkatnya. Tetapi, Danu menghindari Diana agar pembicaraan mereka tidak di dengar olehnya.
Diana memperhatikan sang suami. Dia merasa heran kenapa suaminya sampai menjauh hanya sekedar menerima telepon saja? pertanyaan demi pertanyaan berada di benaknya. Siapa yang menelpon? hal apa yang dibicarakan? Kenapa harus menghindarinya segala?
"Dee, Mas harus pergi duluan. Tidak apa-apa kan kamu ke kampus naik kendaraan umum saja? Ada kerjaan mendadak yang harus selesaikan sebelum ke kampus."
Diana mengangguk, dia tidak ingin berprasangka buruk mengenai suaminya. "Iya, Mas. Tidak apa-apa, Dee bisa berangkat sendiri saja." jawab Diana tersebut manis nan tulus.
Danu membalas senyuman Diana. Pria itu menghampirinya kemudian memeluk Diana, lalu mengecup pucuk kepalanya.
Diana terpejam menikmati sentuhan tersebut. Entah kenapa, ada rasa tidak rela suaminya melepaskan pelukan hangat ini. Ada rasa kehilangan yang dia rasakan.
"Mas, aku mencintaimu," lirih Diana memeluk erat pinggang Danu.
Deg...
Lagi-lagi Danu tertegun. Dia menghela nafas berat. "Jangan goyah, Zio. Kau harus terus membalaskan semuanya," batin Danu.
Dia pun melepaskan pelukannya. "Aku juga mencintaimu. Aku pergi dulu," ucapnya mengusap pipi Diana.
Diana mengangguk membiarkan kepergian Danu hilang di balik pintu.
********
Seperti yang di bicarakan, Diana naik ojek online.
"Diana," panggil Cici sudah menunggu di depan gerbang kampus.
"Pagi, Ci. Ayo kita masuk." Diana tersebut sambil merangkul lengan Danu.
Cici memperhatikan wajah berseri Diana. "Tumben sahabatku ini terlihat bahagia?"
"Aku..."
"Ini dia wanita murahan nya datang," seru salah seorang pria membuat Diana dan Cici di buat bingung.
"Di bayar berapa kau satu malam, Diana?"
"Apa maksudmu..?"