Assalamu'alaykum
Selamat datang di karyaku dan terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini.
🌺
WARNING!!
KARYA MENGANDUNG BAWANG DAN KEHALUAN TINGKAT TINGGI BAHKAN DILUAR NALAR MANUSIA NORMAL!
Pernahkah kalian berfikir jika anak genius itu ada? Jika di film mungkin sudah kita temui, yang berjudul baby bos.
Di dalam dunia nyata, kehadiran anak jenius memang jarang terjadi, namun mereka juga memiliki bukti Ekisitensi yang dapat dilihat dari begitu banyaknya kemajuan yang terjadi saat ini.
Namun bagaimana ketika kalian dipertemukan dengan anak genius berusia 2 tahun yang bisa menggebrak dunia dengan hasil ciptaannya.
🌺🌺
Fajri Hanindyo. Sang Anak genius, memiliki IQ yang sangat tinggi Yaitu 225. Ia lahir dari malam dimana rusaknya mahkota Fajira, sang ibunda. Dengan otak yang genius tanpa sadar, ia bekerja sama dengan Ayahnya dan membuat Fajri menjadi anak yang kaya raya dalam waktu singkat ketika berhasil memproduksi mesin rancangannya sendiri.
Irfan yang yang begitu mendambakan sentuhan Fajira berusaha untuk membuat gadis itu kembali kedalam pelukannya. Keegoisannya runtuh, ketika ia berhasil menemukan Fajira dan juga mendapatkan bonus seorang anak yang tampan yaitu Fajri.
bagaimana kisah selanjutnya? yuk baca cerita ini.
terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Launching Produk.
Sudah 6 bulan berjalan setelah penanda tanganan kontrak kerja sama antara Irfan dan Fajri. Ayah dan anak itu masih berhubungan satu sama lain tanpa menyadari ikatan di antara mereka yang sebenarnya, begitu juga dengan perusahaan Irfan yang sudah resmi di pindahkan satu minggu yang lalu.
Disinilah Fajri bersama dengan Uwak, Irfan dan Ray. Mereka melaksanakan acara launching produk mesin cuci dan mesin ginset milik Fajri. Wajah pria kecil itu tampak murung sejak tadi karna Fajira tidak bisa hadir dalam hari bersejarah baginya.
"Fajri Bunda kamu mana nak" tanya Irfan.
"Bunda sakit om" lirihnya sedih.
Tanpa menunggu lama Irfan segera menggendong pria kecil itu dan memeluknya erat. Sementara Fajri malah terisak di dalam pelukan itu.
"sabar ya nak, semoga Bunda Aji cepat sembuh" ucap Irfan lembut sambil mengelus kepala Fajri.
"iya om" lirih fajri dalam isakannya
Sementara Ray bernafas lega karna Fajira tidak datang hari ini, mungkin jika perempuan itu datang bisa di pastikan ia tidak akan lolos dari amukan Irfan dan lebih parahnya ia bisa dipecat dan di asingkan oleh laki-laki gila itu.
Huh, semoga kedepannya kamu lebih pandai Fajira, karna tidak selamanya saya bisa menyembunyikan keberadaan kamu jika kalian berdekatan seperti ini.
Di dalam Aula gedung nan megah itu sudah di hadiri oleh banyak rekan bisnis perusahaan Dirgantara Corp. Mereka masih terlihat bingung karna tidak biasanya perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan property itu memproduksi mesin bertenaga surya. Mungkin ini terobosan baru dalam mengembangkan perusahaan, begitu fikir mereka.
Pesta mewah itu menghadirkan nuansa layaknya pesta pernikahan, padahal ini hanya sebuah acara launching saja. Namun irfan menjadikan acara ini sangat berkesan bagi Fajri sebagai apresiasi atas kehebatan anak kecil nan genius itu. Irfan dengan gagah melangkah menuju ke arah keluarganya dengan masih menggendong Fajri.
"Ma, Pa. Kenalkan ini Fajri, anak kecil yang mendesign mesin yang sudah aku produksi" ucap Irfan memperkenalkan Fajri.
"kamu serius nak?" tanya Mama tidak percaya.
"kenapa Aku harus bohong Ma. Fajri salim dulu sama Mama om ya"
"iya om" Fajri dengan sopan mencium tangan kedua orang tua Irfan dan adiknya.
Mama Irfan menatap pria kecil itu lamat, ia merasa Fajri sangat mirip dengan Irfan waktu kecil, namun ia takut salah mengira nanti. Hanya satu ketakutan terbesarnya yaitu jika kebiasaan Irfan yang suka bermain perempuan bisa menghasilkan anak yang tidak jelas dan hanya akan membuat citra keluarganya buruk.
Irfan dan Fajri segera melangkah menuju ke depan panggung, lalu menceritakan sedikit alasan produk ini di produksi masal dan mengenalkan Fajri sebagai pemilik Design mesin itu secara resmi. Hingga tiba saatnya untuk meresmikan peluncuran kedua mesin itu dengan simbol pengguntingan pita.
"Dengan ini saya mewakili pihak yang terkait, menyatakan mesin cuci dan mesin ginset bertenaga surya ini resmi untuk di pasaran dan bisa diperjual belikan melalui agen resmi kami"
sreek....
prok... prok... prok....
