Mesya merasa sedih karena dijodohkan saat ia masih kuliah. Namun berjalannya waktu, perlakuan Sandi yang begitu lembut kepada Mesya berhasil meluluhkan hati Mesya dan membuat Mesya jatuh cinta seiring berjalannya waktu pernikahan mereka... Saat cinta keduanya mulai tumbuh, sosok wanita di masa lalu Sandi yang tiba-tiba datang mencoba menghancurkan kebahagiaan mereka dengan terus membuat kesalah pahaman dan pertikaian diantara hubungan keduanya. Di saat hubungan keduanya mulai renggang, sosok pria yang mencintai Mesya pun ikut muncul dan menambah keruhnya rumah tangga mereka. . . . Dapatkan mereka mempertahankan hubungan rumah tangga mereka? Atau pernikahan mereka akan hancur dengan kemunculan orang yang mereka cinta di masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lentera Sendu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 16
"Jadi isi kotak itu sebuah kamera?!"
"I-iya Bang..."
Ajiz menggaruk ujung kepalanya yang sebetulnya tidak terasa gatal, melainkan ia semakin tertekan karena sebenarnya itu kotak pemberian dari Mesya. Di pertemuan terakhir sebelum libur semester Mesya menemui Ajiz dan memberikan kantong berisi kotak hitam yang dimaksud oleh Rina sebagai hadiah. Saat itu Ajiz menyadari jika kotak tersebut terasa sangat berat, namun karena tidak peduli dengan pemberian dari Mesya membuat Ajiz menyimpan kotak tersebut di atas lemari tanpa membukanya terlebih dahulu.
"Baiklah, lupakan. Berikan kameranya ke Ajiz, nanti Ajiz periksa"
Rina memberikan kamera pada Ajiz. Melihat kamera di tangannya Ajiz kembali mengingat dimana saat hari acara organisasi Ajiz mengatakan jika dirinya ingin memiliki kamera yang sama seperti yang hari itu ia sewa. Namun ia tak menyangka jika Mesya memberikan kamera kepadanya dan ia tak menyadarinya akan hal itu.
"Tapi kenapa hari itu dia gak bilang atau menghubungiku?....."
Setelah mencoba mengingat kembali, Ajiz menyadari jika hari itu ia memblokir kontak Mesya agar Mesya tak dapat menghubunginya lagi. Mungkin saja hari itu Mesya menghubunginya, namun karena Ajiz memblokirnya pesannya tak sampai. Dan sejak hari itu juga Mesya berhenti mengejarnya.
Ajiz mengira saat ia memblokir nomor Mesya membuat Mesya sadar diri dan berhenti mengejarnya. Dan alhasil saat pertemuan kembali organisasi Ajiz memang mendapati Mesya berhenti mengejarnya. Namun hal itu juga yang membuat Ajiz mulai kehilangan sosok Mesya yang selalu ada untuknya.
"Ah sial!!... Kenapa jadi begini"
"Apa ada masalah, Nak?!"
Ibu Ajiz masuk ke dalam kamar dan melihat putranya itu tengah menjambak rambutnya dengan kesal.
"Jika memang kameranya rusak, nanti mamah saja yang betulkan ya"
"Tidak Mah...bukan itu masalahnya"
Sang Ibu menghampiri Ajiz dan mendengarkan semua cerita Ajiz tentang darimana kamera itu berasal.
"Temui gadis itu, minta maaf dan berterima kasih sama dia. Jika bisa, bawa dia ke rumah. Mamah ingin bertemu dengan dia"
"Tapi aku rasa dia gak akan mau Ajiz ajak ke rumah, Mah"
"Kenapa?!"
Ajiz hanya tertunduk dan tak berani menatap ibunya, karena Ajiz yakin jika sang ibu sudah mengetahui jawabannya.
Seketika sang Ibu memeluk putranya
"Dia menyerah dan tak menginginkan kamu lagi?!"
Kalimat yang diucapkan oleh sang Ibu pun langsung membuat tangis Ajiz pecah.
"Tidak apa-apa, jadikan ini semua pelajaran untuk kamu kedepannya. Gadis itu sudah melakukan banyak hal buat kamu, setidaknya kamu berterima kasih lah kepadanya"
Ajiz hanya mengangguk. Rasa penyesalan dalam hatinya semakin menggebu saat mendengar perkataan sang Ibu yang meminta Ajiz untuk berterima kasih kepada Mesya. Bahkan mungkin untuk menghadapi Mesya saja sekarang Ajiz merasa malu.
*****
"Selamat pagi, Sandi. Bagaimana akhir pekan mu?!"
Hilda yang baru saja masuk kantor melihat Sandi yang sudah duduk di tempatnya. Terlihat Hilda membawa buket bunga dan memberikannya kepada Sandi.
"Apa maksudnya ini Hilda?!"
"Tidak ada, tapi besok adalah hari valentine. Jadi aku ingin menjadi orang pertama yang memberikan bunga ini kepada kamu"
Mendengar kata Valentine Sandi tersadar dan mengingat Mesya yang ada di rumah.
"Apakah kita bisa makan malam untuk merayakan hari valentine bersama?!"
"Maafkan aku Hilda, sebaiknya kamu merayakannya bersama orang lain saja. Aku memiliki urusan lain"
"Urusan lain? Urusan apa yang lebih penting dibandingkan merayakan hari valentine, Sandi?? Besok adalah hari kasih sayang dan kamu seharusnya..."
