Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
Tanpa ragu, ia menurunkan badan nya dan mengeluarkan ular cobra yang ada di dalam karung Goni yang dari tadi tergeletak di atas lantai. Sedangkan kepala sipir tersebut menonton nya dengan santai dan masih duduk di kursi eksekutif nya.
Begitu di keluarkan dari karung, king cobra itu langsung mengangkat badan nya dan melebarkan leher nya, sedangkan tangan kanan Prapto masih memegang erat ekor ular cobra tersebut yang panjang badan nya sekitar 3,5 meter.
Sejenak ia memperhatikan king kobra itu dengan seksama, sambil menyenderkan punggung nya di kursi. Tiba-tiba ia beranjak dari tempat duduk nya dan tangan kanan nya menghampiri pistol glock mayer 22 buatan austria yang tergeletak di atas meja kerjanya.
Dor..Dor..Dor..
King kobra itu di tembak nya tiga kali sambil melangkah cepat menghampiri Prapto. Ular tersebut mati mengenaskan dengan kepala dan leher hancur.
Ketika suara pistol itu lewat tepat di sebelah kanan nya, spontan Prapto langsung beranjak berdiri dan hampir terjungkal ke belakang. Untung di belakang ada tembok yang menahan badan nya. Sepasang mata Prapto menatap panik ke arah kepala sipir yang mendekati nya dengan badan bersandar di dinding belakang nya di iringi rasa takut.
Sementara sipir yang berjaga di luar pintu langsung nyelonong akan masuk, tapi atasan nya tersebut menggerakkan kepala nya sebagai tanda isyarat supaya dia untuk berjaga di luar lagi.
"Ingat Prapto! jika kau berbohong, kau akan bernasib sama seperti ular itu !! Ucap nya dengan nada mengintimidasi sambil badan nya mendekat rapat ke arah Prapto dan sepasang matanya menatap tajam mata Prapto.
"Ti tidak pak, yang saya sampaikan benar apa adanya" jawab Prapto setengah gugup.
Kemudian ia melangkah mundur perlahan dari hadapan nya Prapto sambil sepasang matanya masih menatap tajam ke arah Prapto. Lalu ia duduk di sisi depan meja kerjanya dengan tangan kanan masih memegang pistol.
"Keluar! bawa serta ular nya" perintah nya dengan nada datar.
Ia pun bergegas membereskan ular yang sudah mati itu, memasukkan nya kembali ke dalam karung.
"Sipir !!" Panggil nya, dan kedua sipir yang berjaga di luar langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Antar dia keluar!" perintah nya.
"Kau tetap di sini" perintah nya kepada sipir yang tadi ia tampar.
Prapto dan seorang sipir keluar dari ruangan itu.
"Awasi dia! saya curiga dengan nya" perintah nya kepada anak buahnya, dan di akhiri dengan menghisap kuat cerutu cuba yang dari tadi di biarkan menyala di atas meja kerja nya.
...☠️💀☠️...
Hati Prapto mulai cemas, dia merasa tidak yakin kepala sipir penjara itu 100% mempercayai keterangan nya. Di kamar penjara nya, ia nampak gelisah. Sesekali duduk di tepi ranjang nya kemudian tiba-tiba berdiri melangkah mondar-mandir di dalam sel tahanan nya.
Dengan ekspresi wajah serius, nampak nya ia sedang berfikir keras dan sedang dalam dilema dua pilihan yaitu mempercepat pelarian nya atau sesuai rencana awal, yaitu menyelesaikan terowongan pelarian nya yang sudah di kerjakan selama lima bulan, di lanjutkan supaya sampai menembus keluar tembok penjara.
Sedangkan terowongan itu masih separuh jalan, itu artinya dia butuh waktu lagi kira-kira tiga bulan untuk menyelesaikan terowongan itu sampai tembus keluar tembok benteng penjara.