" Kumohon Tuan! lepaskan aku! aku tahu kau tak pernah mencintai ku, kau hanya mencintai kakak ku, dan menganggap ku hanya bayang-bayang dari Kakak ku Sania."
"Aku tak ingin terjebak pernikahan ini selamanya! aku menikahi mu karna kakak ku yang memintanya, bergitu pun diri mu, tak akan pernah terjadi cinta di antara kita! lepaskan aku Tuan, aku juga ingin bahagia!"
Barley dan Sania sudah merencana kan pernikahan mewah, mengingat Barley adalah putra tunggal dari milioner bernama Hasta Raja Prawira.
Disaat pernikahanya tinggal menunggu waktu,.Barley harus kehilangan Sania, calon pengantin yang sangat ia cintai.
Selain itu Barley mengalami patah kaki karna tulangnya yang retak hingga harus menggunakan kursi roda.
Barley menjadi putus asa, keluarga juga memutuskan untuk menjodohkan Barley dan Santi, selain menjadi istri,.tugas Santi adalah merawat anak mereka yang cacat sementara karna mengalami keretakan tulang pada kakinya.
Sanggupkah Santi bertahan dalam menghadapi sikaf arogan dari suaminya tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengikuti
Setelah pertemuannya dengan dokter Andi, Barley membawa Santi menuju kantornya.
Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan diam, Barley fokus menyetir sedangkan Santi lebih menikmati pemandangan dari luar jendela mobil.
"Kau mau membawa ku kemana tuan?"tiba-tiba pertanyaan tersebut tercetus begitu saja dari mulut Santi.
Barley melirik kearah Santi
"Ke kantor kenapa?"tanya Barley.
"Kenapa kau membawaku ke kantormu?"
"Dari pada kau aku kurung di dalam kamar, kau pilih yang mana?"Barley.
"Hm lebik baik aku pulang kerumah orang tua ku, aku kangen sama mereka, jika kau tak bisa mengantar ku, biar aku naik taksi saja," usulnya seraya menatap kearah Barley.
Barkey menatap sekilas kearah Santi, sebenarnya ia keberatan, tapi menurut saran dari dokter Andi, Barley harus bersikaf baik pada Santi jika ingin rumah tangganya harmonis.
Entalah sejak kapan rasa itu ada di dalam hatinya, Santi adalah satu-satunya gadis yang mirip dengan mendiang kekasihnya, saat mencium aroma tubuh Santi, ia seperti merasakan aroma tubuh Sania.
Barely berpikir sejenak, sebetulmya ia ingin memperkenalkan Santi dalam rapat pemegang saham yang akan di adakan siang ini.
"Ehm, setelah pulang dari kantor aku antar kau kerumah orang tuamu," ujar Barley.
Santi melirik ke arah Barley kemudian tersenyum puas.
Setengah jam mereka pun sampai dm di sebuah kawasan perkantoran milik keluarga Hasta Raja Prawira.
Santi menatap bangunan yang tinggi menjulang tersebut.
"Wah, bangunannya tinggi sekali,"guman Santi seraya melirik keatas gedung.
Barley memakirkan mobilnya dengan rapi setelah itu keduanya keluar secara bersamaan.
Barley menghampiri Santi, "Ayo gandeng tangan ku, bersikaflah seperti Nyonya karna aku seorang CEO di sini." Barley.
Santi menggandeng tangan Barley dengan wajah datarnya, ia sama sekali tak tertarik dengan kekuasan dan harta yang di miliki Barley.
Keduanya melangkah dengan mantap, meski sikaf jalan Barley sedikit berbeda sebelum ia mengalami kecelakaan namun tak melunturkan karismatiknya sedikit pun.
Ketika memasuki gedung utama dua orang Satpam siaga membukakan mereka pintu.
"Selamat pagi Tuan, selamat pagi Nyonya," ucap Satpam tersebut kepada mereka.
"Pagi,"sahut Barley singkat.
"Selamat pagi juga pak Satpam," sahut Santi ramah dan sopan dengan senyum manisnya.