"Aku akan menghabiskan waktuku dengan orang yang aku cintai, apakah itu sudah cukup untuk menjawab semua pertanyaan kamu Hilda?!" Potong Sandi dengan tegas.
Sandi yang setiap bekerja di untit oleh Hilda mulai merasa risih, bagaimana pun jika ada yang melihat dirinya terlalu dekat dengan Hilda akan menimbulkan masalah di masa yang akan datang meskipun Hilda adalah teman masa SMA nya.
"A-apa?!...kamu"
Hilda seketika terdiam, tanpa mengatakan sepatah katapun Hilda sudah mengetahui orang yang dimaksud oleh Sandi adalah Mesya. Melihat tatapan lembut yang ditunjukan oleh Sandi kepada Mesya saat di Bandung sangat berbeda dengan Sandi yang selalu bersikap cuek kepadanya. Dengan begitu Hilda yakin jika Sandi akan menghabiskan waktunya bersama dengan Mesya.
"Sebaiknya kamu segera bekerja Hilda jika kamu ingin segera pulang dan merayakan hari valentine"
Dengan wajah kecewa Hilda meninggalkan Sandi dan duduk ditempatnya. Menatap Sandi yang tengah fokus bekerja membuat Hilda semakin terpesona dengan Sandi.
"Memangnya siapa gadis itu?? Aku lebih lama mengenal Sandi. Akan aku pastikan gadis itu tidak bisa mendapatkan kamu, Sandi"
Pada sore hari Sandi yang baru saja pulang kerja berniat untuk membelikan ayam bakar kesukaan Mesya. Saat mengantri Sandi tak sengaja melihat sebuah ruko bunga yang berada di seberang jalan, tanpa berpikir panjang Sandi masuk dan kembali dengan membawa sebuah buket mawar di tangannya.
"Mesya pasti sangat menyukainya..."
Sandi mengambil pesanan ayam bakar nya dan bergegas untuk pulang. Tanpa Sandi sadari sejak tadi Hilda mengikutinya dan semakin merasa kesal saat melihat Sandi membeli sebuah buket bunga mawar.
"Pasti bunganya untuk gadis itu!!... Haahh, aku gak bisa tinggal diam. Sandi hanya bisa menjadi milikku"
***
Sandi yang tiba di depan rumah memarkirkan motornya dan bersiap untuk masuk. Namun Mesya yang biasanya akan langsung menyambut Sandi saat mendengar motor Sandi pulang hari itu tiba-tiba tidak menyambutnya di depan pintu.
"Apakah dia tidak ada di rumah?!"
Sandi meletakan ayam bakar dan buket bunga yang ia bawa di meja teras rumahnya. Beruntung Sandi membawa kunci cadangan dan mengecek Mesya yang ternyata tidak ada di dalam rumah.
Sesaat sebelum Sandi bersiap untuk mencari ke rumah ibu nya, Sandi melihat sebuah catatan kecil yang ditempel di televisi. Setelah membaca catatan kecil terebut Sandi tersenyum kecil dan bergegas untuk menjemput Mesya yang izin pergi ke rumah ibu nya.
Note: Kak Sand, aku bosan di rumah dan pergi ke rumah mamah. Nanti kalau Kak Sand sudah pulang kerja jangan lupa jemput aku ya :)
Sandi memasukan buket bunga dan ayam bakar yang ia bawa ke dalam rumah. Setelah mengunci pintu Sandi menyalakan mesin motornya dan pergi untuk menjemput Mesya.
"Kak Sand, apakah kak Sand tahu? Hari ini aku belajar mebuat kue kering bersama kak Suci dan mamah. Nanti aku mau coba membuatnya untuk Kak Sand"
Mesya yang dijemput pulang oleh Sandi menceritakan kegiatan ia sepanjang hari di rumah ibunya. Sandi yang mendengarkan cerita Mesya pun hanya mengangguk dan sesekali menjawab. Terlihat keduanya semakin dekat dan terbuka satu sama lain, selama perjalanan Sandi mendengarkan cerita Mesya dan Sandi hanya ikut menceritakan harinya yang hanya sibuk bekerja.
"Kak Sand pasti belum makan ya?! Nanti saat di rumah aku masakan kak Sand makanan yang paling enak"
"Benarkah?!"
"Tentu saja, selama ini Kak Sand belum mencoba maskaan aku kan? Jadi malam ini aku akan memasak untuk kak Sand"
Mendengar hal itu Sandi menelan saliva nya, ia sedikit merasa khawatir karena ia sebelumnya sudah membeli ayam bakar saat pulang bekerja. Sandi khawatir jika Mesya yang terlihat sangat bersemangat ingin memasak untuknya itu akan kecewa saat mengetahui Sandi sudah membeli ayam bakar dari luar.
"Mesya, kamu tunggu dulu di sini ya. Biar Sand aja yang buka pintu rumahnya oke?!"
Sandi berniat untuk masuk terlebih dahulu dan menyembunyikan ayam bakar yang sebelumnya ia beli, beruntung tetangga mereka yang baru menyapa Mesya sehingga menahan Mesya untuk tidak masuk bersamaan dengan Sandi.
Sandi bergegas mengambil ayam bakar di atas meja dan berlari ke arah dapur, Sandi mencoba mencari tempat untuk menyembunyikan ayam bakar tersebut agar tidak terlihat oleh Mesya. Namun tiba-tiba suara langkah kaki yang mendekat membuat Sandi terpaku kebingungan dengan menenteng kantong berisi ayam bakar di tangannya.
"Kak Sand? Kak Sand dimana?"
...****************...