Gemuruh tepuk tangan menggema di dalam ruangan itu, semua orang kembali di buat kagum oleh kemampuan Fajri, bahkan tak jarang mereka mulai menjilat kepada Uwak yang mereka kira orang tua Fajri. Sementara laki-laki paruh baya itu hanya tersenyum menanggapi ocehan yang tidak penting dan tidak ia mengerti dari para pebisnis itu.
Fajri juga ikut menggunting pita yang ada di depan dengan tatapan sedihnya. Ia masih memikirkan Fajira yang tengah terbaring di dalam kamar mereka. Irfan yang menyadari raut wajah Fajri yang tidak berubah, berusaha untuk menghibur bocah kecil itu agar bisa kembali tertawa. Namun nihil Irfan hanya menelan pil pahit karna bagaimanapun pesona laki-laki itu tidak akan menghilangkan Fajira di dalam hati Fajri yang sudah terkunci rapat.
"Fajri kenapa nak?" tanya Irfan lembut.
"Aji mau pulang aja om, Aji mau bunda" ucapnya berkaca-kaca.
"sebentar lagi om antar pulang ya nak"
"sekarang boleh?" tanya pria kecil itu penuh harap.
"ya sudah om antar sekarang ya"
"iya om"
Dengan berat hati Irfan mengantarkan Fajri beserta Uwak untuk pulang ke asrama, karna sangat tidak mungkin Fajri masih berada di sana sementara fikirannya hanya ingin pulang ke rumah. Mereka segera menaiki mobil yang sudah di sediakan oleh supir pribadi Irfan dan meluncur menuju asrama.
Sementara di asrama sebenarnya Fajira juga sengaja mencari penyakit agar bisa mendapatkan alasan yang tepat untuk menolak Fajri. Sudah beberapa hari ini ia kelelahan dan tepat kemarin sore ia pulang dalam keadaan basah kuyup karna hujan lebat. Dan disinilah dia sekarang, terbaring lemas karna suhu tubuh yang meningkat drastis sejak tadi malam.
Satu sisi hatinya sangat sedih karna tidak bisa menemani Fajri, satu sisi hati nya juga lega karna tidak perlu bersembunyi dari laki-laki breks*k itu.
drrtt.... ddrrtt...
Ponselnya berbunyi menandakan panggilan masuk disana, terlihat Fajri tengah menelfon dirinya.
"halo sayang" ucap Fajira lirih.
"halo Bunda, bagaimana keadaan Bunda sekarang" ucapnya berkaca-kaca.
"Bunda sudah lebih baik nak. Aji masih di sana?"
"Aji sudah hampir dekat menuju asrama bunda"
"apa caranya sudah selesai sayang?"
"belum"
"kenapa"
"Aji kangen Bunda. Aji mau bunda" ucapnya serak dengan air mata yang menetes.
"Bunda juga kangen Aji sayang, Bunda tunggu di rumah ya. Sama siapa pulang nak?"
"sama om Irfan bunda"
deg... Jantung Fajira bergemuruh, sejenak ia terdiam.
"nanti minta tolong sama penjaga untuk membukakan gerbang ya sayang"
"iya bunda"
"yaudah Bunda tunggu ya nak. Love You sayang"
"Love You to Bunda"
tut.
Fajira memegang jantungnya yang berdetak lebih kencang ketika mendengarkan nama bajing*n itu. Hal yang paling tidak ia duga adalah, laki-laki itu mengantarkan Fajri pulang ke asrama.
Jangan sampai dia mengetahui siapa aku. Apa tuan Ray masih menyimpan rahasia kemarin. Semoga saja dia memang orang yang bisa di percaya.
Fajira masih menunggu kedatangan pangeran kecilnya yang sudah menangis di dalam mobil, sambil berbaring ia sesekali mengopres kepalanya yang masih terasa panas.
Sementara di dalam mobil, Irfan masih memandangi Fajri dengan tatapan penasaran sedangkan pria kecil itu juga menatap Irfan dengan bingung.
"om kenapa?" ucapnya masih terisak.
"gak apa nak. Bundanya sudah di bawa berobat?"
"kata Bunda gak usah di bawa berobat om, soalnya Bunda sering keselek kalau minum obat"
"nanti lama lo sembuhnya"
"gak lama om, paling hanya tiga hari Bunda sudah sembuh"
"boleh om mampir ketemu sama Bunda?"
"laki-laki gak boleh masuk ke dalam asrama om, mungkin lain kali"
"oke, kapan-kapan kita bertemu lagi ya nak. Nanti kalau seandainya produk kita terjual uangnya langsung om transfer ke rekening Fajri ya"
"iya om terima kasih" Fajri tersenyum dan kembali bersandar pada tubuh Ayahnya dan laki-laki itu senantiasa mengelus lembut tubuh anak yang tidak di sadarinya.
Perlahan mobil mewah itu berhenti di depan gerbang asrama, Irfan juga ikut turun dari mobil dan memastikan jika pria kecil itu selamat hingga ia masuk ke dalam gerbang asrama.
"om terima kasih sudah mengantarkan Fajri" ucapnya tersenyum manis.
"sama-sama nak, salam untuk Bunda Fajri ya"
"iya om, sekali lagi terima kasih, hati-hati di jalan ya om"
"iya nak. om pulang dulu ya"
"iya om dadah"
Irfan menunggu Fajri masuk ke dalam gerbang dan menghilang dari pandangannya, Setelah itu ia kembali ke dalam mobil lalu bergegas untuk kembali ke kantor, karna acar baru saja di mulai.
💖💖💖
TO BE CONTINUE