"Hus, jangan terlalu ramah, ingat kau itu nyonya bos, istri dari pemilik perusahan dan pemilik kantor ini," ucap Barley seraya berbisik.
Tapi Santi tak perduli, ia tetap saja tersenyum ramah kepada setiap orang yang menyapanya, termasuk karyawan pria.
Tak di pungkiri, Barley memang memiliki sifat cemburu yang luar biasa.
Barley dan Santi langsung menuju ruang kerjanya, seorang wanita cantik nan seksi menghampiri Barley, ia adalah sekertarisnya Barley bernama Anggi.
"Selamat pagi Tuan, saya ingin melaporkan jika berkas yang Tuan minta sudah saya siapkan."Anggi.
"Bagus kalau begitu langsung antar keruangan saya," ucap Barley tegas.
Anggi melirik sinis kearah Santi, ia tak menyangka jika Santi adalah istri dari Barley, karna mengira Santi hanyalah boneka yang hanya dijadikan mainan oleh Barley, setelah ia bosan maka akan ia tinggalkan begitu saja.
Sementara Santi menyadari ketidak suka Anggi terhadap dirinya, namun ia bersikaf santai.
Mereka masuk kedalam ruangan Barley, Saat masuk Santi terkesima dengan pemandangan yang ada di sekitar ruangan tersebut, ruang kerja yang besar dengar arsitektur yang mengagumkan membuat ruangan tersebut terkesah mewah namun tetap elegan.
"Wah Tuan muda punya selera yang baik tentang Arsitektur," guman Santi seraya mendaratkan bokongnya di kursi.
Anggi masuk keruangan Barley dengan langkah anggun menggodanya menghampiri Barley yang tengah duduk di kursi kebesarannya.
"Ini tuan berkas yang harus anda periksa." ujar Anggi seraya menyunggingkan senyum nakalnya.
"Oh letakan saja di meja ku, setelah itu kamu pesan minunan untuk aku dan istriku," titah Barley.
"Apa? istri anda?!"tanya Anggi syok.
Barley menatap tajam kearah Anggi yang terkesan lancang.
"Hm hm, maaf Tuan, saya ngak menyangka jika Tuan sudah menikah, "ucap Anggi jengah.
"Mau pesan minuman apa Tuan?"tanya Anggi.
"Tanyakan saja pada istriku langsung!" perintah Barley tanpa memandang kearah Anggi.
Anggi menghampiri Santi, "Maaf Nyonya mau minum apa ?"tanya Anggi dengan wajah sinisnya.
"Ehm, smoothie ice coffe juga boleh yang less sugar ya." Santi.
"Baik Nyonya, untuk Tuan?" tanya Anggi.
"Untuk suami saya, cappuccino saja," usulnya.
"Ehm Tapi Nyonya tuan ngak suka Cappuccino, "sela Anggi.
"Ngak apa, biar saja." Santi.
"Baik lah,"Anggi keluar dari ruangan Barley dengan rasa kesal.
Beberapa menit kemudian ia kembali membawa minuman keduanya.
"Ini Tuan," ucap Anggi seraya menyodorkan cappuccino panas ke meja Barley.
"Minuman Apa ini?"tanya Barley menatap cangkir yang ada di meja keejanya.
"Ini Cappuccino tuan,"ujar Anggi.
"Kamu tahukan lambungku ngak cocok minum Cappuccino?"Barley.
"Iya Tuan, tapi ini istri anda yang pesan, sepertinya dia yak mengetahui apa-apa tentang tuan," ucap Anggi memanasi.
"Ehm, sudalah, letakan saja," ujarnya seraya menutup laptopnya.
Santi bediri di balkon yang ada di ruangan tersebut, melihat pemandangan sekitar dari atas membuatnya bergidik ngeri, saat itu ia sedang berpergangan pada pagar yang terbuat dari stainless setinggi satu meter.
Saat melihat kearah bawah, Barley menepuk pundaknya membuatnya kaget.
"Ngapain di sini? mau bunuh diri?"tanya Barley dengan menatap sangar kearah Santi.
Santi merasa ngeri dengan tatapan Barley, perlahan ia menjauh dari pria tersebut, ia takut jika Barley nekad dan mendorongnya hingga jatuh.
"Enggak kok," sahutnya, kemudian ia berjalanan cepak kembali masuk kedalam ruangan tersebut.
"Sekarang ayo ikut aku aku rapat," ajak Barley.
Santi pun mengikuti kemana arah Barley membawanya.
Mereka memasuki sebuah ruangan di mana terdapat pria-pria berdasi yang sedang menunggu kehadirannya, di dalam rapat tersebut Barley memperkenalkan Santi sebagai istrinya.
Santi duduk manis hanya jadi penyimak di dalam rapat, hingga selesai.
Setelah rapat mereka memutuskan untuk makan siang.
"Kita kemana lagi tuan muda?"tanya Santi sembari mengekor Barley.
"Kita makan siang, " sahut Barley.
Ehm mereka masuk mobil dan langsung menuju keluar dari halaman parkir kantor.
"Kamu mau makan dimana?"tanya Barley.
"Ehm, aku pingin makan sate madura yang ada di ujung jalan itu tuan," jawab Santi seraya menunjuk jauh kearah depan.
"Hah aku tak biasa makan di pinggir jalan, kita cari sate di restoran saja."Barley.
"Tapi aku ngak mau makan sate di tempat lain, aku maunya di sana saja,"bantah Santi.
Barley melirik kearah Santi dengan kesal, mau tak mau ia harus menuruti permintaan Santi.
Mereka tiba di sebuah warung sate kecil yang ada di pinggir jalan.
Barley memarkir mobil mewahnya di samping kedai.
Santi begitu antusias sudah lama ia tak mengunjungi warung sate tersebut.
"Eh Neng Santi, lama ngak mampir kemari, kemana saja?"tanya Bibik penjual sate kerika Santi menghampirinya.
"Santi lama ngak kemari karna santi sudah menikah Bi dan harus tinggal bersama suami Santi, ini dia suami Santi, "ucapnya seraya menepuk pundak Barley.
"Suaminya cakep banget Neng seperti bule," ucap Penjual sate.
Barley menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Bik, pesan sate kambingnya dua ya," ujar Santi.
Mereka pun duduk di tenda dadakan dengan kursi plastik.
Barley mulai merasa gerah duduk di tenda tersebut, keringat mulai mengucur di wajah tampannya.
Setelah beberapa saat dua porsi sate tersaji di atas meja.
Keduanya menjadi pusat perhatian pengunjung yang lain, bagaimana tidak, pria tampan yang bergaya eksekutif muda rela duduk di tenda panas-panasan.
Santi mulai menyantap makabannya sementara Barley terus menyeka keringat yang membasahi keningnya.
Ketika menikmati makanannya, seorang pelayan datang membawa dua es teh manis.
"Hah es teh?" guman Barley, karna merasa kehausan, terkena panas Barley pun terpaksa menyerup minuman tersebut.
"Tuan kenapa ngak makanan?" tanya Santi.
"Ehm, aku ngak terbiasa makan di sini," gumanya seraya terus mengelap keringat dengan sapu tangannya.
"Ngak usah begitu Tuan, mubazir, sini biar aku suapin," ucap Santi ia pun menyodorkan tusuk sate ke mulut Barley.
Barley membuka mulutnya, menerima suapan sate tersebut.
Dengan sedikit jahil ia sengaja mencolet pipi Barley, dengan tusuk sate yang berlumur saus kacang.
"Ops, maaf tuan muda, "ucapnya seraya tersenyum simpul.
Barley sedikit emosi karna merasa di permainkan, namun ketika melihat Santi tertawa, ia tak jadi marah malah tersenyum kearah Santi.
Santi meraih tisu kemudian mengelap pipi Barley yang terkena saus kacang.
Keduanya pun saling melempar senyum dengan netra yang saling bertentangan.
Bersambung, jangan lupa tekan bintang lima ya, like dan komennya
sama aja barley nyakitin santi, menggunakan kesempatan yang ada.
terjeda bukan terjedah
bersikap...bukan bersikaf...